
Oleh: Ustadzah Suaebah Binti Sayidi, Lc, M.S.I (Pendidik di Pondok Pesantren Modern Al-Muflihun Temanggung)
Dalam Islam, pembimbing alias pendidik (murabbi/mu’allim) mempunyai peran sentral yangg tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga mendidik karakter dan akhlak. Rasulullah ﷺ sendiri menyatakan perannya sebagai seorang pengajar yangg diutus untuk menyempurnakan akhlak. Ini menegaskan bahwa tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah pembentukan karakter mulia, bukan sekadar transfer pengetahuan.
Dalil dari Hadis:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
Terjemahan: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya saya diutus hanyalah untuk menyempurnakan adab yangg mulia.”
Hadis ini secara definitif menunjukkan bahwa adab adalah inti dari risalah kenabian. Guru, sebagai pewaris para Nabi, mengemban tugas mulia ini. Perilaku pembimbing yangg penuh kelembutan, kasih sayang, dan kejujuran bakal menjadi model nyata bagi para muridnya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, Rasulullah ﷺ adalah suri teladan yangg patut dicontoh dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam berinteraksi dan mendidik. (HR. Ahmad, No. 8952)
Dalil dari Al-Qur’an:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
(QS. Al-Ahzab: 21)
Terjemahan: Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yangg baik bagimu.
Ayat ini menegaskan prinsip keteladanan, yangg secara langsung bertindak pada setiap pendidik yangg mau mengikuti jejak Rasulullah ﷺ.
Tanggung Jawab Keluarga sebagai Pondasi Karakter
Meskipun pembimbing mempunyai peran besar, pengaruhnya tidak bakal optimal jika tidak didukung oleh keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan paling fundamental. Orang tua adalah pendidik utama yangg bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan karakter anak. Islam sangat menekankan perihal ini, apalagi menjadikannya sebagai tanggungjawab yangg bakal dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
Dalil dari Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Terjemahan: Wahai orang-orang yangg beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yangg bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (QS. At-Tahrim: 6)
Menurut tafsir Ibnu Katsir, menjaga diri dan family dari api neraka berfaedah mendidik dan mengajari mereka tentang hukum Islam, memerintahkan mereka untuk melakukan ketaatan, dan melarang mereka dari perbuatan dosa. Ayat ini menunjukkan urgensi peran orang tua dalam pendidikan karakter yangg berbasis agama. Anak yangg tumbuh dalam family yangg harmonis, penuh pengarahan agama, dan mendapatkan teladan baik dari orang tua bakal mempunyai fondasi karakter yangg kokoh, sehingga lebih tahan terhadap pengaruh negatif dari luar.
Pengaruh Lingkungan Sosial dan Pergaulan
Setelah pembimbing dan keluarga, lingkungan pergaulan juga memegang peranan krusial. Perilaku, nilai, dan kebiasaan dari teman-teman sebaya alias lingkungan sekitar dapat dengan sigap memengaruhi seorang anak, baik secara positif maupun negatif. Islam memberikan perhatian unik pada pentingnya memilih kawan dan lingkungan yangg baik.
Dalil dari Hadis:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Terjemahan: Seseorang itu tergantung pada kepercayaan kawan dekatnya. Maka hendaklah salah seorang di antara kalian memandang siapa yangg menjadi kawan dekatnya. (HR. Abu Dawud No. 4833 dan Tirmidzi No. 2378)
Hadis ini merupakan peringatan yangg sangat jelas. “Agama” di sini tidak hanya merujuk pada keyakinan, tetapi juga pada etika, moral, dan langkah hidup. Lingkungan yangg jelek dapat merusak karakter anak, apalagi jika dia berasal dari sekolah dan family yangg baik. Sebaliknya, lingkungan yangg baik bakal menjadi tembok moral yangg mendukung.
Kesimpulan
Berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadis di atas, jelaslah bahwa pembentukan karakter seorang siswa adalah hasil dari sinergi tiga pilar utama: guru, keluarga, dan lingkungan. Guru sebagai teladan di sekolah, family sebagai pondasi di rumah, dan lingkungan sebagai cermin pergaulan. Ketiganya tidak dapat melangkah sendiri-sendiri, melainkan kudu saling menguatkan.
- Jika pembimbing mendidik dengan baik, tetapi family tidak peduli dan lingkungan toxic, karakter siswa bakal susah terbentuk.
- Sebaliknya, jika orang tua telah memberikan pendidikan dasar yangg kuat, namun sekolah dan pergaulan tidak mendukung, maka fondasi tersebut bisa rapuh.
Oleh lantaran itu, upaya membangun generasi berbudi pekerti unggul kudu melibatkan semua pihak secara holistik. Keterlibatan orang tua dalam aktivitas sekolah, pemahaman pembimbing bakal kondisi family murid, dan peran aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan yangg kondusif adalah kunci untuk mewujudkan tujuan pendidikan yangg sejalan dengan aliran Islam.
—
Ponpes Al-Muflihun memberikan kesempatan bagi Anda untuk berzakat, berwakaf dan berinfak untuk keperluan santri dhuafa dan anak yatim yangg mukim di Pondol. Kirimkan biaya Anda melalui LazizMu KLL Ponpes Al Muflihun:
Kirim ke LazisMu KL Ponpes Al-Muflihun
No Rek:
BSI: 7890090073
Comments
comments
2 bulan yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·