
Dalam Islam, menjaga lingkungan adalah bagian tak terpisahkan dari ketaatan (‘aqidah) dan ibadah (‘ibadah). Konsep ini berakar pada pandangan bahwa manusia adalah khalifah (pemimpin alias pengelola) di Bumi, yangg bertanggung jawab penuh untuk memelihara buatan Allah. Berbagai sabda Nabi Muhammad SAW menjadi pedoman praktis untuk menjalankan tanggung jawab ini.. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Pentingnya Menanam Pohon
Salah satu sabda paling terkenal mengenai lingkungan adalah sabda Rasulullah SAW dari Anas bin Malik RA: “Jika hariakhir terjadi, sementara di tangan salah seorang di antara kalian ada tunas pohon, jika dia bisa menanamnya sebelum hariakhir terjadi, maka tanamlah.” (HR. Ahmad).
Hadis ini membawa pesan yangg sangat mendalam dan luar biasa. Di saat semua angan seolah telah sirna dan bumi bakal berakhir, Nabi SAW tetap menganjurkan kita untuk melakukan tindakan yangg memberikan faedah bagi alam dan kehidupan. Ini menunjukkan bahwa nilai sebuah tindakan tidak hanya diukur dari hasil yangg bisa kita nikmati, tetapi dari niat dan kontribusinya.
Makna yangg Lebih Luas:
- Tindakan Positif Tanpa Pamrih: Hadis ini mengajarkan kita untuk tidak menyerah pada keputusasaan. Meskipun kita mungkin tidak bakal pernah memandang pohon itu tumbuh besar alias menikmati buahnya, kita tetap diwajibkan untuk menanamnya. Ini adalah gambaran dari etos ‘amal shalih (perbuatan baik) yangg tulus dan tidak mengharapkan hadiah langsung.
- Investasi untuk Masa Depan: Menanam pohon adalah simbol dari segala corak perbuatan yangg berfaedah bagi generasi mendatang. Dalam konteks modern, ini bisa diartikan sebagai menanam kembali rimba yangg gundul, membersihkan sungai, alias mengembangkan teknologi ramah lingkungan. Semua tindakan ini adalah bentuk nyata dari tanggung jawab kita sebagai khalifah di bumi.
- Larangan Merusak Alam
Pesan Islam tentang menjaga lingkungan tidak hanya berkarakter anjuran, tetapi juga berisi larangan tegas. Salah satu contoh paling kuat adalah sabda yangg diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr RA, di mana Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yangg menebang pohon bidara, maka Allah bakal menempatkannya di neraka dengan kepala di bawah.” (HR. Abu Dawud).
Hadis ini adalah peringatan yangg sangat serius, menunjukkan sungguh besarnya dosa merusak alam tanpa argumen yangg dibenarkan. Pada masa Nabi, pohon bidara mempunyai nilai yangg luar biasa. Di tengah gurun yangg panas, pohon ini berfaedah sebagai peneduh bagi para musafir dan hewan, serta menjadi sumber makanan dan obat-obatan. Menebangnya berfaedah menghilangkan faedah besar bagi banyak makhluk hidup.
Makna yangg Lebih Dalam
Hadis ini mengajarkan kita beberapa perihal penting:
- Pentingnya Menjaga Ekosistem: Larangan ini bukan hanya tentang satu jenis pohon, tetapi tentang prinsip umum untuk tidak merusak komponen alam yangg bermanfaat. Pohon, air, udara, dan hewan semuanya mempunyai peran krusial dalam keseimbangan ekosistem. Merusak salah satunya bakal berakibat pada keseluruhan sistem.
- Perlindungan Lingkungan Adalah Ibadah: Merusak lingkungan adalah corak ketidaktaatan kepada Allah, sedangkan melestarikannya adalah bentuk ketaatan. Hadis ini menegaskan bahwa perilaku terhadap alam mempunyai akibat spiritual yangg besar.
- Tindakan Merusak Sifatnya Menyeluruh: Ancaman balasan yangg berat menunjukkan bahwa tindakan merusak lingkungan dianggap sebagai kejahatan serius, lantaran dampaknya tidak hanya dirasakan oleh satu individu, melainkan oleh seluruh masyarakat dan makhluk hidup.
Dengan demikian, sabda ini menjadi landasan etis bagi umat Islam untuk menjadi pelindung alam, memastikan bahwa setiap tindakan yangg diambil tidak merusak harmoni buatan Allah.
- Kebersihan adalah Bagian dari Iman
Hadis yangg diriwayatkan oleh Abu Malik Al-Asy’ari RA, di mana Rasulullah SAW bersabda, “Kebersihan adalah sebagian dari iman,” (HR. Muslim) adalah salah satu prinsip esensial dalam Islam. Meskipun sering diartikan sebagai kebersihan pribadi—seperti wudu dan mandi—maknanya jauh lebih luas dan mencakup kebersihan dalam segala aspek kehidupan, termasuk lingkungan.
Makna yangg Lebih Dalam
Hadis ini mengajarkan bahwa menjaga kebersihan bukanlah sekadar kebiasaan baik, melainkan bentuk nyata dari keagamaan seseorang. Ini bukan hanya tentang bersihnya badan dan pakaian, tetapi juga tentang membersihkan lingkungan dari kotoran dan polusi.
- Lingkungan sebagai Cerminan Iman: Seorang Muslim yangg sejati tidak bakal membuang sampah sembarangan alias mencemari air. Tindakan menjaga kebersihan rumah, jalan, dan ruang publik adalah gambaran dari hati yangg bersih dan jiwa yangg peduli. Dengan kata lain, kebersihan bentuk adalah manifestasi dari kebersihan spiritual.
- Perlindungan Lingkungan Adalah Tanggung Jawab Kolektif: Hadis ini mendorong setiap perseorangan untuk berkontribusi dalam menjaga kebersihan lingkungan. Ketika setiap orang membersihkan area di sekitarnya, kebersihan kolektif bakal tercipta, menciptakan lingkungan yangg sehat dan nyaman bagi semua.
Dengan demikian, aliran kebersihan dalam Islam adalah etika yangg komprehensif, menghubungkan antara kebersihan pribadi, spiritual, dan lingkungan sebagai satu kesatuan yangg tidak terpisahkan.
- Larangan Membuang Sampah Sembarangan
Hadis yangg diriwayatkan oleh Rasulullah SAW berbunyi, “Waspadalah terhadap dua perihal yangg dilaknat: buang air besar di jalan yangg dilalui manusia alias di bawah tempat mereka berteduh.” (HR. Muslim). Hadis ini bukan hanya larangan sederhana, melainkan sebuah prinsip etika yangg mendalam tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Makna yangg Lebih Luas
Secara harfiah, sabda ini melarang dua tindakan spesifik yangg dapat merusak kebersihan dan kenyamanan publik. Namun, makna yangg terkandung di dalamnya lebih luas dari itu.
- Kepedulian Terhadap Ruang Publik: Larangan ini mengajarkan kita untuk menghargai dan melindungi ruang publik. Jalan dan tempat berlindung adalah milik bersama. Merusaknya berfaedah merugikan orang lain dan menciptakan ketidaknyamanan.
- Prinsip Universal: Menghindari Mudharat (Bahaya): Para ustadz menafsirkan sabda ini sebagai prinsip umum yangg melarang segala tindakan yangg dapat membahayakan alias merugikan orang lain. Oleh lantaran itu, dengan analogi, membuang sampah sembarangan di sungai, mencemari sumber air, alias merokok di tempat umum adalah perbuatan yangg juga dilarang. Semua tindakan ini melanggar kewenangan orang lain untuk hidup di lingkungan yangg bersih dan sehat.
Pada dasarnya, sabda ini adalah fondasi bagi etika lingkungan yangg kuat, mengingatkan umat Muslim untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga kesejahteraan berbareng dan kelestarian alam.
.
- Pentingnya Menjaga Keseimbangan Alam
Menanam Tanaman: Sedekah untuk Seluruh Makhluk
Hadis yangg diriwayatkan oleh Jabir RA menunjukkan keistimewaan menanam. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim menanam tanaman alias menanam benih, lampau burung, manusia, alias hewan memakannya, melainkan itu adalah infak baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini mengajarkan bahwa Islam memandang tindakan menanam sebagai ibadah yangg sangat mulia. Pahala dari perbuatan ini tidak hanya terbatas pada manusia yangg menikmati hasilnya, tetapi juga mengalir terus-menerus selama tanaman itu memberikan faedah kepada seluruh makhluk hidup, termasuk burung dan hewan liar.
Makna yangg Lebih Dalam
Hadis ini memberikan pemahaman yangg luas tentang sedekah:
- Pahala yangg Mengalir Tanpa Batas: Menanam pohon alias tanaman adalah investasi spiritual jangka panjang. Selama tanaman itu hidup, setiap buah, daun, alias biji yangg dimakan oleh siapa pun—baik manusia, hewan, maupun burung—akan menjadi infak yangg terus-menerus mengalir bagi penanamnya. Ini adalah konsep sedekah jariyah (amal jariah) yangg berkarakter ekologis.
- Tanggung Jawab terhadap Ekosistem: Hadis ini menunjukkan bahwa seorang Muslim mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan menanam, kita tidak hanya memperindah bumi, tetapi juga menyediakan sumber daya yangg esensial bagi kelangsungan hidup makhluk lain. Ini adalah corak ibadah yangg menyelaraskan peran manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi dengan langkah yangg harmonis.
Dengan demikian, menanam adalah perbuatan yangg melampaui kepentingan pribadi, memberikan faedah universal, dan menunjukkan kepedulian Islam yangg mendalam terhadap seluruh buatan Allah.
—
Ponpes Al-Muflihun memberikan kesempatan bagi Anda untuk berzakat, berwakaf dan berinfak untuk keperluan santri dhuafa dan anak yatim yangg mukim di Pondol. Kirimkan biaya Anda melalui LazizMu KLL Ponpes Al Muflihun:
Kirim ke LazisMu KL Ponpes Al-Muflihun
No Rek:
BSI: 7890090073
Comments
comments
2 bulan yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·