Hukum Memperingati 17 Agustus 25 - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 bulan yang lalu

Tanya tadz, norma memperingati  hari kemerdekaan 17 Agustus?

Jawab:

Dalam pembahasan norma memperingati hari kemerdekaan, ada dua pandangan utama di kalangan ulama, dan masing-masing mempunyai dalil dari sumber primer berkata Arab.

​Pandangan Pertama: Melarang (Bid’ah dan Tasyabbuh)

​Ulama yangg beranggapan bahwa seremoni hari kemerdekaan tidak diperbolehkan beralasan pada larangan-larangan dalam hukum mengenai bid’ah dan menyerupai kaum non-muslim (tasyabbuh).

​Dalil dari Hadis tentang Dua Hari Raya:

​Mereka berpegang teguh pada sabda Nabi ﷺ yangg menegaskan bahwa umat Islam hanya mempunyai dua hari raya:

​عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَقَالَ: «مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟» قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ اللهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ».

​”Dari Anas bin Malik RA, dia berkata: Rasulullah ﷺ datang ke Madinah, sedangkan masyarakat Madinah mempunyai dua hari yangg mereka bermain-main di dalamnya. Maka beliau bersabda, ‘Apa dua hari ini?’ Mereka menjawab, ‘Kami bermain-main pada dua hari ini di masa Jahiliyah.’ Maka Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan yangg lebih baik dari keduanya: Hari Idul Adha dan Hari Idul Fitri’.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud, dan An-Nasa’i.).

​Berdasarkan sabda ini, mereka beranggapan bahwa menetapkan hari seremoni tahunan yangg tidak berasal dari syariat, meskipun dengan nama yangg berbeda, sama saja dengan membikin “hari raya” baru, yangg terlarang dalam Islam.

​Dalil dari Larangan Tasyabbuh (Menyerupai Kaum Lain):

​Mereka juga menggunakan sabda berikut sebagai dalil:

​عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ».

​”Dari Ibnu Umar RA, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka’.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud ).

​Menurut pandangan ini, seremoni hari kemerdekaan dengan ritual-ritual tertentu dianggap sebagai tradisi yangg meniru kebiasaan bangsa-bangsa non-muslim, sehingga termasuk tasyabbuh yangg dilarang.

​Pandangan Kedua: Membolehkan (Bentuk Syukur dan Cinta Tanah Air)

​Ulama yangg membolehkan seremoni ini beralasan pada perintah berterima kasih atas nikmat Allah dan rekomendasi untuk mencintai tanah air, yangg mempunyai landasan dalam Al-Quran dan Sunnah. Mereka membedakan antara seremoni ini dengan hari raya ibadah.

​Dalil dari Al-Quran tentang Syukur dan Mengingat Nikmat:

​Mereka beralasan bahwa kemerdekaan adalah nikmat besar yangg wajib disyukuri.

​”وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ”

​”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika Anda bersyukur, pasti Kami bakal menambah (nikmat) kepadamu, dan jika Anda mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibrahim: 7).

​Peringatan hari kemerdekaan dianggap sebagai salah satu corak syukur secara kolektif atas nikmat kemerdekaan yangg telah Allah berikan.

​Dalil dari Al-Quran tentang Mengingat Hari-Hari Allah:

​Mereka juga merujuk pada ayat:

​”وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُم بِأَيَّامِ اللَّهِ”

​”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): ‘Keluarkanlah kaummu dari kegelapan kepada sinar terang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah’.” (QS. Ibrahim: 5).

​Ayat ini diartikan sebagai rekomendasi untuk mengingat peristiwa-peristiwa krusial yangg membawa kebaikan, termasuk momen kemerdekaan dari penjajahan.

​Dalil dari Sunnah tentang Cinta Tanah Air:

​Meskipun tidak ada sabda secara langsung yangg memerintahkan perayaan, ada sabda yangg menunjukkan kecintaan Nabi ﷺ kepada tanah airnya.

​عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ وُعِكَتْ، فَلَمَّا عَافَاهُ اللَّهُ، جَاءَتْ فَلَاَةٌ فَقَالَتْ: “بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَصْنَعُ بِقَوْمِي الَّذِينَ أَخْرَجُونِي مِنْ بِلَادِي؟” فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَقَدْ أَخْرَجَكَ اللَّهُ مِنْ بَلَادِكَ وَأَنْزَلَكَ بِلَادًا خَيْرًا مِنْهَا». فَقَالَتْ: “وَاللَّهِ، لَأُحِبَّنَّ مَكَّةَ مَا حَيِيتُ”

​”Dari Aisyah RA, dia berkata: Ketika Rasulullah ﷺ sampai di Madinah, beliau merasa tidak lezat badan. Ketika Allah menyembuhkannya, datanglah seorang wanita dan berkata, ‘Ayahku dan ibuku adalah tebusanmu, wahai Rasulullah, apa yangg kudu saya lakukan terhadap kaumku yangg telah mengusirku dari negeriku?’ Maka Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sungguh Allah telah mengusirmu dari negerimu dan menempatkanmu di negeri yangg lebih baik darinya.’ Wanita itu berkata, ‘Demi Allah, saya bakal mencintai Mekah selama saya hidup’.” (Hadis ini diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari).

​Hadis lain yangg lebih definitif tentang kecintaan Nabi ﷺ terhadap Madinah:

​عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَرَأَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ رَاحِلَتَهُ -أَيْ: أَسْرَعَ بِهَا- وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا.

​”Dari Anas RA, bahwa Nabi ﷺ andaikan kembali dari perjalanan, lampau beliau memandang dinding-dinding Madinah, beliau mempercepat unta tunggangannya -yakni, mempercepat lajunya-. Dan jika beliau di atas hewan tunggangan, beliau menggerakkannya lantaran kecintaan beliau kepada Madinah.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari).

​Dalil-dalil ini digunakan untuk menunjukkan bahwa mencintai tanah air adalah perihal yangg fitrah dan dianjurkan. Peringatan hari kemerdekaan dilihat sebagai salah satu bentuk nyata dari cinta tersebut, asalkan tidak disertai dengan hal-hal yangg diharamkan.

Secara umum, memperingati hari kemerdekaan hukumnya bolehdengan catatan dilakukan secara baikd an sesuai dengan hukum islam. Jika peringatan 17 Agustus dilaksanakan menyelisihi hukum islam seperti melakukan perlombaan yangg membuka aurat, pagelaran alias karnafal yangg menampilkan laki-laki berpakaian perempuan, lomba menyanyi dengan lagu yangg berbau maksiat dan disampaikan dengan langkah maksiat, dan lain sebagainya maka peringatan tujuh belasan menjadi haram. Jangan sampai, kesempatan yangg hanya beberapa hari tersebut, digunakan hanya untuk menumpuk maksiat. Wallahu a’lam (KH Wahyudi Saeju Abdurrahim, Lc, M.M: Anggota Majelis Tablig PWM dan Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Muflihun Temanggung)

Comments

comments

-->
Sumber almuflihun.com
almuflihun.com