
Lanjutan Poin 19
Prie tegese ngimanake baginda Allah. Tegesipoen ngimanaken Gusti Allah poeniko ngestokaken saestonipoen Goeti Allah poenika kagongan sifat 41, kaperang dados tiga: 2. sifat wadjib, 2. sifat mochal 3. sifat djaiz.
Sifat wadjib 20, sifat mochal 20 poenika kaperang dados sekawan, 1. Sifat nafsiyah 2. Sifat salbijah, 3. sifat maani. 4. Sifat ma’nawiyah
-+—-
Bagaimana beragama kepada Allah. Iman kepada Allah maknanya adalah berkeyakinan bahwa Allah swt mempunyai sifat 41 yangg dibagi menjadi 3 ialah 1) sifat wajib, 2) sifat mustahil 3) sifat jaiz.
Sifat wajib ada 20, sifat mustahil ada 20 dan sifat jaiz ada 1.
Kemudian sifat-sifat tadi dibagi 4 yaitu:
1. Sifat nafsiyah. 2. Sifat salbiyah. 3. Sifat maani. 4. Sifat ma’nawiyah
-+++++
أَقْسَامُ حُكْمِ العـَـقْلِ لَا مَحَـالَهْ
هِيَ الوُجُوبُ ثُمَّ الاسْتِحَـالَهْ
* ثُمَّ الجَـوَازُ ثَالِـثُ الأَقْـسَـــامِ
فَافْهَـمْ مُنِــحْتَ لَذَّةَ الأَفْهَــامِ
Dalam kitab al kharidah al Bahiyah disebutkan sebagai berikut
Hukum logika itu dibagi menjadi tiga
Wajib, istihalah dan jawaz
Jika Anda mengerti perihal ini, maka Anda bakal diberi kenikmatan pemahaman
Islam adalah kepercayaan terakhir dan sempurna. Ajaran Islam dapat diterapkan kapan dan dimanapun. Meski nas yangg terbatas dan persoalan manusia yangg tak pernah terbatas, namun norma islam tetap bisa menembus ruang waktu dan sesuai dengan kondisi perkembangan umat manusia.
Dalam rangka untuk melakukan ijtihad dan sebagai standar berfikir agar selalu dalam jalur yangg betul serta logis, para ustadz membagi norma menjadi dua, ialah norma syar’i ran aqli. Hukum syar’i berupa teks Al-Qur’an dan hadits Rasulullah, sementara sumber norma aqli, berupa penalaran dan pemahaman terhadap Al-Qur’an dan hadits itu sendiri. Hukum aqli, menurut Syekh Muhammad bin Ahmad bin Arafah ad-Dasuki (wafat 1230 H) dimaksud sebagai norma yangg penetapannya disandarkan kepada logika yangg sempurna. Dengan norma aqli, kita dapat mengetahui bahwa suatu perkara pasti terjadi, mungkin terjadi dan mustahil bakal terjadi. Hukum aqli juga dapat membuktikan sesuatu terjadi dikarenakan aspek lain sehingga dia tidak bentuk secara kebetulan, namin melalui illat (sebab) tertentu.
Misal, keberadaan alam raya, tentu ada yangg menciptakan. Karena dia butuh pembuat maka keberadaannya tergantung oleh Sang Pencipta. Jika Sang Pencipta mau mewujudkan, tentunalam raya bakal ada. Jika Sang Pencipta tidak mau mewujudkan, maka alam raya tidak bakal pernah ada. Keberadaan alam raya yangg sangat berjuntai dengan Sang Pencipta itu namanya imkanul bentuk alias jaizul wujud.
Sementara Sang Pencipta, itu ada sejak azal. Ia kudu ada dan selalu kudu ada. Ia tak boleh dicipta dan tak boleh sirna. Ia pun tak boleh berjuntai kepada yangg lain. Karena sifat-sifat ini, maka dia disebut dengan Wajibul wujud. Keberadaannya mesti ada dan selamanya akn ada tanpa ada permulaan.
Sebaliknya Sang Pencipta ini tidak boleh ada dua. Karena jika ada dua, maka bakal terjadi tumbukan kemauan dari Sang Pencipta. Dunia bisa jdi ada alias tidak ada tergantung dari dua Pencipta. Dan ini mustahil. Karena yangg terjadi justru kebinasaan. Sesama pembuat bakal benteok lantaran merasa paling berkuasa atas ciptaannya. Maka dua Tuhan ini, mustahil ada dan tidak boleh ada.
Dengan pertimbangan logis di atas maka para ustadz membagi norma bakal tersebut menjadi tiga ialah wajib, jaiz dan mustahil.
Terkait jal ini, pemimpin Dasuki dalam kitab Matan Ummil Barahin, menyampaikan sebagai berikut:
فَالْوَاجِبُ مَا لَا يُتَصَوَّرُ فِي الْعَقْلِ عَدَمُهُ، وَالْمُسْتَحِيْلُ مَا لَا يُتَصَوَّرُ فِي الْعَقْلِ وُجُوْدُهُ، وَالْجَائِزُ مَا يُتَصَوَّرُ فِي الْعَقْلِ وُجُوْدُهُ وَعَدَمُهُ
Artinya, “Wajib adalah setiap sesuatu yangg tidak bisa diterima oleh logika ketiadaannya. Mustahil adalah setiap sesuatu yangg tidak bisa diterima oleh logika keberadaannya. Sedangkan yangg dimaksud Jaiz adalah setiap sesuatu yangg bisa diterima oleh logika keberadaan dan ketiadaannya.”
Terkait norma logika ini juga ditegaskan oleh Imam ad-Dardiri dalam sebuah nazham di kitab al-Khatidah Al-Bahiyah dengan mengatakan:
وَوَاجِبٌ شَرْعًا عَلَى الْمُكَلَّفِ * مَعْرِفَةُ الله العَلِيِّ فَاعْرِفِ * أَيْ يَعْرِفُ الْوَاجِبَ وَالْمُحَالَ ** مَعْ جَائِزٍ فِي حَقِّهِ تَعَالَى
Artinya, “Wajib secara hukum Islam bagi orang mukallaf * untuk mengetahui Allah nan Maha Luhur * ialah dengan langkah mengetahui sifat wajib bagi Allah, sifat muhal ** serta sifat jaiz bagi Allah swt.”
Tiga norma aqli di atas tujuannya adalah untuk menegaskan kembali perihal keesaan Allah. Dia adalah Zat nan Maha Tunggal, tanpa sekutu, tanpa teman. Keberadaannya tidak ada awal, dan tidak ada akhir. Allah mempunyai sifat-sifat kesempurnaan yangg tidak dimiliki oleh mahluk. Wallahu a’lam
+++++++++
Syarah aqaidul iman: R Haiban Hadjid
….
Ponpes Al-Muflihun memberikan kesempatan bagi Anda untuk berzakat, berwakaf dan berinfak untuk pembangunan ruang kelas baru santri. Kirimkan biaya Anda melalui LazizMu KLL Ponpes Al Muflihun:
Bank Syariah Indonesia (ex. BSM – Kode Bank 451)
7730 5030 77
(An KLL Ponpes Al Muflihun Zakat)
1 tahun yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·