Barzanji Itu Kitab Sastra

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

Tanyakan pada rumput yangg bergoyang, kata Ebit.

Jika kita memahami kalimat tersebut apa adanya, bakal dianggap asing oleh banyak orang, apalagi oleh penulis syair sendiri. Karena penulis syair menggunakan bahasa kiyasan. Ungkapan kata dan kalimat yangg dimaksudkan dalam salah satu bait syair tersebut, bukan kata yangg sesungguhnya.

Inilah bagian dari bahasa sastra. Terkadang, bahasa sastra menggunakan ungkapan berlebihan dan tidak masuk akal. Sifat-sifat yangg sesungguhnya hanya layak disematkan pada manusia, kemudian disematkan ke barang mati.

Sastra itu bahasa hati dan ungkapan perasaan. Sastra lebih mengedepankan emosi daripada logika. Oleh karenanya, bahasa sastra condong mendayu-dayu.

Apalagi jika sastra mengenai dengan ungkapan cinta kasih. Bahasanya berubah menjadi “lebay”. Sesuatu yangg biasa saja, menjadi sangat luar biasa, berjuntai pada emosi dan dalamnya cinta seseorang.

Ia mau mengungkapkan emosi yangg dapat mewakili hatinya. Namun bahasa manusia sangat terbatas. Bahasa manusia tidak bisa mengungkapkan seluruh perasaan  dan gelora cinta yangg tertancap dan tertanam kuat dalam kalbunya. Maka yangg keluar adalah bahasa kiasan sebagai ekspresi mendalam dan bentuk cinta

Bangsa Arab terkenal dengan sastranya. Sejak era jahiliyah, mereka selalu bangga dengan keelokan sastra arab. Apapun dapat digubah dalam corak sastra baik dalam corak prosa, puisi, pantun, alias lainnya. Peperangan, persoalan sosial, politik, merendahkan golongan lain, memuji, dan lainnya, semua dapat ditulis menjadi sastra yangg hidup dan mengagungkan. Sampai-sampai sejarah dan kehidupan sosial bangsa arab, bisa dirujuk dari kitab karya sastra para pujangga.

Nabi muhammad saw, sebelum mendapat risalah kenabian, sudah terkenal dengan akhlaknya yangg smmulia. Beliau jujur, amanah dan dapat dipercaya. Beliau doyan bersilaturrahmi dan juga bersikap  baik kepada sesama.

Lalu turun risalah kenabian. Karena pribadinya yangg luar biasa,  beliau sangat dicintai para sahabat. Beliau seorang nabi, kawan, sahabat dan orang tua kaum muslimin. Segala persoalan, dapat diadukan kepada rasulullah saw.

Sungguh sahabat sangat cinta dengan beliau. Para sahabat pun sering mengungkapkan rasa cinta dengan bahasa sastra. Salah seorang yangg ternama dari kalangan sahabat nabi yangg doyan membikin sastra dan memuji nabi adalah Hasan bin Tsabit.

Hasan bin Tsabit sejak sebelum masuk Islam sudah terkenal dengan sastranya. Ia pernah menerima penghasilan dari pembesar Quraisy untuk menghina Rasulullah saw. Agar sastranya lebih dalam dan hinaannya lebih mengena, dia beriktikad meneliti sifat Rasulullah saw. Ia mengetahui bahwa Rasulullah saw sering lewat, menyusuri jalan di bawah bukit. Ia berlindung dari kembali bukit untuk mengintai dan menanti Rasullullah saw.

Tatkala Rasulullah saw melewati jalan tersebut, sesuatu terjadi pada dirinya. Ia memandang Rasulullah saw sebagi manusia paripurna. Rasulullah saw adalah sosok yangg luar biasa. Jalannya tenang, berkarisma dan wajahnya terang seperti purnama.

Awalnya dia hendak membikin puisi yangg merendahkan dan menghina baginda nabi Muhammad saw, namun yangg terdetik dalam hatinya justru sikap kekaguman. Ia pun menulis puisi sebagai berikut:

وَأَحْسَنُ مِنْكَ لَمْ تَرَ قَطُّ عَيْنِى

وَأَجْمَلُ مِنكَ لَمْ تَلِدِ النِّسَآءُ

خُلِقْتَ مُبَرَّأً مِنْ كُلِّ عَيْبٍ

كَأَنَّكَ قَدْ خُلِقْتَ كَمَا تَشَآءُ

Tak pernah ada mata yangg pernah melihat

Manusia setampan dirimu

Tak ada wanita yangg melahirkan

Manusia seelok rupamu

Engkau diciptakan bersih dari segala noda

Seakan-akan engkau menciptakan dirimu

Sebagaimana kehendakmu

Hasan bin Tsabit, menjadi seorang muslim yangg luar biasa. Di kalangan para sahabat, dia tetap menjadi seorang sastrawan. Ia menjadi tentara Allah yangg melawan sastra kaum quraisy yangg menghina Nabi, dengan sastra tandingan yangg memihak dan mengagungkan kanjeng nabi.l Muhammad saw.

Generasi setelah para sahabat, juga muncul para sastrawan besar. Banyak tokoh-tokoh yangg lantaran cintanya kepada nabi, membikin puisi alias prosa sebagai bentuk ungkapan dan ekspresi hati. Layaknya sebuh sastra, bahasanya mendayu dan sering mengandung ungkapan kata metafora alias majas. Kadang sejarah nabi pun digubah dalam corak sastra. Di antara yangg menulis sastra demikian adalah pemimpin Barzanji, pemimpin Bushiri, dan lain sebagainya.

Buku karya sastra para ulama, banyak dijual di pasaran. Jika kita ke Mesir alias negara arab lainnya, kitab mengenai al-madaih an-nabawiyah (pujian nabi Muhammad saw), biasa terletak di rak sastra alias rak buku-buku sufi.

Mengapa tidak diletakkan di rak kitab sejarah? Karena dia sastra, bukan sejarah. Bahasanya juga bahasa sastra, bukan bahasa sejarah. Memahami karya sastra dengan kacamata sejarah dengan membaca secara tekstual, bisa menyesatkan. Kita bakal dianggap berlebihan dalam menulis sejarah nabi Muhammad saw.

Oleh lantaran itu, dalam buku-buku sejarah, tidak pernah mencantumkan kitab sastra sebagai rujukan, meski itu riwayat hidup pujian kepada baginda nabi. Karena dia memang bukan buki sejarah.

Sesungguhnya sastra juga bagian dari bahasa al-Quran. Banyak ungkapan majas dan kata metafora dalam kitab suci tersebut. Hal itu, berangkat dari kesukaan orang arab mengenai dengan bahasa sastra, sehingga al-Quran pun turun dengan bahasa yangg jauh lebih bagus ran dahsyat dibanding bahasa sastra buatan manusia. Bahasa al-Quran apalagi menjadi mukjizat sepanjang masa yangg tak kan pernah terkalahkan.

Sedikit pembahasan sastra dalam al-Quran, sebagaimana firman Allah berikut:

‘Dan berilah berita ceria dengan siksa neraka yangg sangat pedih”.

Kabar ceria itu sesuatu yangg menyenangkan. Bagaimana bisa, berita ceria mengenai dengan musibah dan musibah? Ini sebagai sarana bahasa al-Quran untuk merendahkan orang kafir. Karena dulu mereka bangga dengan kekafirannya,  hingga setelah mereka meninggal dan bakal diazab, allah gunakan bahasa “kabar gembira” sesuai dengan hasil jerih payah kekafiran mereka di dunia.

Atau firman Allah berikut:

“Buahnya seperti kepala setan”,

Ini adalah gambaran makanan masyarakat neraka berupa buah-buahan. Buah ini sangat menakutkan hingga diibaratkan seperti kepala setan.

Pertanyaannya, siapakah dari kita yangg pernah memandang kepala setan? Tidak ada. Ini hanya gambaran mengerikan. Karena di otak manusia, setan adalah makhluk yangg sangat menakutkan.

Belakangan banyak orang yangg kurang mengerti dengan sastra arab, lampau mudah menyesatkan dan membidahkan. Sastra dipahami secara tekstual. Bahasa sastra dilogikakan. Padahal dia bahasa hati. Akhirnya yangg muncul adalah sikap menghakimi dengan menuduh orang lain sebagai pelaku sesat dan ghuluw.

Tempatkanlah sastra sebagai sastra. Jangan pahami bahasa sastra secara tekstual. Karena perihal itu bakal menimbulkan salah mengerti dan bisa menuesatkan. Wallahu a’lam

-->
Sumber almuflihun.com
almuflihun.com