PP ‘Aisyiyah: Pemberdayaan Masyarakat ASEAN Memerlukan Penguatan Kemitraan Multi-Stakeholder - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 3 bulan yang lalu

Kuala Lumpur — Pada 26 Juni 2025 dihelatlah Simposium “Anchoring ASEAN’s Future in Shared Wisdom: empowering communities for an inclusive and sustainable civilisation” Dalam acara yang diadakan di TAMU Hotel & Suites, Kampung Baru, Kuala Lumpur ini hadir pula pelbagai pihak, di antaranya Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah.

Sebagai perwakilan dari PPA, Dr. Tri Hastuti, M. Si, menyampaikan penyajiannya yang bertajuk “Strenghtening Multi-Stakeholder Partnership for Community Empowerment in ASEAN.” Berikut ini adalah beberapa poin penting dalam penyajiannya

Masalah

  1. Beberapa negara ASEAN berjuang dengan pertumbuhan ekonomi yang lambat dan tingkat kemiskinan yang tinggi, yang dapat menghambat pembangunan dan stabilitas termasuk kesenjangan tingkat pendapatan.
  2. Ekonomi ASEAN rentan terhadap tren ekonomi global, ketegangan perdagangan, dan gangguan rantai pasokan.
  3. Negara-negara ASEAN menghadapi tantangan dalam menyediakan layanan kesehatan yang memadai, terutama di daerah pedesaan dan daerah terpencil.
  4. Rendahnya tingkat partisipasi perempuan dan kelompok minoritas dalam proses pengambilan keputusan publik.
  5. Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak belum mendapat perhatian serius.
  6. Angka putus sekolah di sejumlah negara ASEAN serta kendala adaptasi teknologi baru seperti kecerdasan buatan.
  7. Negara-negara ASEAN sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, termasuk naiknya permukaan air laut, peristiwa cuaca ekstrem, dan kerusakan lingkungan.
  8. Negara-negara ASEAN menghadapi hubungan geopolitik yang kompleks, termasuk ketegangan antara AS dan Tiongkok, yang dapat memengaruhi stabilitas regional.

Nilai dan Kearifan Lokal

  1. Gotong royong, sebagai semangat kemasyarakatan, menekankan saling membantu dan bekerja sama. Semangat dalam Islam seperti infaq, shadaqah, zakat, wakaf, taawun.
  2. Keterkaitan manusia dengan lingkungan.
  3. Menghormati orang yang lebih tua, menghargai kearifan dan pengalaman generasi yang lebih tua.
  4. Spiritualitas dan menekankan keseimbangan dan harmoni dengan alam.

Inklusivitas dan Kesinambungan

  1. Keberagaman merupakan kekayaan yang harus dirayakan bersama dan merupakan hukum alam (sunnatulah).
  2. Pembangunan tidak boleh meninggalkan seorang pun, tidak ada seorang pun yang tertinggal berdasarkan identitasnya.Fakta bahwa umat Islam di negara-negara ASEAN tidaklah sama kedudukannya (minoritas-mayoritas).Memberikan ruang partisipasi bagi seluruh warga negara dalam pembangunan merupakan pemenuhan hak asasi manusia.Pembangunan berkelanjutan terdiri dari 3 aspek yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan.
  3. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan jangka panjang, yang mencakup kurun waktu antargenerasi dan berupaya menyediakan sumber daya yang cukup dan lingkungan yang sehat sehingga dapat mendukung kehidupan.

Peran LSM

  1. Inisiatif yang dipimpin masyarakat dapat berdampak langsung pada kehidupan masyarakat, mendorong perubahan positif dari bawah ke atas.
  2. Pengetahuan lokal, masyarakat memiliki pengetahuan mendalam tentang kebutuhan, tantangan, dan konteks spesifik mereka.
  3. Relevansi budaya: solusi yang digerakkan oleh masyarakat cenderung lebih peka terhadap budaya dan efektif.
  4. Keterlibatan masyarakat memberdayakan individu dan kelompok untuk mengambil kepemilikan atas pengembangan dan solusi mereka.
  5. Inisiatif yang dipimpin oleh masyarakat cenderung lebih berkelanjutan karena didorong oleh komitmen dan sumber daya local.

Dukungan Kaum Cendekiawan

  1. Melaksanakan penelitian tentang pembangunan berkelanjutan, inklusi sosial, dan keberagaman budaya.
  2. Analisis dan rekomendasi kebijakan: Memberikan rekomendasi kebijakan berbasis bukti kepada pemerintah dan pemangku kepentingan.
  3. Menawarkan program pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi masyarakat, pemerintah, dan organisasi.
  4. Memfasilitasi dialog dengan menyelenggarakan forum, lokakarya, dan konferensi untuk memfasilitasi dialog dan berbagi pengetahuan.
  5. Mengidentifikasi dan mempromosikan praktik terbaik dalam pembangunan berkelanjutan dan pembangunan masyarakat yang inklusif.
  6. Menguatkan suara dan perspektif masyarakat yang terpinggirkan.
  7. Membangun kemitraan antara akademisi, pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta untuk mendorong solusi kolaboratif.
  8. Menghargai keberagaman dan warisan budaya.
  9. Berusaha mencapai tujuan bersama, seperti pembangunan berkelanjutan dan inklusi sosial (tujuan bersama).
  10. Membina dialog yang transparan dan jujur.
  11. Membangun kepercayaan melalui upaya kolaboratif.
  12. Mempromosikan pemahaman lintas budaya.
  13. Inklusivitas, memastikan partisipasi semua pemangku kepentingan (perempuan, kelompok minoritas, penyandang disabilitas, pemuda, lansia, kelompok terpinggirkan).
  14. Keberlanjutan: Memprioritaskan keberlanjutan lingkungan dan sosial.

Strategi

  1. Menetapkan kerangka kerja seperti Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASCC) untuk mendorong kerja sama.
  2. Berbagi Pengetahuan: Bertukar praktik terbaik, keahlian, dan pengalaman di antara negara-negara anggota.
  3. Peningkatan Kapasitas melalui penyediaan program pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi pemerintah, masyarakat sipil, dan masyarakat.
  4. Mengembangkan kebijakan yang menjawab kebutuhan kelompok-kelompok terpinggirkan, seperti perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.
  5. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs): Menyelaraskan rencana pembangunan nasional dengan SDGs untuk mencapai pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
  6. Memberdayakan kelompok-kelompok terpinggirkan, mendukung perempuan, pemuda, dan populasi rentan.
  7. Memperkuat masyarakat sipil, membina kemitraan antara pemerintah, LSM, dan kelompok masyarakat.
  8. Memanfaatkan teknologi, memanfaatkan platform digital untuk kolaborasi, berbagi pengetahuan, dan keterlibatan masyarakat.

Tantangan

  1. Mengelola konteks budaya, bahasa, dan ekonomi yang beragam.
  2. Mengatasi perbedaan bahasa untuk memfasilitasi komunikasi yang efektif.
  3. Menyelaraskan berbagai prioritas dan kepentingan nasional.
  4. Mengatasi keterbatasan sumber daya dan kapasitas.
  5. Mengelola dinamika kekuasaan dan memastikan partisipasi yang setara.
  6. Koordinasi dan kerja sama untuk memastikan koordinasi dan kerja sama yang efektif.

MPI PCIM Malaysia

-->
Sumber pcimmalaysia.org
pcimmalaysia.org