Suasana sosialisasi rencana pembangunan shelter Alun-Alun Sidayu, Sabtu (18/10/2025). Anggota Komisi II DPRD Gresik H. Suberi (Fraksi Demokrat) memfasilitasi perbincangan panas yangg menghadirkan Kepala Dishub Gresik H. Khusaini dan Camat Sidayu Suwartono.. Foto: Istimewa
MAKLUMAT —Rencana Pemkab Gresik membangun shelter feeder Trans Jatim di Alun-Alun Sidayu menuai protes. Pemuda Muhammadiyah (PM) Sidayu dengan tegas meminta pemerintah mengkaji ulang rencana tersebut. Mereka cemas pembangunan itu bakal menggerus satu-satunya ruang hijau sekaligus sarana olahraga penduduk Gresik utara.
Suara kritis itu mengemuka dalam forum sosialisasi yangg berjalan di Sidayu, Sabtu (18/10/2025). Forum tersebut menghadirkan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Gresik H. Khusaini dan Camat Sidayu Suwartono, AP., M.Si. H. Suberi, personil Komisi II DPRD Gresik dari Fraksi Demokrat, memfasilitasi perbincangan panas tersebut.
H. Suberi membuka forum dengan menjelaskan bahwa shelter itu merupakan bagian dari program ekspansi jaringan Trans Jatim. “Rencana ini bermaksud memudahkan penumpang di Sidayu. Pembangunan ini berpihak pada masyarakat,” ujar legislator Demokrat itu.
Camat Sidayu, Suwartono, menambahkan bahwa pihaknya sebenarnya pernah menyampaikan sosialisasi dalam forum kepala desa. “Feeder ini bakal membantu mobilitas penduduk desa. Nantinya juga bakal disubsidi,” jelasnya.
Namun, klaim tersebut langsung dibantah warga. Masyarakat yangg datang justru mengaku baru mengetahui rencana itu secara resmi dalam forum hari ini. Minimnya sosialisasi ini memperkuat kekhawatiran warga.
Pemuda Muhammadiyah Tawarkan Solusi
Sekretaris PM Sidayu, Moh. Farid, M.Pd, menyampaikan sikap tegas organisasinya. Meski mendukung pengembangan transportasi publik, dia mendesak Pemkab Gresik melakukan kajian komprehensif dan transparan.
“Kami mendukung upaya pemerintah. Tapi, perlu penjaringan pendapat masyarakat dulu. Jangan sampai ruang olahraga dan rekreasi penduduk hilang,” tegas Farid dalam forum.
PM Sidayu tidak hanya memprotes, tetapi juga menyodorkan tiga rekomendasi letak alternatif. Pertama, di sisi utara alun-alun agar tidak mengganggu lintasan jogging dan lapangan sepak bola. Kedua, di pertigaan Desa Purwodadi yangg dekat dengan area sekolah Muhammadiyah dan NU.
“Ketiga, di pertigaan Ujungpangkah, yangg mempunyai potensi jangkauan penumpang lebih luas untuk Gresik utara,” rinci Farid.
Seluruh rekomendasi itu, lanjutnya, telah mereka tuangkan dalam ‘Maklumat Pemuda Muhammadiyah Sidayu’. “Maklumat resmi sudah kami sampaikan kepada DPRD, Dishub, dan Forkopimcam. Kami minta pembangunan ini berpihak pada keadilan tata ruang,” imbuhnya.
Menanggapi dorongan itu, Kepala Dishub Gresik H. Khusaini memberi penjelasan. Ia menegaskan, shelter feeder itu adalah bagian dari konsep jangka panjang menjadikan Sidayu sebagai area penyangga ekonomi dan transportasi modern. “Sidayu kudu bisa menjadi smart city kabupaten,” terangnya.
Khusaini apalagi menjamin shelter itu bakal multifungsi. “Bisa digunakan sebagai tempat tunggu, apalagi bisa jadi tribun penonton aktivitas olahraga. Semakin tertata transportasinya, semakin tumbuh perekonomian,” paparnya.
Di akhir dialog, H. Khusaini menyimpulkan hasil pertemuan. “Warga Sidayu setuju dengan adanya pembangunan shelter, namun menginginkan relokasi agar tidak merusak kegunaan utama Alun-Alun,” ujarnya.
Bagi PM Sidayu, persoalan ini bukan sekadar soal lokasi. Farid menegaskan, Alun-Alun adalah napas hijau bagi masyarakat Gresik utara. “Kita semua punya tanggung jawab menjaga fungsinya sebagai ruang olahraga, sosial, dan rekreasi,” pungkasnya.***
*) Penulis: Aan Haryanto/Kontributor Gresik
1 minggu yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·