Lima pengajar Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya dalam aktivitas yangg diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Foto: Humas UM Surabaya
MAKLUMAT — Lima pengajar Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya berperan-serta aktif dalam Workshop Penguatan Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Metode Pembelajarannya. Kegiatan ini digelar oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan bekerja sama dengan Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM) Surabaya, Sabtu (18/10/2025).
Mereka adalah Al Qodar Purwo Sulistyo, Anang Dony Irawan, Samsul Arifin, L Ya Esty Pratiwi, serta Dedy Stansyah. Kelimanya merupakan pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila, yangg tengah mengembangkan model pembelajaran inovatif berbasis nilai dan partisipasi mahasiswa.
Kegiatan ini menghadirkan Deputi Bidang Pengkajian dan Materi BPIP Dr Surahno SH MHum serta Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP RP Dr Johanes Haryatmoko SJ sebagai pembicara. Masing-masing lima perwakilan dari 17 Perguruan Tinggi di Surabaya mengikuti aktivitas ini. Adapun tujuannya adalah untuk memperkuat relevansi dan efektivitas pembelajaran Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi melalui pembaruan metode dan penguatan nilai-nilai kebangsaan.
Menurut Al Qodar Purwo Sulistyo, Koordinator Mata Kuliah Pendidikan Pancasila UM Surabaya, keikutsertaan timnya merupakan bagian dari komitmen kampus untuk terus memperbarui pendekatan pembelajaran sesuai arah penguatan ideologi bangsa dari BPIP.
“Workshop ini sangat berfaedah bagi kami. Kami mendapatkan banyak inspirasi tentang gimana mengajarkan Pancasila secara kontekstual dan dekat dengan realitas mahasiswa. Bahkan, perwakilan kami, Bu L Ya, mempresentasikan hasil tugas golongan dengan pendekatan berbasis kasus di lingkungan sosial,” ungkapnya.
Usai kegiatan, para pengajar UM Surabaya berencana menindaklanjuti hasil workshop. Hal itu bakal dilakukan dengan mengintegrasikan metode pembelajaran reflektif dan kontekstual ke dalam kurikulum Pancasila di kampus.
“Kami mau agar mahasiswa tidak hanya memahami Pancasila secara konseptual, tetapi juga bisa mempraktikkannya dalam kehidupan sosial dan akademik,” tambah Anang Dony Irawan.
Melalui keikutsertaan lima dosennya, UM Surabaya menegaskan komitmen sebagai kampus yangg aktif dalam penguatan ideologi bangsa. Hal ini sekaligus sebagai upaya untuk berkontribusi pada pembaruan pendidikan karakter di perguruan tinggi Indonesia.
Kupas Akar Historis dan Strategi Pembelajaran
Dalam sesi pertama, Dr Surahno memaparkan materi berjudul Sejarah Lahir, Perumusan, dan Pengesahan Pancasila. Ia menguraikan secara mendalam proses panjang perumusan dasar negara. Mulai dari Sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945 hingga penetapan Pancasila dalam Sidang PPKI pada 18 Agustus 1945.
“Sejarah lahir, perumusan, dan pengesahan Pancasila merupakan satu tarikan napas yangg tak terpisahkan. Pemahaman ini krusial agar generasi sekarang tidak terlepas dari akar ideologis bangsa,” tandasnya.
Sementara itu, RP Dr Johanes Haryatmoko SJ menyoroti pentingnya pembelajaran yangg adaptif dan dialogis. “Mahasiswa perlu diberi ruang untuk menggali potensi dan refleksi pribadi agar nilai-nilai Pancasila dapat hidup dalam tindakan mereka sehari-hari,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa pendekatan student-centered learning dan proyek sosial berbasis nilai merupakan langkah efektif untuk menghidupkan Pancasila dalam kehidupan kampus.
Sinergi Lintas Kampus untuk Penguatan Ideologi Bangsa
Partisipasi pengajar UM Surabaya berbareng perguruan tinggi lain di Surabaya menjadi bukti sinergi bumi akademik dalam memperkuat ideologi Pancasila di ruang kuliah. Menurut Dr. Surahno, kerjasama semacam ini krusial agar Pancasila tidak hanya diajarkan sebagai teori, tetapi menjadi paradigma hidup dan praktik sosial yangg relevan dengan tantangan zaman.
“Perguruan tinggi punya peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila melalui riset, pembelajaran, dan keteladanan dosen. Karena itu, kami terus mendorong penguatan kapabilitas pendidik,” jelasnya.
Workshop BPIP di UKWM tersebut menjadi momentum krusial untuk meneguhkan kembali relevansi Pancasila di era digital. Melalui metode yangg inovatif dan kolaboratif, para pengajar diharapkan bisa membentuk generasi muda yangg berpikir kritis, beretika, dan berbudi pekerti Pancasilais.
“Mengajarkan Pancasila berfaedah membentuk kesadaran moral, bukan sekadar menyampaikan teori. Dosen kudu menjadi teladan, dan mahasiswa menjadi pelaku nilai-nilai itu di kehidupan nyata,” pesan Romo Johanes menutup sesi.
Melalui sinergi antara BPIP, UKWM, dan beragam perguruan tinggi termasuk UM Surabaya, penguatan pendidikan Pancasila diharapkan menjadi aktivitas berbareng untuk menjaga ideologi bangsa tetap hidup dan relevan bagi generasi masa depan.
*) Penulis: Adi
6 hari yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·