Meneguhkan Spirit Iman, Akhlak, dan Integritas di Era Digital - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 hari yang lalu

Oleh: Muthiah Umar*

Di tengah derasnya arus digital yangg tak mengenal jeda, hidup kita sering terombang-ambing di antara notifikasi, trending topic, dan banjir informasi. Dunia maya menjanjikan kemudahan, tetapi juga menyisakan kekosongan batin.

Dalam situasi semacam ini, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) datang sebagai penuntun moral dan spiritual, untuk meneguhkan kembali spirit iman, akhlak, dan integritas di tengah era yangg cair dan penuh distraksi.

Menghadirkan Allah di Era Sibuk

Salah satu pesan utama PHIWM adalah memandang hidup sebagai ibadah. Tidak hanya shalat dan puasa, tetapi juga langkah kita bekerja, berkomunikasi, dan bermedia sosial. Di era digital, keikhlasan dan disiplin ibadah diuji oleh rutinitas yangg serba sigap dan distraksi yangg tanpa henti.

Ketika setiap detik berkompetisi dengan layar, menjaga kekhusyukan menjadi jihad pribadi. Maka, krusial bagi setiap penduduk Muhammadiyah untuk menata kembali niat, bahwa setiap aktivitas, dari menulis status, memimpin rapat organisasi, hingga menyelenggarakan kebaikan usaha, adalah corak pengabdian kepada Allah. Dari kesadaran itu lahir daya moral dan spiritual yangg menuntun kita tetap bening di tengah kebisingan bumi digital.

Akidah yangg Kokoh, Jiwa yangg Tunduk

Setiap penduduk Muhammadiyah diingatkan untuk menegakkan tauhid yangg murni, ialah kepercayaan bahwa hanya Allah ‘Azza wa Jalla yangg berkuasa disembah dan dituju. Iman yangg kokoh bakal melahirkan pribadi yangg tenang dan tidak mudah goyah oleh arus ideologi alias info tiruan yangg menyesatkan.

Di ruang digital, keagamaan diuji bukan hanya dalam corak keyakinan, tapi juga kesetiaan terhadap nilai kebenaran. Apakah kita tetap jujur meski tak ada yangg melihat? Apakah kita bisa menjaga kesantunan dalam berkomentar dan berdiskusi? Di sinilah integritas menjadi tantangan yangg kudu dijawab dengan penuh kesungguhan, demi menjaga kesucian ketaatan dalam tindakan nyata.

Akhlak Pribadi Sebagai Cermin Iman

Akhlak mulia adalah buah dari ketaatan yangg hidup. PHIWM menegaskan pentingnya meneladani sifat Nabi: shidiq, amanah, tabligh, fathanah dan syaja’ah. Di bumi digital, lima sifat ini menjadi sangat relevan.

Dengan menjaga sifat shidiq, info dikemas dengan jujur dan betul untuk kepentingan publik. Sifat amanah berfaedah menjaga kepercayaan publik dan tidak menyebarkan info bohong alias menyesatkan namalain hoaks. Sifat tabligh mengingatkan kita untuk soft-spoken, menyampaikan pesan dengan hikmah, lembut dan kasih, bukan dengan caci maki.

Baca Juga: Koding: Bahasa Baru Manusia Modern

Sifat fathanah mendorong kita bijak memilah dan memahami setiap info yangg melintas di layar media digital. Adapun sifat syaja’ah merupakan keberanian moral untuk menyuarakan kebenaran dengan santun, berpikir mandiri, dan tetap teguh pada nilai ketaatan meski kudu berbeda dari arus yangg ramai.
Jika setiap Muslim menerapkan sifat-sifat ini di bumi maya, media sosial bukan lagi arena bentrok dan sensasi, melainkan ladang dakwah yangg mencerdaskan.

Self-Leadership: Memimpin Diri di Tengah Arus Zaman

Setiap kader Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dituntut menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Self-leadership bukan sekadar mengatur waktu, tetapi menumbuhkan kesadaran diri, sejak dari membina disiplin diri, mengasah reflektif, hingga tekad selalu memperbarui semangat jihad pribadi.

Era digital menuntut pembaruan diri yangg berkelanjutan—belajar tanpa henti, terbuka terhadap perubahan, namun tetap berpijak pada nilai iman. Orang yangg bisa memimpin dirinya tidak bakal hanyut oleh tren sesaat, lantaran dia tahu arah hidupnya, ialah untuk beramal, berjuang, dan berkhidmat dengan cinta sebagai penerapan rahmatan lil ‘alamin.

Integritas sebagai Akhlak Sosial

Akhlak bukan hanya urusan pribadi, melainkan fondasi bagi keadilan sosial. PHIWM menegaskan bahwa penduduk Muhammadiyah kudu menjauhkan diri dari perilaku korupsi, kolusi, dan segala corak penyimpangan yangg merusak kehidupan publik.

Integritas di sini bukan sekadar tidak mengambil sesuatu yangg bukan haknya, tetapi juga tidak memanipulasi data, tidak memanfaatkan kedudukan untuk kepentingan pribadi, dan tidak melakukan pencitraan tiruan di depan publik. Di era digital, di mana jejak digital mudah terlacak, ketulusan dan kejujuran menjadi nilai yangg semakin berharga.

Menyalakan Cahaya di Tengah Zaman

Hidup pribadi yangg islami bukanlah urusan kecil. Ia adalah fondasi dari masyarakat berkemajuan. Dari pribadi yangg bersih lahir pribadi tangguh, family sakinah, organisasi yangg kuat, dan bangsa yangg bermartabat.

Kader Aisyiyah diajak menjadi teladan, uswah hasanah, qudwah, pribadi autentik yangg lembut, berpikir jernih, dan bekerja tulus. Kesalehan pribadi adalah sumber kesalehan sosial. Ketika satu hati menyalakan sinar Islami, lingkungannya pun ikut terang.

Kini, di tengah derasnya transformasi digital, tugas kita bukan menolak teknologi, melainkan mengisinya dengan nilai-nilai ketaatan dan akhlak. Dunia digital bisa menjadi ladang kebaikan yangg lebih banyak dan lebih cepat, jika kita memanfaatkannya dengan kesadaran spiritual.

Maka menjadi pribadi yangg Islami adalah komitmen kita semua, dengan menjadikan PHIWM bukan sekadar arsip di rak kitab dan di berkas laptop, sehingga kehidupan islami menjadi daya semua Warga Muhammadiyah dalam berpikir, berbicara, dan bertindak, serta menjadi napas kehidupan sehari-hari.

*Wakil Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id