Literatur KHGT (8) : Review Tesis “Kalender Islam Global (Studi Atas Pemikiran Muhammad Syaukat ‘Audah dan Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq dan Pengaruhnya Terhadap Hari Arafah)” Karya Rahmadi Wibowo
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar – Dosen FAI UMSU dan Kepala OIF UMSU
Tesis “Kalender Islam Global (Studi Atas Pemikiran Muhammad Syaukat ‘Audah dan Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq dan Pengaruhnya Terhadap Hari Arafah)” ini ditulis oleh Rahmadi Wibowo. Beliau adalah sekretaris Divisi Hisab dan IPTEK Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (MTT PP) Muhammadiyah. Tesis ini terdiri dari 5 bab. Pertama berupa pendahuluan, bab kedua tinjauan tentang almanak Islam global, bab ketiga berisi uraian pemikiran Muhammad Syaukat ‘Audah dan Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq tentang almanak Islam global, bab keempat tentang pengaruh almanak Islam dunia ‘Audah dan Jamaluddin terhadap hari Arafah, dan kelima penutup.

Tesis “Kalender Islam Global (Studi Atas Pemikiran Muhammad Syaukat ‘Audah dan Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq dan Pengaruhnya Terhadap Hari Arafah)”, ditulis oleh Rahmadi Wibowo (Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM, 2012 M)
Dari judulnya tampak tesis ini mengkaji pemikiran almanak Islam dunia menurut dua orang tokoh almanak di era modern ialah Muhammad Syaukat ‘Audah (lebih dikenal dengan Odeh) yangg berasal dari Yordania dan Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq yangg berasal dari Maroko. Selain riwayat hidup keduanya, dalam tesis ini dikemukakan pemikiran keduanya dalam almanak Islam global. Terhadap Audah, Rahmadi Wibowo menjelaskan kriteria visibilitas bulansabit menurut Audah dan almanak hijriah universal (at-taqwim al-hijry al-‘alamy) yangg menjadi pemikirannya. Sementara itu terhadap Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq dijelaskan prinsip-prinsip dasar almanak kamariah dunia ialah hisab, transfer imkan rukyat, dan konsepsi permulaan hari. Selain itu juga diuraikan syarat validitas almanak menurut Jamaluddin. Selain itu secara unik juga dibahas kitab karya Jamaluddin yangg berjudul “at-Taqwim al-Qamary al-Islamy al-Muwahhad” yangg memuat semua pemikirannya tentang almanak Islam.
Seperti diketahui Muhammad Syaukat ‘Audah dikenal sebagai tokoh yangg mengembangkan sofware astronomi berjulukan “Accurate Times” alias “al-Mawaqit ad-Daqiqah” yangg banyak digunakan di seluruh dunia. Selain itu ‘Audah juga adalah kepala “Islamic Crescents Observation Project” (ICOP) alias “al-Masyru’ al-Islamy li Rashd al-Ahillah”, sebuah lembaga yangg mengkoordinasi laporan bulansabit dari seluruh dunia. Adapun Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq adalah ahli filsafat almanak asal Maroko yangg mempunyai pendapat satu hari satu tanggal di seluruh dunia.
Secara umum tesis yangg ditulis Rahmadi Wibowo menjelaskan tentang pentingnya almanak alias penataan waktu, yangg mana setiap peradaban manusia dalam sejarahnya dituntut untuk menciptakan suatu sistem penjadwalan waktu alias yangg disebut dengan almanak yangg definitif yangg dapat mengatur dan menertibkan aktivitas sosial maupun kegiataan keagamaan manusia dalam kehidupannnya. Karena di samping almanak sebagai suatu sistem penjejak dan pembagi waktu, almanak juga sebagai sumber ketertiban dan identitas suatu masyarakat (bangsa). Setiap masyarakat alias bangsa tentu mempunyai pedoman dalam aktivitasnya. Di dalam kepercayaan Islam sendiri sejatinya terdapat perintah untuk mengelola waktu secara baik dengan menyusunnya ke dalam suatu sistem almanak yangg dapat digunakan seluruh umat Islam. Di antara tokoh Islam kontemporer yangg mempunyai dan memberikan pendapat almanak Islam dunia ini adalah Muhammad Syaukat ‘Audah alias Odeh dengan konsep almanak zonalnya dan Jamaluddin ‘Abd Ar-Raziq dengan konsep almanak terpadunya.
Dalam penjabarannya, penelitian yangg dilakukan Rahmadi Wibowo ini bermaksud mengetahui pendapat kalendar Islam dunia Muhammad Syaukat ‘Audah dan Jamaludin ‘Abd ar-Raziq serta pengaruhnya terhadap hari Arafah. Seperti diketahui Arafah adalah menjadi argumen kuat kenapa almanak Islam yangg berkarakter pemersatu bumi Islam perlu segera dihadirkan. Wukuf di Arafah yangg menjadi rukun utama dalam penyelenggaraan ibadah haji sejatinya menjadi rujukan banyak umat Muslim di seluruh bumi dalam menjatuhkan ibadah puasa sunah Arafah. Karena itu adalah krusial menepatkan jatuhnya hari Arafah itu dan bertindak untuk seluruh dunia.
Adapun metode pengumpulan info yangg dilakukan dalam penelitian (tesis) ini adalah studi literatur dan kepustakaan. Sementara itu metode kajian info yangg digunakan adalah kajian kualitatif-induktif. Adapun hasil kajian penelitian ini seperti dikemukakan Rahmadi Wibowo disimpulkan bahwa konsep almanak yangg digagas oleh Muhammad Syaukat ‘Audah menyisakan masalah pada kasus puasa Arafah. Riset ‘Audah mengenai ini antara lain terdapat dalam karyanya yangg berjudul “at-Taqwim al-Hijry al-‘Alamy” (Kalender Hijriah Universal), dimana dalam karyanya ini ‘Audah menampilkan info bulan-bulan Zulhijah dalam jangka waktu 100 tahun ialah mulai dari tahun 1451 H hingga tahun 1550 H, yangg mana ditemukan perbedaan tanggal area timur dan area barat dalam memulai bulan Zulhijah sebanyak 29 kali (29 persen). Menurut Rahmadi Wibowo, ini artinya bahwa area Barat mendahului area timur satu hari dalam memasuki bulan Zulhijah. Pada saat tanggal 9 Zulhijah di Kota Makkah (zona timur) yangg merupakan hari Arafah Makkah, maka area barat pada saat yangg berbarengan telah masuk tanggal 10 Zulhijah yangg merupakan hari raya Idul Adha.
Ini berbeda dengan konsep almanak Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq, yangg mana konsep kalendernya ini secara konsisten dapat menyatukan hari Arafah dan hari-hari lainya di seluruh dunia. Diantara terobosan Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq adalah apa yangg disebut dengan hari universal alias “yaum syumuly”, yangg mana dalam hari universal ini lama harinya secara yuridis 48 jam, bukan 24 jam. Selain itu, konsepsi progresif Jamaluddin juga adalah prinsip satu hari satu tanggalnya di seluruh dunia, yangg mana prinsip ini diadopsi dalam putusan Turki 1438 H/2016 M dan KHGT Muhammadiyah. Prinsip ini pada awalnya terbilang ambisius dan saat yangg sama cukup riskan, namun seiring waktu telah menjadi konsepsi almanak Islam era modern. Setidaknya sekarang mulai berkembang pemikiran dan kemauan umat Islam di bumi bakal pentingnya unifikasi penjadwalan waktu secara global-internasional.
Adapun konklusi dalam tesisnya ini, Rahmadi Wibowo menyimpulkan bahwa problem kekacauan sistem waktu di bumi Islam hari ini sesungguhnya adalah disebabkan lantaran ketiadaan almanak Islam yangg berkarakter global. Sementara itu menurutnya metode yangg tepat untuk menyusun sistem almanak Islam yangg berkarakter dunia adalah metode hisab, bukan rukyat. Adapun almanak Islam dunia menurut Muhammad Syaukat ‘Audah dengan prinsip membagi bumi menjadi area barat dan area timur, dalam sejumlah kasus tidak dapat menyatukan sistem waktu umat Islam di seluruh dunia. Sementara itu almanak Islam dunia jenis Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq dengan prinsip satu hari satu tanggal di seluruh dunia, secara konsisten dapat menyatukan hari Arafah dan hari-hari lainya di seluruh dunia. Karena itu pula Rahmadi Wibowo menyimpulkan bahwa almanak Islam dunia yangg kompatibel dengan unifikasi dan buahpikiran penyatuan dunia adalah almanak terpadu menurut Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq (***)
8 jam yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·