AI, Deepfake, dan Pelanggaran Privasi Menurut Pandangan Tarjih Muhammadiyah - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 hari yang lalu

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah — Perkembangan teknologi kepintaran buatan (AI) dan kejadian deepfake menjadi sorotan utama dalam Pengajian Tarjih Muhammadiyah ke-325 yangg digelar secara daring pada Rabu (22/10/25).

Pengajian ini mengangkat tema “Kapita Selekta Putusan dan Fatwa Tarjih Terkait AI, Deepfake dan Isu Pelanggaran Privasi” dan menghadirkan Kasmui, Anggota Tim Pengembang Software Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai narasumbernya.

‘Aabidah Ummu ‘Aziizah selaku moderator membuka obrolan dengan refleksi mendalam tentang gimana era digital telah mengaburkan pemisah antara kebenaran dan kepalsuan.

“Hari ini kita hidup di masa ketika satu klik bisa membikin seseorang berbicara sesuatu yangg tidak pernah diucapkannya, satu sentuhan algoritma bisa menukar wajah, suara, apalagi kehormatan,” ujarnya.

Ia menegaskan, pembicaraan tentang teknologi tidak dapat dipisahkan dari pembahasan tentang martabat manusia, kewenangan privasi, serta adab dalam bermuamalah di ruang digital. “AI dan deepfake mungkin canggih, tapi tanpa kompas moral, keduanya mudah berubah dari perangkat maslahat menjadi senjata mafsadat,” tegasnya.

Kasmui memaparkan, lahirnya fikih info berangkat dari semangat amar makruf nahi munkar. Setiap perkembangan baru membawa faedah dan mudarat yangg perlu ditimbang secara bijak. “Deepfake itu berfaedah ‘dalam’, realistis dan meyakinkan, bisa mendatangkan kebaikan besar sekaligus keburukan yangg besar pula,” jelas Kasmui.

Kasmui menerangkan bahwa umat Islam perlu memahami dan mengamalkan prinsip tabayyun serta melakukan verifikasi info sebagaimana ditegaskan dalam Q.s. Al-Hujurat ayat 6.

“Wahai orang-orang yangg beriman! Jika seseorang yangg fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah (tabayyun) kebenarannya, agar Anda tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yangg menyebabkan Anda menyesal atas perbuatanmu itu.”

Baca Juga: Dosa Jariyah: Kesalahan yangg Sering Dilupakan

Menurut Kasmui, nilai tabayyun ini menjadi pedoman krusial di tengah derasnya arus info digital. Dengan sikap hati-hati dan teliti, umat diharapkan tidak mudah terperdaya oleh manipulasi digital seperti deepfake dan penyebaran buletin tiruan yangg dapat mencederai kehormatan dan kebenaran.

Kasmui menekankan bahwa AI hanyalah perangkat bantu yangg tergantung pada gimana manusia menggunakannya.

“AI ini besar sekali kemanfaatannya jika digunakan sesuai keahlian dan kebutuhan kita, misalnya untuk membaca literatur, buku, alias file. Namun sebagaimana saya sampaikan sejak awal, ini bagian dari amar makruf nahi munkar,” ujarnya.

Kasmui mengingatkan pentingnya berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi. “Informasi yangg kita dapatkan tentu kudu diteliti kebenarannya. Jangan asal share lalu orang lain yangg mendapat kerugiannya,” pesannya.

AI dan deepfake, menurutnya, juga berpotensi melanggar kewenangan cipta dan privasi. “Sesungguhnya AI seperti ChatGPT, Gemini, dan sebagainya telah menggunakan kewenangan orang lain tanpa izin dari pemiliknya. Ini corak pelanggaran yangg kudu disadari,” ujarnya.

Ia menambahkan, akibat deepfake dan pelanggaran privasi dapat merusak kehormatan seseorang, apalagi mengguncang stabilitas politik. “Kalau sudah menyangkut politik, dampaknya bisa satu negara,” jelasnya.

Kasmui menutup pengajian dengan pesan moral yangg kuat, “Kebenaran tetap kebenaran, meskipun manusia bisa ditipu, Allah tidak bisa ditipu. Tidak ada teknologi yangg seratus persen faedah dan tidak ada yangg seratus persen mudarat. Gunakan semuanya, ambil kebaikannya, dan tinggalkan keburukannya.” (Titis)-sa

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id