BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — Dalam pandangan awam di Muhammadiyah, budaya hanya disaksikan dari dua sisi, ialah seni dan tradisi.
Pandangan tersebut menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Irwan Akib menyebabkan budaya dikesampingkan.
Bahkan tidak sedikit penduduk Muhammadiyah yangg menjauhi, termasuk mengharamkan seni dan tradisi.
Padahal keduanya hanya sebagian mini dari budaya. Dalam Islam pun, tidak semua seni dan tradisi itu bertentangan dengan syariat.
“Karena persepsi yangg keliru itu kemudian kita mencoba menjauhi. Menyebabkan seni tidak tergarap, termasuk kebudayaan sendiri juga tidak, termasuk juga tradisi,” tutur Irwan, dikutip dari muhammadiyah.or.id.
Dalam aktivitas Ideopolitor di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Sabtu (06/05/2023), Irwan mengatakan bahwa jika pun seni dan tradisi itu mengandung takhayul, bid’ah dan churafat (TBC) tidak dengan serta-merta Muhammadiyah menjauhinya.
Jika seni dan tradisi mengandung TBC dan kemudian dijauhi, lantas gimana peran Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah?
Dalam pandangan Akib, dakwah tugasnya adalah membujuk dan memperbaiki.
Guru Besar Pendidikan Matematika asal Sulawesi Selatan ini menceritakan bahwa di daerahnya ada organisasi nelayan yangg mempunyai kebudayaan tinggi.
Mereka bisa menghitung bulan dengan melalui kebudayaan yangg diajarkan secara turun-temurun.
“Mereka sudah punya pengetahuan astronomi, jadi mereka tahu kapan tanggal satu dan kudu melaut kapan dan seterusnya. Tetapi itu turun-temurun kemudian menjadi tradisi,” ungkap Akib.
“Ini perlu ditelusuri, jangan-jangan ini ada ilmunya yangg sudah dipelajari. Tapi lantaran diajarkan orang tua turun-temurun kemudian dasar ilmunya sudah tidak tahu lantaran sudah dianggap tradisi lampau kemudian dianggap takhayul, bidah, dan seterusnya,” kata Akib.
Pengetahuan alias pengetahuan yangg mentradisi seperti itu juga dimiliki oleh organisasi alias masyarakat petani di Indonesia.
Menurutnya keilmuan yangg berbasis tradisi masyarakat ini kudu ditelusuri jejaknya. Ini krusial untuk memperkaya khazanah keilmuan.
Dia berambisi pandangan terhadap budaya, seni, dan tradisi yangg dimiliki oleh penduduk Muhammadiyah, lebih-lebih mubalig Muhammadiyah, jangan sempit.
Pasalnya, jika pandangan sempit ini tetap langgeng dikhawatirkan sentuhan dakwah Muhammadiyah bakal tidak sampai di sana.
Pada sisi lain, Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga menyebut kebudayaan dan seni hukumnya mubah selama tidak mengarah pada kerusakan, bahaya, durhaka, dan menjauhkan diri dari Allah SWT.***
English (US) ·
Indonesian (ID) ·