BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — Penyelesaian ibadah haji tidak berfaedah akhir dari kebaikan kebajikan, tetapi kebaikan amal kudu terus dilakukan sampai akhir hayat. Hal ini disampaikan oleh Ketua Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Budi Setiawan, dalam khutbah Jumat di Masjid AR Fachruddin, Kantor PP Muhammadiyah di Yogyakarta, pada Jumat (21/06/2024).
Budi menyatakan bahwa kebaikan amal tidak boleh dibatasi hanya sampai selesainya ibadah haji. Begitu juga berkurban pada saat Idul Adha tidak boleh menjadi satu-satunya corak kebajikan, tetapi kudu bersambung sampai akhir hayat.
Menurut Budi, seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, kebaikan amal yangg dilakukan oleh seorang muslim tidak hanya dalam ibadah-ibadah khusus. Namun, juga dalam tindakan sosial dan perhatian terhadap kebaikan lingkungan. Budi menjelaskan bahwa amal yangg dilakukan oleh seorang muslim tidak hanya berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan. Namun, juga kudu didasarkan pada nilai-nilai teologis alias Ketuhanan.
Seorang muslim yangg mempunyai sifat ihsan, menurutnya, bakal selalu merasakan bahwa setiap perbuatan baik yangg dilakukan adalah atas rahmat Allah SWT. Artinya, amal yangg sukses dilakukan merupakan bagian dari nikmat Allah SWT. “Orang yangg melakukan baik kudu merasa dituntun oleh Allah, kebaikan yangg dilakukan adalah bagian dari nikmat yangg Allah berikan,” ungkapnya.
Budi menambahkan bahwa seorang muslim yangg ihsan tidak hanya konsentrasi pada peningkatan ibadah khusus, tetapi juga kudu peduli pada masalah sampah yangg saat ini dihadapi oleh masyarakat dan kota-kota di Indonesia.
Masalah sampah, lanjutnya, menjadi persoalan yangg susah diatasi lantaran mentalitas manusia itu sendiri. Oleh lantaran itu, dibutuhkan keberadaban yangg berbasis pada nilai teologis yangg tidak memisahkan kehidupan bumi dan akhirat. “Oleh lantaran itu, setelah menyelesaikan ibadah kurban, marilah kita kembali memperhatikan masalah yangg dihadapi oleh alam dan lingkungan,” tambahnya.
Secara global, saat ini bumi tidak hanya menghadapi pemanasan, tetapi sudah mencapai tahap pendidihan. Kenyataan ini dapat dilihat dari ratusan jemaah haji di tanah suci yangg meninggal lantaran terik dan panasnya bumi kita saat ini.***