Warga Muhammadiyah atau Pegawai Muhammadiyah? - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

Oleh: Ace Somantri, Wakil Ketua PDM Kabupaten Bandung

BANDUNGMU.COM — Setiap menjelang Ramadhan tiba, riuh silang saling pendapat selalu muncul di kalangan umat Islam, ungkapan berbisik terdengar di telinga pembicaraan tentang awal bulan Ramadhan.

Terlebih ketika sebulan lebih sebelum Ramadhan, Muhammadiyah sudah beredar info kepastian hari dan tanggal awal bulan Ramadhan.

Sebagian umat manusia Islam sudah tidak asing lagi andaikan Muhammadiyah sudah mempunyai kepastian lantaran Muhammadiyah mempunyai metode dan pendekatan Hisab Wujudul Hilal dengan titik tekan pada wujudnya bulansabit (bulan). Sekalipun di bawah dua derajat lantaran kata kuncinya bulan sudah muncul (wujud).

Dengan sikap yangg konsisten dari dahulu, Muhammadiyah berani ambil akibat di hadapan pemerintah dan masyarakat pada umumnya.

Itu semua dapat dipertanggungjawabkan secara keilamuan Islam, pendekatan saintifik, dan teknologi modern.

Citra selalu beda dengan pemerintah sudah menjadi trade mark tersendiri bagi Muhammadiyah.

Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan Islam, kejadian beda awal Ramadhan ataupun 1 Syawal hijriyah beberapa tahun ke belakang sering menjadi arena saling bully.

Secara kuantitatif penduduk Muhammadiyah pada posisi lebih sedikit. Hal tersebut membikin sebagian penduduk Muhammadiyah andaikan menjalankan puasa ketika awal Ramadhan beda dengan pemerintah, mereka menjalankan puasanya dengan langkah diam-diam.

Bahkan tidak sedikit yangg mengikuti pemerintah lantaran masyarakat di lingkungannya mengikuti pemerintah semua.

Tentu selain tidak mempunyai keilmuan tentang bulansabit awal bulan, secara psikologis cemas dianggap egois-individualistik dan kadang-kadang merasa malu berbeda dengan keumuman umat Islam.

Muhammadiyah sebagai organisasi persyarikatan yangg sudah mempunyai portofolio dan jam terbang luar biasa, apalagi organisasi masyarakat Islam tertua di Indonesia yangg lahir sebelum lahirnya Indonesia, dalam mengelola keragaman berakidah dalam Islam sudah teruji.

Kasus-kasus di atas, terindikasi tetap banyak penduduk Muhammadiyah yangg tetap tidak mengikuti maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah khususnya mengenai pelaksanan ibadah puasa Ramadhan.

Pertanyaannya apakah betul yangg tidak mengikuti maklumat Muhammadiyah itu penduduk Muhammadiyah? Atau karyawan/staf, guru, pengajar Muhammadiyah?

Sependek yangg diketahui kenapa disebut penduduk Muhammadiyah lantaran dapat dikatakan nyaris 90 persen staf/karyawan, guru, dan pengajar di beragam kebaikan upaya Muhammadiyah mempunyai kartu personil Muhammadiyah sehingga bisa dikatakan sebagai penduduk Muhammadiyah.

Sejauh mana ketaatan terhadap organisasi persyarikatan Muhammadiyah? Ini menjadi catatan krusial bagi ketua persyarikatan Muhammadiyah di level masing-masing tingkatan. Kepatuhan tidak menjadi mutlak, tetapi kesadaran mengikuti dan alim adalah sebuah keniscayaan.

Fenomena ini bakal menjadi enak-enak diperbincangkan dan dicarikam solusi untuk perbaikan dalam pengelolaan organisasi Muhammadiyah ke depan.

Controlling kepatuhan dan ketaatan penduduk dan ketua persyarikatan pada organisasi Muhammadiyah bukan hanya soal tata langkah ibadah.

Namun, mencakup seluruh kaidah-kaidah persyarikatan Muhammadiyah yangg menyangkut mobilitas laju roda organisasi dan eksistensi lembaga kebaikan upaya Muhammadiyah yangg dilahirkan oleh persyarikatan Muhammadiyah.

Benar alias salah, faktanya memang ada dan terjadi apalagi terlihat dan terdengar secara inderawi.

Justifikasi tendensius pada seseorang bukan yangg dimaksudkan, melainkan menjadi info dan kebenaran bahwa itu ada dan kudu diakui dan disadari oleh para ketua dan aktivis persyarikatan Muhammadiyah di berbagi level.

Sekalipun jam terbang persyarikatan Muhammadiyah melampaui negara, bukan berfaedah tidak ada yangg salah apalagi tidak ada kekurangan.

Semakin tua organisasi persyarikatan semakin banyak halang-rintang dan tantangan.

Semakin besar kelembagaan organisasi persyarikatan semakin mudah masuk personil Muhammadiyah dan relatif susah dikontrol.

Sehingga untuk mempermudah perihal tersebut masing-masing di tingkat ketua kudu mengetahui domisili anggotanya, termasuk lebih baik mengetahui aktivitas kemasyarakatannya.

Kesungguhan ketua persyarikatan dan ketua kebaikan upaya betul-betul dipertatuhkan untuk mengetahui personil ketua dan penduduk persyarikatan secara teroganisir.

Tidak sedikit, banyak staf/karywan, guru, dan pengajar di lingkungan Muhammadiyah hanya sekadar bekerja tidak lebih.

Bahkan lebih parah lagi aktif di organisasi pesaing ideologi alias flatform organisasi persyarikatan Muhammadiyah.

Bahkan kadang-kadang ada membawa mengerti keagamaan Islam selain aliran yangg ditarjihkan dalam oleh Majelis Tarjih Muhammadiyah dan menjalankan organisasi kebaikan upaya tidak mengikuti norma persyarikatan Muhammadiyah.

Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pengelola kebaikan upaya Muhammadiyah dan ketua persyarikatan.

Tanggung jawab ini ada di pundak para ketua persyarikatan, ketua kebaikan usaha, dan para kader militan persyarikatan Muhammadiyah.

Semata kader alias ketua persyarikatan bukan menjadi kebanggan tatkala belum memberikan ketauladanan, apalagi mempertontonkan sikap yangg arogan merasa paling bermuhammadiyah.

Padahal banyak perihal yangg tidak linear dengan tuntunan dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.

Semoga di bulan Ramadhan ini menjadi bulan instrospeksi dan pertimbangan diri sebagai penduduk persyarikatan Muhammadiyah. Wallahualam.***

-->
Sumber bandungmu.com
bandungmu.com