Bandung, Suara ‘Aisyiyah – Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung mengadakan Workshop berjudul “Pengembangan Kurikulum Berorientasi Outcome Based Education (OBE)” pada Selasa-Kamis (23-25/7/2024).
Workshop ini berjalan di Ruang Dosen, lantai 2 Gedung UM Bandung, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752. Acara ini dihadiri oleh Wakil Rektor I UM Bandung Hendar Riyadi, dan Kepala Bagian P2AI Universitas Islam Bandung (Unisba) Helmi Aziz.
Hendar Riyadi menegaskan bahwa mutu perguruan tinggi sering kali dinilai dari kualitas dan kompetensi lulusannya. Kompetensi ini sangat krusial lantaran bumi industri dan bumi kerja memerlukan lulusan yangg berkompeten.
Hendar mengingatkan agar para lulusan perguruan tinggi tidak hanya mempunyai daftar nilai alias transkrip saja.
“Seorang lulusan tidak hanya memerlukan piagam dan transkrip mata kuliah, tetapi juga kompetensi yangg terukur. Untuk menghasilkan lulusan dengan kompetensi yangg baik, diperlukan proses pendidikan yangg berkualitas. Hal ini sangat berangkaian dengan proses pembelajaran yangg diterapkan. Inilah salah satu argumen dikembangkannya kurikulum OBE,” kata Hendar.
Pendidikan juga berkedudukan krusial dalam menghadapi resesi di beragam bagian kehidupan. Perancangan kurikulum adalah perangkat yangg merencanakan tujuan dari program studi, apalagi universitas itu sendiri.
Dengan demikian, pendidikan dapat melahirkan program studi yangg unggul dan berkemajuan, lantaran 0pendidikan adalah investasi peradaban di masa depan.
“Kurikulum OBE berpendirian pada pengetahuan yangg tidak hanya berorientasi pada keahlian yangg dapat dikuasai mahasiswa. Namun, juga pada gimana mahasiswa bisa mempunyai kepedulian terhadap masalah sosial, lingkungan, dan nasionalisme,” tegas Hendar.
Baca Juga: Studi Lanjut, Keluarga, dan Masa Depan
Sementara itu, Helmi menyampaikan bahwa Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) kudu mencerminkan pengetahuan, keterampilan, dan ketakwaan.
Untuk mencapai perihal ini, diperlukan konsentrasi pada pengembangan mata kuliah dan penghapusan mata kuliah yangg tidak relevan.
“Setiap mata kuliah kudu menggunakan pendekatan historis, hukum, politik, ekonomi, dan studi teologi Islam kontemporer. Penerapan OBE di kampus UM Bandung dengan pedoman Islamic Technopreneur diharapkan dapat melahirkan mahasiswa yangg kritis, mandiri, mempunyai keahlian riset mendalam, berinovasi, dan mempunyai kedalaman spiritual yangg bisa bergabung dengan kemajuan zaman,” kata Helmi.
Fokus kurikulum OBE, kata Helmi, adalah menjawab pertanyaan mengenai keahlian apa yangg dapat dikuasai oleh siswa alias mahasiswa dan apa yangg bisa mereka lakukan dan sebagainya. Kurikulum OBE mempunyai beragam kriteria, ialah pengetahuan (knowledge) dan skill (skill).
“Dosen dan mahasiswa perlu memahami bahwa penilaian bukan hanya berasas penguasaan pengetahuan, tetapi juga keahlian. Cara mengajar pengajar semestinya tidak hanya berfokus pada penyampaian pengetahuan, melainkan juga pada pengembangan skill setiap siswa alias mahasiswa. Selanjutnya, sistem penilaian kudu didasarkan pada penguasaan pengetahuan dan keahlian,” tandas Helmi.
Peserta Workshop kurikulum OBE ini adalah dekan dan wakil dekan, kaprodi dan sekretaris, kepala dans sekretaris lembaga, dan Unit Penjaminan Mutu Program Studi. Mereka tampak mengikuti Worskhop dengan khidmat kemudian diselingi dengan diskusi. (WZ/sa)
English (US) ·
Indonesian (ID) ·