UIN Bandung Gelar Seminar Kewirausahaan Berbasis Budaya dan Lingkungan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

BANDUNGMU.COM, Bandung — Unit Pelaksana Teknis Pusat Karier UIN Sunan Gunung Djati Bandung menggelar Seminar Persiapan Karier 4 berjudul Kewirausahaan Berbasis Budaya dan Lingkungan yangg dibuka oleh Anggita Rahmi Hafsari, Sekretaris Pusat Karier, mewakili Betty Tresnnwaty, Ketua Pusat Karier, di Aula Abdjan Soelaeman, Selasa (16/05/2023).

Seminar Persiapan Karier 4 yangg diikuti oleh 360 peserta ini menghadirkan narasumber Dosen Prodi S-2 Ilmu Komunikasi Universitas Telkom Maylanny Christin dan Dosen S-1 Fakultas Komunikasi dan Bisnis Universitas Telkom Rita Destiwati yangg dipandu oleh Roni Rodiana.

Dalam sambutanya, Sekretaris Pusat Karier menyampaikan Seminar Persiapan Karier 4 diharapkan bisa membuka jalan dan wawasan mahasiswa UIN Bandung tentang beragam jenis upaya yangg berbasis budaya dan lingkungan.

“Tentunya, bukan hanya mengasilkan pendapatan, tapi juga bisa melestarikan budaya dan lingkungan,” tutur Anggita.

Maylanny Christin membahas nilia-nilai budaya dalam berwirausaha. Dengan mengutip budaya dalam berbisnis dari Pacanowsky dan O’donnell Trijulo sebagai pencetus teori budaya sebuah organisasi mengatakan, budaya adalah suatu langkah hidup didalam sebuah organisasi.

“Budaya organisasi mencakup suasana alias atmosfer emosional dan psikologis. Budaya organisasi juga mencakup semua simbol mulai dari tindakan, rutinitas, percakapan, dan sebagainya,” kata Maylanny.

Geertz menyatakan bahwa orang-orang adalah hewan yangg berjuntai dalam jaringan kepentingannya.

“Gambaran mengenai lelaba bukan tanpa tujuan, dia percaya bahwa budaya seperti jaring yangg dipintal oleh laba-laba. nan artinya jaring ini terdiri atas kreasi yangg rumit dan tiap tiap jaring berbeda dengan yangg lainnya,” ucap Maylanny.

Mengenai ini yangg dapat ditawarkan kepada pasar (market), “Untuk memuaskan kemauan alias kebutuhan, termasuk peralatan bentuk (physical goods), jasa (services), pengalaman (experiences), peristiwa (events), orang (persons), tempat (places), properti (properties), organisasi (organizations), info (information), dan buahpikiran (ideas),” jelas Maylanny.

Cara mengingkatkan tingkat produk diperlukan jenjang nilai pengguna (customer value hierarchy).

Pertama, faedah inti (core benefit). Layanan alias faedah mendasar yangg sesungguhnya dibeli pelanggan. “Seorang tamu hotel membeli rehat dan tidur,” ungkap Maylanny memberikan contoh.

Kedua, produk dasar (basic product). Pemasar kudu mengubah faedah inti tersebut menjadi produk dasar.

“Dengan demikian, bilik hotel meliputi tempat tidur, bilik mandi, handuk, meja tulis, meja rias, dan lemari pakaian,” papar Maylanny.

Ketiga, produk yangg diharapkan (expected product), ialah beberapa atribut dan kondisi yangg biasanya diharapkan pembeli ketika mereka membeli produk ini.

“Tamu hotel mengharapakan tempat tidur yangg bersih, handuk yangg bersih, lampu baca, dan kadar ketenangan tertentu,” ujar Maylanny.

Keempat, produk yangg ditingkatkan (augmented product). Pemasar menyiapkan produk yangg melampaui angan pelanggan.

Di negara-negara maju, persaingan dan penentuan posisi merek (brand positioning) berjalan pada tingkat ini.

“Untuk negara-negara yangg sedang berkembang, kebanyakan persaingan berjalan pada tingkat posisi produk yangg diharapkan (product positioning). Contohnya akomodasi Wi-Fi, TV channel, ruang rapat,” papar Maylanny.

Kelima, calon produk (potential product). Meliputi segala kemungkinan peningkatan dan perubahan yangg mungkin bakal dialami produk alias tawaran tersebut pada masa mendatang. Contohnya jasa antar jemput hotel-bandara, city tour.

“Kita ketahui secara berbareng rumah makan Sunda yangg awalnya warung tenda yangg saat ini menjadi restoran ternama. Ini sesuai dengan peribahasa Sunda ialah “cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok” (tetesan air menimpa batu lama-lama jadi berlubang). Upaya sedikit demi sedikit yangg dilakukan terus menerus lama-lama bakal membuahkan hasil,” tandas Maylanny.

Pencemaran lingkungan

Bagi Rita Destiwati, semaunya kudu dilakukan dari sehat lingkungan agar sehat ekonomi,

Maki kita lihat kondisi lingkungan di Indonesia, 185.753 ton/hari dari 270 juta jiwa masyarakat Indonesia.

Timbunan sampah yangg menggunung menyebabkan pencemaran lingkungan dan menambah gas metana dari sampah.

Kasus ledakan gas metana dari gunung sampah pada 21 Januari 2005 di Cirendeu, Leuwigajah, Kota Cimahi, Jawa Barat. Longsor di Kampung Cilimus dan Kampung Pojok, ledakan metana mengakibatkan 157 orang meninggal.

Untuk di Bandung overcapacity dari 32 tempat pembuangan sampah di Kota Bandung. Tempat pembuangan akhir sampah lebih dari 135 letak tetap jauh dari kategori ideal.

“Minimnya lahan yangg luas berakibat tempat pembuangan sampah ada di permukiman padat penduduk. Keterbatasan sarana pengolahan sampah,” ujar Rita.

Padahal kita hahu ciri-ciri lingkungan yangg sehat bersih, teratur, dan sehat. Bersih udara, lingkungan, air, dan tanah.

Pengolahan sampah dan limbah. Sanitasi dan kesehatan lingkungan. Manfaatnya untuk mencegah penyebaran penyakit akibat kuman dan virus alias bahan kimia yangg berbahaya. Mencegah polusi dan kerusakan lingkungan.

Untuk itu, kewirausahaan yangg berbasis pada kepedulian dan pelestarian lingkungan. Karena kewirausahaan lingkungan bisa membikin upaya baru yangg inovatif, mandiri, dan berkonsisten dalam menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan.

“Kewirausahaan lingkungan bisa berbentuk pengelolaan bank sampah yangg berpendirian pada pola 3R, ialah reduce, reuse, recycle,” terang Rita.

Jenis kewirausahaan lingkungan mulai dari bank sampah meningkatkan ekonomi masyarakat. Sampah dapat ditampung, dipilah, dan disalurkan yangg berbobot ekonomi.

“Adanya tabungan sampah yangg bisa digunakan untuk beragam keperluan, seperti bayar sekolah, listrik, kesehatan, sembako, apalagi emas. Bank sampah tidak hanya berfaedah bagi lingkungan, tetapi juga bagi kesejahteraan masyarakat,” jelas Rita.

Paling tidak ada lima upaya usaha pada lingkungan. Pertama, sebaagi anggota, pengelola bank sampah di lingkungan kampus masyarakat.

Partisipasi dalam mengurangi sampah dan mendapatkan faedah ekonomi dari sampah yangg ditabung.

Kedua, menjadi pemasok edukasi dan perubahan perilaku pada masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R.

Ketiga, memanfaatkan media sosial alias aktivitas sosial dalam menyebarkan info dan kesadaran tentang pentingnya bank sampah bagi lingkungan dan kesejahteraan.

Keempat, menjadi inovator dan pembuat dalam menciptakan produk-produk baru yangg berbobot guna dari sampah yangg didaur ulang.

Kelima, memanfaatkan produktivitas dan pengetahuan mereka untuk merangkai sampah menjadi barang-barang yangg bermanfaat, seperti tas, vas bunga, pupuk kompos, dan lain-lain.***

-->
Sumber bandungmu.com
bandungmu.com