Semangat membawa perubahan desa bersih sampah ditunjukkan oleh TPS 3R Lestari Desaku yangg terletak di Desa Klagensrampat, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Berdiri sejak Januari 2023, TPS 3R ini konsisten menampung dan mengelola sampah warga, serta memberikan edukasi pengelolaan sampah hingga saat ini. TPS 3R Lestari Desaku merupakan Tempat Pengolahan Sampah berbasis Reduce, Reuse, dan Recycle yangg melayani penduduk dari lima desa, ialah Desa Klagensrampat, Gumantuk, Pangkatrejo, Maduran, dan Brumbun. Jumlah keseluruhan penduduk yangg dilayani telah mencapai 970 KK.
Menjawab Problem Sampah Desa
Sebelum TPS 3R “Lestari Desaku” hadir, personil Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Desa Klagensrampat, Nanik Lusdianah, menceritakan, masyarakat mempunyai pola yangg tidak sehat dalam penanganan sampah, terutama sampah pampers, ialah dengan dibakar dan dibuang ke sungai Bengawan Solo alias pinggir jalan raya. Masyarakat desa telah menormalisasi perilaku tersebut lantaran belum adanya wadah untuk menampung dan mengelola sampah rumah tangga masyarakat. Akibatnya sungai Bengawan Solo tercemar sedangkan airnya tetap dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.
Tak hanya itu, sampah yangg menumpuk di pinggir jalan raya ataupun bantaran sungai Bengawan Solo pun menimbulkan aroma yangg tidak sedap dan mengganggu estetika, sehingga menimbulkan polusi udara. Sama halnya dengan pembakaran sampah yangg juga menimbulkan pencemaran udara. Oleh lantaran itu, terang Nanik yangg juga kader Nasyiatul Aisyiyah, TPS 3R Lestari Desaku didirikan dengan tujuan untuk mengubah perilaku tersebut dan menyediakan wadah untuk menampung dan mengelola sampah warga.
Berada di bawah naungan BUMDES dengan 11 pengurus, terdapat beberapa aktivitas yangg dilakukan oleh TPS 3R Lestari Desaku ini, mulai dari pengangkutan sampah penduduk ke TPS, penyuluhan penanganan sampah kepada warga, pemilahan sampah, dan penemuan pengolahan sampah. Kegiatan pengolahan sampah di TPS dimulai pada pukul 07.00 WIB dan berhujung pada pukul 12.00 WIB, selama lima hari dalam seminggu. Sementara pengangkutan sampah dilakukan empat hari dalam seminggu.
Pampers Bekas Jadi Barang Berguna
Ada banyak sampah yangg sukses diolah menjadi produk baru dan berbobot jual tinggi. Salah satu sampah yangg diolah untuk dijadikan produk baru adalah sampah popok sekali pakai alias pampers. Nanik menerangkan, terdapat tiga produk yangg dihasilkan dari pengolahan sampah pampers, ialah pupuk cair, pot tanaman, dan media tanam.
Baca Juga: Perempuan Pelaku Usaha, Women Support Women
Untuk pupuk cair, langkah pembuatannya adalah dengan memisahkan hydrogel dari pampers, kemudian ditambahkan air, EM4, dan tetes tebu, kemudian difermentasi selama 2 minggu di tempat yangg tertutup, kemudian hasil fermentasi disaring, lampau ditambahkan cairan rempah yangg sudah difermentasi, dan terakhir dikemas ke dalam botol. Lain halnya dengan penggunaan sampah pampers untuk pembuatan pot tanaman.
Caranya dengan mencampurkan pampers yangg sudah dipisahkan dari hydrogel ke dalam adukan semen, kemudian adukan pampers dan semen tersebut dicetak dan dijemur di bawah sinar mentari hingga mengeras. Pembuatan media tanam juga tak kalah mudah. Caranya adalah mencampur top soil dengan hydrogel pampers dengan komparasi 3:1, kemudian ditambahkan sekam padi dengan komparasi 3:1 pula, dan hasil akhir media tanam siap digunakan.
Dari semua proses pengolahan sampah pampers ini, seluruh bagian pampers digunakan, sehingga tidak ada yangg terbuang, dan semua proses pengolahan sampah ini tetap dilakukan secara manual oleh tiga tenaga pengolahan. Walaupun belum dipasarkan secara terorganisir, Nanik menyampaikan, telah banyak warga, baik dari Desa Klagensrampat, maupun desa-desa yangg lain yangg memesan produk-produk tersebut.
Tantangan dan Harapan
Nanik mengakui, di usia TPS yangg tetap dini, banyak tantangan yangg kudu dihadapi. Salah satunya ialah kurangnya tenaga mahir dan minimnya sumber dana. Selain itu, pengolahan sampah tetap dilakukan secara manual, sehingga memerlukan biaya produksi yangg lebih mahal. Hal ini menyebabkan kurangnya daya saing produk di pasaran.
Meskipun begitu, menurut Nanik, selama sepuluh bulan TPS ini berdiri, telah banyak hasil yangg dirasakan oleh masyarakat sekitar. Dengan adanya TPS ini memudahkan penduduk untuk mengatasi persoalan sampah, terutama limbah pampers, sehingga penduduk tidak perlu lagi membuang sampah di tempat pembuangan liar. Selain itu, keadaan desa juga menjadi lebih hijau dan bersih. Polusi udara pun semakin berkurang seiring tidak adanya penduduk desa yangg membakar sampah.
Ada banyak lembaga yangg datang untuk membujuk berkolaborasi, di antaranya sosialisasi Bank Sampah dan Bank Kompos berbareng mahasiswa KKN Universitas Islam Lamongan, kerja sama pembuatan briket dengan Universitas Muhammadiyah Lamongan, kerjasama pengolahan sampah dengan Kodim 0812 Lamongan, dan sebagainya.
Oleh karenanya, Nanik berambisi ke depannya TPS ini terus berkembang, menghasilkan produk-produk yangg bisa bersaing di pasaran, sehingga dapat meningkatkan pendapatan penduduk desa. Seiring berkembangnya TPS ini, maka berkembang pula lapangan pekerjaan yangg ada. Ia juga berambisi TPS 3R “Lestari Desaku” ini bisa menjadi pilot project untuk desa-desa lainnya. (Salma Asyrofah)
English (US) ·
Indonesian (ID) ·