Soal Campuran BBM Etanol, Pakar: Yang Penting Komitmen dan Berkelanjutan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 9 jam yang lalu

 nan Penting Komitmen dan Berkelanjutan

Stasiun pengisian bahan bakar. (Foto: Freepik)

MAKLUMAT — Pakar yangg juga pengajar Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Dr Prantasi Harmi Tjahjanti SSi MT, menyoroti kebijakan pencampuran bensin di Indonesia dengan 10 persen etanol yangg direncanakan mulai diterapkan tahun depan.

Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan salah satu langkah besar dalam upaya transisi energi, menuju bahan bakar ramah lingkungan yangg diharapkan menjadi titik tolak transformasi industri otomotif dan daya nasional.

Namun, kebijakan tersebut juga memunculkan pertanyaan tentang kesiapan infrastruktur, kendaraan, hingga sektor daya dan pertambangan nasional.

Pakar Umsida, Dr Prantasi Harmi Tjahjanti SSi MT.Pakar Umsida, Dr Prantasi Harmi Tjahjanti SSi MT.

“Etanol alias alkohol etil adalah senyawa organik yangg berasal dari tumbuhan. Senyawa ini mudah terbakar, tidak berwarna, dan mempunyai aroma khas,” kata Dr Tasi, sapaan akrabnya.

Ia menegaskan, pencampuran etanol dengan bensin tidak bakal mengganggu kendaraan, justru memberikan sejumlah faedah penting, termasuk menurunkan tingkat emisi karbon yangg dihasilkan.

“Jadi bagus saja pencampuran ini lantaran bisa menurunkan emisi karbon, mengurangi ketergantungan impor BBM, dan juga meningkatkan nilai oktan. Jadi tidak masalah,” jelasnya.

Menurut Dr Tasi, campuran bensin dengan etanol kondusif dilakukan pada kadar 5 hingga 10 persen (E5–E10). Jika melampaui pemisah tersebut, barulah berpotensi memengaruhi keahlian mesin dan konsumsi bahan bakar.

Tingkatkan Efisiensi dan Kurangi Emisi

Dr Tasi menjelaskan bahwa etanol memberikan akibat positif terhadap performa kendaraan. Pertama, etanol dapat meningkatkan efisiensi mesin lantaran bisa meningkatkan nilai oktan, sehingga proses pembakaran menjadi lebih sempurna.

Kedua, etanol membantu mengurangi emisi karbon monoksida dan hidrokarbon lantaran berasal dari bahan alami.

Ketiga, etanol memang dapat meningkatkan konsumsi bahan bakar, karena daya per liternya lebih rendah dibanding bensin.

Keempat, bahan etanol yangg berasal dari alam menjadikannya lebih ramah lingkungan dan termasuk dalam kategori daya terbarukan.

“Jika etanol bisa diolah secara berkelanjutan, maka bisa mengurangi ketergantungan impor minyak bumi,” jelas Dr Tasi.

Selain itu, etanol mempunyai panas penguapan lebih tinggi dibanding bensin, yangg berfaedah bisa membantu mendinginkan ruang bakar mesin.

Waspada Risiko Kadar Etanol Terlalu Tinggi

Meski demikian, Dr Tasi juga mengingatkan bahwa kandungan kadar etanol yangg berlebihan dapat menimbulkan masalah teknis bagi kendaraan tertentu.

“Kendaraan yangg mempunyai kadar lebih dari E10 kurang cocok untuk bahan bakar ini lantaran kendaraan tersebut tidak dirancang untuk campuran etanol tinggi. Jika diteruskan, maka keahlian mesin dan konsumsi bahan bakar bakal bermasalah,” paparnya.

Ia juga menyoroti potensi masalah pada mobil-mobil tua yangg mempunyai banyak komponen logam. Karena etanol berkarakter higroskopis (mudah menyerap air), bahan bakar ini bisa menyebabkan korosi pada komponen logam kendaraan.

Selain aspek teknis, Dr Tasi menilai campuran bensin dan etanol tidak serta-merta membikin nilai BBM lebih murah, lantaran proses pemurnian etanol yangg disebutnya menyantap biaya cukup tinggi.

“Kalau bahan bakar ini belum tentu murah lantaran proses pemurnian etanol yangg menyantap biaya cukup besar,” sorotnya.

Dorong Pertanian dan Energi Berkelanjutan

Lebih lanjut, Dr Tasi menilai keberhasilan kebijakan tersebut bakal berangkaian erat pada kesiapan sektor pertanian nasional, terutama mengingat bahan etanol yangg alami.

“Kita butuh lahan yangg sangat luas untuk mengembangkan etanol. Inovasi ini juga bisa memakmurkan petani. nan krusial adalah komitmen tentang kontinuitas kebijakan ini,” tandasnya.

Menurut Dr Tasi, dengan persiapan matang dan kebijakan yangg berkelanjutan, Indonesia berpotensi besar mengurangi ketergantungan impor minyak bumi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan para petani.

*) Penulis: Romadhona S / Ubay NA

-->
Sumber MaklumatID
MaklumatID