Sejarah Opak, Penganan Sunda Lezat Nan Renyah - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

BANDUNGMU.COM, Bandung — Sejarah opak terutama yangg terbuat dari bahan dasar singkong, cemilan unik Sunda nan renyah, memang unik lantaran punya cerita tersendiri.

Ya, cemilan yangg satu ini cukup simpel dari segi pembuatan. Siapa saja bisa membuatnya, baik yangg original maupun opak dengan beragam varian.

Soal rasa, pasti cocok dengan lidah masyarakat Sunda khususnya lantaran gurih dan renyah. Zaman sekarang opak yangg dulu menjadi bagian tiap anak-anak muda Jawa Barat sudah kurang.

Opak hanya terkenal dan menjadi bagian nostalgia generasi tua. Memakannya pun hanya pada waktu-waktu tertentu.

Padahal opak sudah menjadi bagian yangg unik selama bertahun tahun dalam budaya Sunda.

Dua jenis opak

Mengutip budaya-indoneisa.org, Rabu (24/08/2022), opak mempunyai beragam jenis berjuntai pada bahan utamanya.

Ada opak ketan dan opak singkong. Opak ketan yangg merupakan unik Jampang Kulon, Sukabumi, Jawa Barat, mempunyai rasa gurih dan renyah.

Opak ketan juga terbagi antara yangg asin dan yangg manis alias disebut opak beureum dan terbuat dari beras ketan.

Sementara itu, opak singkong alias disebut juga opak sampeu yangg terbuat dari parutan singkong dan ramuan bumbu seperti cabe merah dan garam.

Asal-usul opak

Opak pertama kali dikenal di wilayah Sunda alias Jawa Barat. Pada awalnya opak digemari masyarakat Sunda dan masyarakat luar pada umumnya.

Terutama opak ketan original Jampang Kulon lantaran sudah menjadi makanan favorit masyarakat Sukabumi.

Bahkan, opak sudah menjadi budaya pada penduduk Sukabumi. Mereka sehari-hari mebuat opak untuk dijual kepada turis dan oleh-oleh untuk tetangga.

Selain itu, opak juga dihidangkan pada saat aktivitas acara krusial seperti perkawinan, khitanan, syukuran, alias acara lainnya.

Bentuk opak ialah bundar tipis. Campuran bahannya bisa ditambahkan dengan cabe merah, bawah daun, alias tambahan yangg lainnya.

Setelah dibuat, bahan opak yangg tetap lembek bakal ditempelkan di nyiru alias ayakan. Setelah itu kemudian dijemur di bawah terik matahari. Setelah kering, barulah bisa diolah: digoreng alias dibakar juga bisa.***

-->
Sumber bandungmu.com
bandungmu.com