Samarinda, Suara ‘Aisyiyah – Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Kalimantan Timur pada hari Sabtu (12/10) berkesempatan bersilaturahmi dengan sekitar tiga puluh penduduk bimbingan wanita (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (Lapas) Kelas IIA Tenggarong. Silaturahmi ini menjadi aktivitas lintas majelis dan lembaga, ialah Majelis Kesehatan (MaKes) dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA).
Tema yangg diambil adalah Tetap Sehat dan Berdaya dalam Keterbatasan. Tema ini dianggap tepat dengan kondisi para WBP yangg menjadi salah satu golongan rentan selain orang lanjut usia, anak-anak, wanita hamil, penyandang disabilitas, dan golongan masyarakat adat. Mereka punya kewenangan untuk mendapatkan akses jasa kesehatan yangg berkualitas.
Pihak Lapas yangg diwakili Kasi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik (Binadik), Juju, memberikan sambutan positif atas kepedulian ‘Aisyiyah Kaltim pada WBP. Dalam hubungan nyaris dua jam, Ketua Majelis Kesehatan, Tri Wahyuni, yangg juga pengajar program studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kaltim (UMKT) menyampaikan, “Menjaga kesehatan organ reproduksi wanita itu sangat penting”.
Baca Juga: Peran Perempuan dalam Islam: Antara Tradisi dan Modernitas
Sementara Afita Nur Hayati selaku Ketua LPPA sekaligus pengajar prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda (UINSI) mengucapkan terima kasih atas apresiasi pihak Lapas Perempuan Kelas IIA dengan silaturahmi kali ini. “Saya minta program ini bisa terus bersambung di kemudian hari. Selain itu, semangat kepada para WBP untuk terus berkekuatan walaupun berada dibalik tembok tinggi dan tidak leluasa berinteraksi dengan bumi luar,” ujarnya.
Acara ditutup setelah sesi pertanyaan dari WBP kepada narasumber dan Master of Ceremony yangg merupakan Ketua Departemen Kader PWNA Kaltim mengucapkan hamdalah dan salam penutup. Kegiatan dilanjutkan dengan memandang lebih dekat keseharian para WBP. Diawali dari ruang besar, bakal tampak etalase yangg menjadi tempat pajang hasil karya membordir dan membikin tas.
Hasil karya WBP ini kemudian dijual ke masyarakat salah satunya lewat pameran. Ruang selanjutnya adalah ruang pembuatan kue komplit dengan segala peralatannya. Kue hasil buatan para WBP ini dibuat berasas pesanan yangg masuk. Selain itu, terlihat ada meja dan bangku salon juga dapur tempat memasak makanan bagi seluruh WBP tiga kali sehari.
Harapannya, silaturahmi ini kelak dapat menjadi sarana untuk mengabarkan pada para kawan dan family yangg tetap belum mempunyai gambaran positif tentang apa saja aktivitas para WBP selama masa tahanan. Silaturahmi juga menjadi media info sederhana tentang upaya yangg dilakukan pihak Lapas Perempuan terhadap penduduk binaannya agar ketika masa bebas tiba semua WBP mempunyai ketrampilan yangg cukup, mempunyai kemandirian ekonomi, dan tidak terjebak kembali pada perihal yangg menyebabkannya mendapat balasan penjara. (ANH)-lsz
English (US) ·
Indonesian (ID) ·