Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, banyak penduduk masyarakat menantikan tahun baru dengan semangat kegembiraan tinggi.
“Ketika hari yangg dinantikan itu tiba tidak sedikit yangg euforia, seakan menemukan sesuatu yangg membahagiakan. Hingga pemisah tertentu perihal itu manusiawi lantaran manusia mempunyai sifat dasar suka kesenangan yangg berkarakter inderawi alias duniawi,” ungkap Haedar pada Selasa (31/12) di Yogyakarta.
Tapi sebagai bahan refleksi, lanjut Haedar, krusial kiranya bertanya pada diri sendiri. Untuk apa menyambut tahun baru dengan euforia? Lebih-lebih disertai pestapora hingga ada yangg berlebihan.
Bukankah datangnya tahun baru dan lepasnya tahun lama sejatinya usia setiap orang berkurang satu tahun. Lalu, bagi orang beriman, apa bekal hidup kita di Hari Akhir pasca kehidupan di dunia?
“Tuhan berjanji demi waktu dalam “al-Ashr”. Manusia bakal merugi selain mereka yangg beragama dan beramal shaleh, serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran (QS Al-Ashr: 1-3),” kutip Haedar.
Nabi pun berfirman yangg artinya tiga perkara yangg bakal menyertai manusia hidup di Hari Akhir setelah kematian. Pertama kebaikan jariyah alias kebaikan saleh, kedua anak saleh yangg mendoakan orangtuanya, ketiga pengetahuan yangg bermanfaat.
Baca Juga: Refleksi Akhir Tahun, Muhammadiyah Beri 5 Catatan Penting untuk Peran Kebangsaan
“Karenanya, sangat bijak jika kehadiran tahun baru disambut dengan kesadaran diri yangg utama untuk memperbaiki langkah yangg salah alias keliru di tahun lampau dan melakukan yangg baik dan lebih baik di tahun depan dalam segala hal. Jika ada jejak tercecer di belakang lebih baik diganti dengan jejak amal ketika memulai awal tahun baru. Kegembiraan cukup sekadarnya dan diganti kebermaknaan,” ungkap Haedar.
Haedar juga berpesan bagi para penduduk dan elite bangsa dalam berbangsa dan bernegara mari tahun baru diawali dengan jejak positif seraya meninggalkan jejak negatif. Seperti pesan Presiden Prabowo dalam Perayaan Natal, agar mereka yangg salah seperti para koruptor, melakukan pertobatan.
“Pesan krusial tersebut mengandung makna mendalam, tinggalkan hal-hal jelek dan salah, serta lakukan jejak baru yangg betul dan baik dalam kehidupan kebangsaan. Korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kerakusan, kekerasan, ketidakadilan, serta segala ketidakbenaran dan ketidakbaikan dalam perikehidupan kebangsaan mesti ditanggalkan dan diucapkan selamat tinggal,” tegas Haedar.
Terakhir, Haedar membujuk untuk mengedepankan kejujuran, keterpercayaan, kerja keras, kemandirian, kebersamaan, keluhuran moral, dan keberadaban dalam mengawali tahun baru.
“Bagi kaum muda serta Generasi Milenial dan Gen Z utamakan kepercayaan pada diri sendiri, kegigihan, dan etos kemajuan seraya jauhi hidup serba menerabas dan instan. Masa depan tergantung pada jejak masa sekarang dan awal tahun baru 2025 adalah langkah angkatan pertama (the first time) memulai hidup dengan etos kemajuan meraih keberhasilan yangg bermakna!” pungkas Haedar. (Adam)-sa
English (US) ·
Indonesian (ID) ·