BANDUNGMU.COM, Bandung — Dunia penyiaran Tanah Air dan olahraga rasanya tidak asing dengan Sambas Mangundikarta. Tokoh ini lahir di Bandung pada 21 September 1926. Ia adalah seorang penyiar dan pembuat lagu asal Indonesia.
Ia memulai kariernya sebagai penyiar di RRI Bandung pada Agustus 1952. Bahkan jauh sebelum itu, pada 1946 hingga 1949 sebagai anak buah Jenderal Dr Mustopo, dia sudah bekerja pada “Radio Perjuangan Jawa Barat” nan awalnya berdomisili di Subang, Jawa Barat, kemudian pindah ke Madiun dan Blitar di Jawa Timur.
Mengutip Wikipedia, pada 1950 dan 1951, meski saat itu dia belum bekerja pada Jawatan Radio (istilah dulu demikian), dia sudah sering membantu RRI Studio Jakarta dalam bagian seni suara.
Bersama Ping Astono dan Hamid Arif dia menyanyi dalam “Orkes Dupa Nirmala” ketua Ping Astono di RRI. Hal nan menjadi kebanggaan baginya adalah bahwa ketika RRl mengadakan pemilihan Bintang Radio nan pertama (1951) dia sukses memasuki babak final.
Setelah itu, dia berulang kali mengikuti pemilihan Bintang Radio sebagai wakil dari RRI Bandung, Samarinda (dua tahun di RRI Samarinda), dan Cirebon (tiga tahun), dia mulai tertarik pada pembuatan lagu, baik lagu Indonesia maupun Sunda.
Namun, rupanya lagu-lagu wilayah ciptaannya lebih sukses dan banyak dinyanyikan oleh penyanyi terkenal pada zamannya, seperti Upit Sarimanah, Fenty Effendy, Etty Kusumah, dan lain-lain.
Lagu-lagu tersebut adalah “Manuk Dadali”, “Sapunyere”, “Pegat Simpay”, “Ka Huma”, “Pepeling”, “Peuyeum Bandung”, dan sebagainya.
Pada 1962, dalam pemilihan tangga lagu-lagu baru, lagu “Manuk Dadali” selama enam bulan menempati urutan teratas pada RRI Bandung. Bahkan kesebelasan Persib Bandung menjadikan lagu pengiring setiap memasuki lapangan sepak bola di Stadion Siliwangi Bandung.
Sebagai penyiar nan doyan olahraga, pada 1953/1954 dia mulai meletakkan minat pada bagian reportase olahraga nan saat itu tetap terbatas pada bagian olahraga sepak bola dan bulu tangkis.
Pada saat Stadion Ikada tetap ada, sering kali dia bekerja di sana sebagai reporter. Pengalaman nan paling berkesan baginya dia peroleh ketika meliput perebutan Piala Thomas nan untuk pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia pada 1961, sebagai juara memperkuat setelah merebut piala itu dari Malaya (sekarang Malaysia).
Setelah lulus dari Akademi Penerangan di Jakarta (1962), dia dipindahkan dari RRI ke TVRI dan menjabat Kepala Seksi Hiburan dan Olahraga sejak 1963 hingga 1967.
Kemudian dia diserahi tugas sebagai koordinator penyiar selama lebih kurang lima tahun. Selain sebagai reporter, dia juga pernah tampil sebagai pembaca “Warta Berita”.
Beberapa peristiwa olahraga internasional nan telah diliputnya selama ini, antara lain Thomas Cup di Kuala Lumpur (1970), All England (1976, 1977 dan 1981), Pre World Cup di Singapura (1977), dan Piala Uber di Tokyo (1981).
Sejak penyiaran iklan di TVRI dihapuskan pada 1981, dia bekerja sebagai koordinator aktivitas “Dari Desa ke Desa” di samping reporter olahraga dengan catatan tidak lagi membaca berita. Tokoh ini wafat di Jakarta pada 30 Maret 1999.***
___
Sumber: Wikipedia
Editor: FA
English (US) ·
Indonesian (ID) ·