BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — Angka perceraian dan kasus kekerasan berbasis kelamin terus mengalami peningkatan.
Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah Salmah Orbayinah mendorong kader Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah bergerak memberi solusi.
Penyebab perceraian yangg paling dominan adalah lantaran motif ekonomi, kemudian disusul lantaran terjadinya pernikahan awal alias anak-anak.
Melihat beberapa motif tersebut, Bu Bayin mengatakan bahwa pihak yangg paling dirugikan adalah perempuan.
“Satu dari empat wanita menikah itu ketika anak-anak. Jadi, nyaris seperempat wanita alias 24 persen dalam perkara perceraian menikah ketika tetap anak-anak. Namun, pada laki-laki hanya dua persen yangg menikah ketika tetap anak-anak,” katanya.
Dalam Dialog Ideopolitor yangg diselenggarakan di UNISA pada Ahad (14/05/2023) dan diikuti perwakilan Aisyiyah dari beragam wilayah tersebut, pengajar Fakultas Kesehatan UMY ini meminta kader Aisyiyah agar memberikan perhatian terhadap kasus kekerasan terhadap wanita dan anak ini.
Dia mengungkapkan bahwa Kasus Kekerasan Berbasis Gender (KGB) yangg terjadi malah juga dilakukan oleh pejabat publik seperti ASN, tenaga medis, dan abdi negara penegak hukum.
“Kekerasan terhadap wanita justru dilakukan oleh golongan yangg semestinya jadi pelindung. Dan ini menunjukkan persentase sebesar sembilan persen dari jumlah total pelaku,” ungkapnya.
Tidak hanya pada lingkup nasional, wanita Indonesia yangg tersebar di beberapa negara sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) juga sering mengalami kekerasan. Bahkan pada 2022 jumlahnya naik 10,8 persen.
Merespons beragam kejadian kekerasan yangg dialami wanita dan anak, Muhammadiyah-Aisyiyah menyusun program Penguatan Ketahanan Keluarga berbasis Keluarga Sakinah dengan Gerakan Qoryah Toyyibah.
“Menjadikan family sebagai wahana dalam membudayakan hidup bersih, sehat dan green secara holistik, yangg bakal menguatkan kesehatan masyarakat,” tuturnya.
Gerakan ini mempunyai kaitan erat dengan masalah akibat perubahan iklim. Perempuan menjadi golongan yangg paling terdampak.
Namun, di sisi lain secara berbarengan wanita juga mempunyai peran krusial dalam penyesuaian dan mitigasi perubahan iklim.
Dalam Gerakan Qoryah Toyyibah mempunyai lima pilar pembinaan family Sakinah, ialah meliputi pembinaan spiritual, pembinaan pendidikan, pembinaan ekonomi, pembinaan kesehatan dan pengelolaan lingkungan, serta pembinaan sosial.***
English (US) ·
Indonesian (ID) ·