BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad menyampaikan tantangan dakwah Muhammadiyah pada abad kedua.
Ia mengutip salah satu quote terkenal dari KH Ahmad Dahlan bahwa Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa mendatang.
Oleh lantaran itu, ujar Dadang, perlu meraba-raba tantangan apa Muhammadiyah pada abad kedua ini.
“Kita sukses pada abad pertama, mendapat penghargaan dari beragam pengamat, jumlah akomodasi sosial yangg kita bangun begitu banyak. Tapi ini produk abad pertama, tantangan pada abad kedua justru sangat berbeda. Apakah kita bakal mempertahankan style lama?” ucap Dadang dalam aktivitas acara Dialog Ideopolitor di Universitas Ahmad Dahlan pada Ahad (07/05/2023).
Menurut Dadang, tantangan utama Muhammadiyah pada kedua adalah adanya kejadian perubahan radikal dari fisikal ke digital.
Era digital adalah masa saat semua serba mudah dan tidak ada batasannya. Hampir segala lini kehidupan, dari pendidikan, kesehatan, hingga ekonomi, sudah mulai terdigitalisasi.
Hal ini terjadi lantaran penemuan manusia bakal internet. Di Indonesia sendiri internet mulai masuk pada 1990-an dan berkembang pesat pada periode tahun 2000-an.
“Sejak ditemukan internet pada 1990-an, bumi berubah dengan cepat. Hubungan antar manusia tidak lagi seperti dahulu, berkarakter organik, tetapi berubah berkarakter virtual alias digital. Sekarang nyaris sebagian besar manusia menggunakan perangkat komunikasi melalui jejaring internet, jarak jauh, dan melalui sosial media,” tutur Dadang.
Penemuan internet menjadi penanda masuknya era Industri 4.0. Jika revolusi industri 3.0 sukses mengotomasi seluruh proses produksi dengan sesedikit mungkin kombinasi tangan manusia, revolusi industri 4.0 melahirkan mesin pandai yangg bisa berpikir.
“Era (revolusi industri 4.0) ini, manusia menerapkan digitalisasi dalam beragam aspek kehidupan,” ucap Dadang seperti bandungmu.com kutip dari muhammadiyah.or.id.
Menurut Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Bandung ini, hadirnya era 4.0 membawa pada perubahan dalam pola beragama.
“Perkembangan teknologi media ke arah lebih canggih, instan, interaktif, menyebabkan anak muda lebih banyak menyerap info keislaman yangg dikemas menggunakan media konvergensi. Khawatirkan generasi muda tidak menerima info berislam dan bermuhammadiyah,” kata Dadang.
Oleh lantaran itu, Muhammadiyah yangg mengusung semangat pembaharuan (tajdid), ungkap Dadang, mesti menghadirkan wajah baru dalam berceramah melalui beragam platform media berbasis digital sehingga cocok dengan Karakter Komunitas Virtual.
“Komunitas virtual yangg tidak terbatas oleh tempat, waktu, ideologi, status sosial ekonomi maupun pendidikan, sehingga memberikan kesempatan bagi Muhammadiyah untuk mendapatkan respons positif dari seluruh pelosok dunia,” tandas Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati ini.
English (US) ·
Indonesian (ID) ·