BANDUNGMU.COM, Jakarta — Di hadapan tokoh-tokoh politik nasional dan beberapa tokoh kepercayaan di aktivitas Silaturahmi Ramadan Bersama Presiden Joko Widodo yangg diselenggarakan PAN pada Minggu (02/04/2023), Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Abdul Mu’ti sampaikan karakter sederhana anak muda Muhammadiyah dengan NU.
Menurut Guru Besar Pendidikan Islam ini, langkah sederhana membedakan anak ustad NU dengan anak ustad Muhammadiyah dalam kitab bacaannya. Kalau anak ustad NU membaca kitab kuning, sedangkan anak ustad Muhammadiyah membaca kitab putih.
“Katanya jika bedanya NU sama Muhammadiyah bahwa NU itu kitab kuning, jika Muhammadiyah itu kitab putih. Anak ustad NU kitabnya kuning, anak-anak ustad Muhammadiyah kitabnya putih, tapi sekarang sudah tidak pakai kitab lagi kedua-duanya,” seloroh Mu’ti seperti bandungmu.com kutip dari laman resmi Muhammadiyah.
Sembari bercanda, Mu’ti menyebut bahwa dia juga membaca kitab kuning. Namun, berbeda dengan yangg dibaca oleh Gus Miftah yangg juga datang di aktivitas itu.
Jika Gus Miftah membaca kitab kuning yangg berisi pengetahuan keislaman klasik, jika dia kitab kuning yangg berisi daftar kontak nomor telepon alias yellowpages.
Terlepas dari bercandaan yangg dibawakan Mu’ti di aktivitas itu, dilihat dari realitas di lapangan, tokoh-tokoh maupun kader Muhammadiyah yangg diminta menyampaikan pengajian seringkali mengutip alias merujuk kitab-kitab putih alias buku-buku modern.
Mengingat ini adalah Pengajian Ramadan, Mu’ti juga menyampaikan tentang makna puasa. Menurutnya, puasa yangg dijalankan oleh seorang muslim merupakan tempat pendidikan untuk melatih nafsu.
Merujuk Erich Fromm, Mu’ti mengatakan bahwa manusia mempunyai kecenderungan to have dan to be. Dia menjelaskan, to have merupakan kecenderungan manusia untuk mempunyai sebanyak-banyaknya, sedangkan to be adalah kecenderungan manusia untuk mensyukuri atas yangg dimiliki.
“Kadang-kadang lantaran kecenderungan having mood itu manusia bisa menjadi pencemburu dan menjadi eksesif lantaran manusia itu mempunyai sesuatu dan tidak mau memberikannya kepada yangg lain,” ungkap Mu’ti.
Hematnya, kecenderungan having mood ini bisa menjerumuskan manusia bertindak seperti makhluk Allah yangg lain, seperti hewan dan manusia bisa menerabas semua patokan lantaran kemauan untuk mendapat segala sesuatu.
“Di sinilah kenapa Allah mensyariatkan kita dengan ibadah puasa lantaran dengan puasa itu kita dididik Allah untuk menjadi orang, boleh mempunyai sesuatu, tetapi jangan berlebih-lebihan. Oleh lantaran itu, Anda kudu menahan diri,” ucap Mu’ti.***
Hits: 10
English (US) ·
Indonesian (ID) ·