Peradaban Lahir dari Budaya Baca Tulis - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

BANDUNGMU.COM, Bandung — Menurut Program for International Student Assessment (PISA) yangg diselenggarakan oleh OECD, Indonesia menjadi bagian dari 10 negara yangg mempunyai tingkat literasi rendah pada  2019 ialah di ranking 62 dari 70 negara.

Minimnya minat baca ini, kata Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti, berasal dari kuatnya tradisi lisan masyarakat Indonesia untuk bercengkerama. Hampir setiap suku mempunyai tradisi ngobrol dalam istilahnya masing-masing.

“Orang Indonesia itu kan paling suka ngobrol kan? Kayak gempar saja. Kalau ngobrol yangg krusial enggak apa-apa, tapi kadang-kadang ngobrolnya enggak krusial sehingga orang Indonesia itu di mana-mana kan ngobrol,” jelas Mu’ti seperti dikutip program Kolak TvMu berjudul “The Power of Reading”, Sabut 08 April 2023.

Kenyataan ini kata dia kudu mulai diubah dengan menggerakkan masyarakat kepada budaya yangg lebih produktif, ialah budaya membaca beragam perihal yangg positif dari referensi yangg ringan, lampau meningkat ke karya sastra, kitab filsafat, alias hasil penelitian.

“Sehingga lantaran itu maka membaca itu juga tidak kudu banyak tidak kudu banyak, yangg krusial rutinitasnya itu rutinitas membaca sehingga lantaran itu maka jika kita punya kebiasaan membaca maka kita bakal menjadi orang yangg senantiasa mengupdate ilmu,” ujar Mu’ti.

Mengubah kebiasaan memang berat, namun kata Mu’ti, bangsa Indonesia kudu memulainya, lebih-lebih bagi umat Islam dan penduduk Muhammadiyah. Surah Al-Alaq ayat 1-5 kata dia adalah inspirasi dan dorongan agar umat Islam menjadi masyarakat pengetahuan alias organisasi terdidik.

“Kemudian, membaca itu juga memikirkan, merenungkan. Sehingga dalam proses membaca itu tidak sekedar reading out loud ya, tidak sekadar kita membaca sesuatu dengan dengan keras gitu, tetapi kita membaca yangg kita tuh memikirkan ini maksudnya apa? referensi ini isinya apa? maknanya apa? dan itu menjadi bagian dari proses membaca,” terang Mu’ti.

Jika membaca telah menjadi kebiasaan masyarakat, Mu’ti percaya bangsa Indonesia bakal lebih mudah maju dan bersaing sebagai bangsa yangg lebih beradab.

Sebaliknya jika masyarakat tetap kuat dalam tradisi ngobrol dan minim literasi, posisi Indonesia bakal susah bersaing dengan bangsa-bangsa lain.

“Kalau orang itu bicara terus, omdo, omong doang, memang tidak menimbulkan dan tidak melahirkan jejak-jejak budaya dan peradaban. Oleh lantaran itu, perintah membaca menjadi bagian dari tonggak krusial gimana peradaban Islam dibangun dan gimana peradaban manusia itu menjadi bagian dari proses yangg konstruksinya dalam budaya masyarakat itu adalah budaya baca,” pungkas Mu’ti.***

-->
Sumber bandungmu.com
bandungmu.com