BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyiapkan kurikulum Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat (SEKAM) untuk melahirkan tokoh pendamping perubahan masyarakat.
Ketua MPM PP Muhammadiyah M Nurul Yamien menuturkan bahwa Muhammadiyah sebagai aktivitas dakwah Islam amar makruf nahi munkar mempunyai semangat untuk mewujudkan kerisalahan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Usaha tersebut, ujar Yamien, telah dijalankan oleh Muhammadiyah sejak lebih dari satu abad yangg lalu.
Sebagai organisasi dakwah, Muhammadiyah menghendaki terjadinya perubahan masyarakat ke arah yangg lebih baik dari kondisi sebelumnya yangg kurang alias apalagi tidak baik.
Dalam konteks tersebut, dakwah dimaknai sebagai suatu proses perubahan sosial yangg memerlukan tokoh untuk pendamping.
“Dakwah yangg dimaknai perubahan dari kondisi sebelumnya yangg kurang alias apalagi tidak baik menuju ke arah kehidupan yangg lebih baik sebagai suatu proses perubahan sosial diperlukan tokoh perubahan, di samping dari masyarakat itu sendiri, juga kehadiran penyedia yangg mumpuni merupakan kebutuhan mutlak,” Kata Yamien.
Dalam melahirkan fasilitator, MPM PP Muhammadiyah memformulasikannya melalui SEKAM.
Bagi MPM, SEKAM menjadi salah satu program strategis yangg bakal dijalankan. Ikhtiar menyikapi perubahan konteks yangg senantiasa dinamis, SEKAM memerlukan penyegaran kurikulum.
Oleh lantaran itu, Yamien memandang perlu adanya Workshop Kurikulum SEKAM yangg diselenggarakan di Universitas Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) pada Minggu (21/05/2023).
Lima perihal pokok
Dari Workshop SEKAM ini, Yamien berambisi kurikulum SEKAM bakal mengakomodasi lima perihal pokok.
Pertama, aktivitas pemberdayaan masyarakat merupakan bagian strategis dakwah Muhammadiyah. Untuk itu, landasan ideologis pemberdayaan MPM kudu bertumpu pada ideologi Muhammadiyah.
Kedua, aktivitas pemberdayaan MPM kudu bisa meningkatkan kesadaran bakal kewenangan dan tanggungjawab masyarakat sebagai penduduk negara sehingga membangun logika kritis menjadi bagian krusial pemberdayaan.
Ketiga, aktivitas pemberdayaan kudu bisa menumbuhkan daya ungkit dan daya angkat potensi masyarakat secara berdikari dan berdaulat sehingga meningkat kesejahteraan dan kemakmurannya.
Keempat, kurikulum SEKAM kudu bisa menciptakan penyedia yangg mempunyai keahlian plus. Bukan saja sebagai penggerak aktivitas sosial yangg berbasis social entrepreneurship, melainkan penggerak dakwah pemberdayaan.
Kelima, aktivitas pemberdayaan saat ini kudu bisa mengembangkan penyesuaian dan memanfaatkan teknologi bagi masyarakat agar derap pemberdayaan lebih massif dan berkemajuan.***
English (US) ·
Indonesian (ID) ·