BANDUNGMU.COM, Garut – Stasiun kereta api yangg satu ini memang unik sekaligus sering dikaitkan dengan hal-hal misterius oleh sebagian orang. Lokasi stasiun ini tak jauh berbeda dengan stasiun lain yangg ada di Indonesia. Di dalamnya terjadi aktivitas turun alias naik penumpang.
Memang tidak ada yangg aneh. Namun, sejak tragedi kereta api masuk lembah pada 1995, ada kebiasaan unik yangg sampai hari ini tetap dilakukan, ialah kereta api kudu berakhir dulu.
Mengutip laman bebas wikipedia, Stasiun Cipeundeuy merupakan stasiun kereta api kelas II yangg terletak di Cikarag, Malangbong, Garut, Jawa Barat.
Stasiun yangg terletak pada ketinggian +772 meter ini termasuk dalam wilayah operasi (Daop) II Bandung. Selain itu, stasiun ini juga merupakan stasiun kereta api yangg letaknya paling timur di Kabupaten Garut.
Nama Stasiun Cipeundeuy berasal dari nama kampung tempat stasiun ini berada. Stasiun ini mempunyai tiga jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus.
Stasiun ini berada di petak lintas selatan KA Pulau Jawa antara Bandung dan Tasikmalaya, terletak hanya sekitar 250 meter dari jalan raya Bandung-Tasikmalaya. Stasiun ini dapat dilihat dari jembatan jalan raya tersebut yangg melintas di atas rel.
Wajib berhenti
Walaupun bentuk gedung stasiun ini terlihat hanya sebagai stasiun kecil, semua kereta api tanpa memandang kelas, jadwal, dan jenis angkutannya, diwajibkan berakhir di stasiun ini.
Tujuannya adalah untuk pemeriksaan rem alias penambahan lokomotif lantaran jalur setelah stasiun ini merupakan petak yangg cukup terjal naik-turunnya.
Rutinitas ini sudah dilakukan sejak era Hindia-Belanda hingga saat ini. Namun, mulai awal dasawarsa 1990-an, rutinitas pemeriksaan rem ini sempat ditiadakan lantaran dianggap tidak efisien dan banyak terdapat pedagang asongan di stasiun ini.
Penghapusan rutinitas pemeriksaan rem ini berkontribusi pada terjadinya tragedi KA campuran Galuh dan Kahuripan yangg masuk jurang. Tragedi ini terjadi pada tengah malam tanggal 24 Oktober 1995 di dekat Jembatan Trowek.
Pada saat jalur menurun, rem KA menjadi blong, sementara jalan juga menanjak, sehingga KA akhirnya terperosok ke dalam lembah yangg cukup dalam. Akibatnya banyak korban meninggal bumi dan luka-luka. Kebanyakan korban yangg meninggal adalah penumpang yangg panik dan melompat tanpa menyadari bahwa kereta telah masuk jurang.
Krologis kejadian
Mengutip travel.okezone.com, peristiwa nahas itu terjadi kala lokomotif Kereta Api (KA) Galuh relasi Pasar Senen-Banjar mengalami kerusakan di Stasiun Cibatu dan kudu menunggu perbaikan.
Demi meminimalkan waktu keterlambatan, KA Galuh digandengkan dengan KA Kahuripan relasi Bandung – Kediri. Setelah selesai digabungkan, rangkaian ini pun melangkah dengan susunan 2 Lokomotif + 13 K3.
Sekitar pukul 00.03 WIB saat bakal mendekati Stasiun Torowek (Sekarang Cirahayu), kedua KA yangg digabungkan tersebut mengalami masalah pada sistem pengereman yangg diperkirakan berasal dari rangkaian KA Kahuripan.
Akibatnya, kedua kereta ini semakin lama semakin melaju kencang sehingga kecelakaan luar biasa pun tersebut tak terhindarkan.
Kecelakaan rangkaian KA terjadi saat sampai pada letak di km 241 alias tepat di tikungan jembatan sungai Cirahayu (Torowek) yangg panjangnya sekitar 100 meter. Lokasi kejadian mempunyai corak jalan rel yangg menikung sekaligus turunan.
Kecelakaan tersebut terjadi diduga lantaran kecepatan KA yangg terlalu tinggi dan rem kereta yangg tidak berfungsi. Akibatnya, rangkaian KA ini ambruk dan terguling ke sisi kanan dan kiri rel, kemudian terperosok ke dalam jurang.
Sebanyak 4 unit kereta terlempar ke bagian kanan rel dengan kereta terakhir berada di bawah lembah sedalam 10 meter. Sementara 3 unit kereta lain tetap berada di atas rel.
Kemudian 5 unit kereta yangg selamat dan tidak ambruk ataupun terlempar sukses dievakuasi ke Stasiun Cibatu. Sedikitnya 14 penumpang meninggal dalam kejadian tersebut. Sejak saat itulah, untuk menghindari kejadian serupa, semua KA yangg bakal ke timur ataupun barat, kembali diwajibkan untuk berakhir di stasiun ini.
Sejak era Belanda
Mengutip travel.okezone.com, sebetulnya sejak era kolonialisme Belanda pun sudah diperintahkan bahwa di Stasiun Cipeundeuy semua kereta kudu berhenti. Namun, beberapa orang di sekitar stasiun kerap kali menghubungkannya dengan hal-hal mistis.
Apalagi di sepanjang jalan kereta api antara stasiun Ciawi, Cirahayu, Cipeundey, hingga ke Stasiun Bumiwaluya kerap kali terjadi kecelakaan maut dan merenggut korban jiwa.
Saat era kereta api tetap memakai lokomotif berbahan bakar batu bara, sering terjadi kecelakaan aneh, seperti lokomotif ataupun gerbong anjlok, terguling, apalagi gerbong terputus.
Sempat terjadi lokomotif mundur lagi ke jembatan Torowek alias Stasiun Cirahayu di sekitar Kampung Wage tanpa karena yangg jelas. Banyaknya kecelakaan di letak ini sehingga kudu diantisipasi dengan meruwat alias mengganti nama stasiun di sepanjang jalur tersebut.
Dalam catatan sejarah nama-nama stasiun itu sempat diganti. Misalnya Stasiun Malangbong menjadi Stasiun Bumi Waluya. Begitu juga Stasiun Torowek diubah menjadi Stasiun Cirahayu.
Pada 1960-an, sempat ada sesepuh kampung setempat menganjurkan ritual menyembelih kerbau bule di lokasi. Bahkan disertai dengan ruatan wayang golek.***
English (US) ·
Indonesian (ID) ·