
Detikcom
Oleh: Islamiyatur Rokhmah*
Integrasi Agama dan Ilmu Pengetahuan
Agama tetap banyak disampaikan secara Ulum Ad-Diin, ialah seputar Kalam, Fikih, Tafsir, Hadis, Qur’an, Faraidl, Aqidah, Akhlak, Ibadah dan begitu seterusnya dengan pengetahuan bantunya Bahasa Arab (Nahwu, Saraf, Balaghah, Badi’, ‘Arudl) ‘Ulum al-Diin yangg diselenggarakan oleh masyarakat sekarang ini sangat terasa sangat lokal, dangkal, parsial (sepotong-potong) provincial (terkotak-kotak; terbatas langkah pandangnya), parochial (sempit).(Abdullah, 2010) Untuk memahami realitas kehidupan sosial keagamaan dan sosial keislaman, menjadi lebih memadai andaikan digunakan pendekatan-pendekatan seperti sosiologi (sosiulujiyyah), antropologi (antrupulujiyyah), kebudayaan (tsaqafiyyah), dan sejarah (tarikhiyyah).
Dialog, perbincangan dan pembahasan yangg mendalam tentang isu-isu kontemporer seperti Hak Asasi Manusia, kelamin (partisipasi wanita dalam aktivitas politik, sosial, ekonomi, pendidikan), disabilitas, pluralitas agama, hubungan dan norma internasional yangg menggunakan metode dan pendekatan campuran antara al-Fikr al-Islamiy dan Dirasat islamiyyah sangat berbeda dengan pendekatan ‘Ulum al-Diin yangg tetap menggunakan perspektif metodologi keilmuan lama (Abdullah, 2010). Masih banyak penceramah, dai, pengajar (guru dan dosen) yangg mengkotak-kotak keilmuan antara kepercayaan dan pengetahuan pengetahuan umum. Oleh lantaran itu pentingnya integrasi dan interkoneksi antara pengetahuan kepercayaan dan pengetahuan pengetahuan umum dan teknologi (Siswanto, 2015)
Mata Kuliah Agama Islam dan Kemuhammadiyahan di PTMA
Agama Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) adalah mata kuliah penciri dan unggulan di perguruan tinggi Muhammadiyah maupun ‘Aisyiyah (PTMA). Inovasi dan produktivitas pembelajaran AIK sangat dibutuhkan oleh para pengajar, agar mata kuliah ini dapat mudah dipahami dan sesuai dengan realitas kehidupan zaman. Maka pendekatan al-Fikr al-Islamiy dan Dirasat Islamiyah sangat diperlukan dalam mengimplentasikan mata kuliah AIK ini.
Mata kuliah AIK terdiri dari 4 mata kuliah yangg ditempuh dalam 4 semester sebagaimana termuat dalam kitab Pedoman AIK yangg diterbitkan Majelis Dikti PP Muhammadiyah (2016). Perkuliahan AIK di PTM terdiri dari AIK I, II, III, dan IV, dengan rincian bahwa AIK I membahas “Kemanusiaan dan Keimanan”; AIK II memuat tema “Ibadah, Akhlak, dan Muamalah”; AIK III mengulas “Kemuhammadiyahan”; dan AIK IV memuat “Islam dan Ilmu Pengetahuan” (Tim et al., n.d.). Maka UNISA Yogyakarta dalam mengimplementasikan mata kuliah AIK dengan merujuk pada pedoman AIK Majelis DIkti PP Muhammadiyah tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
AIK I ialah Kemanusiaan dan Keimanan. Mata kuliah ini membahas beragam kejadian tentang keagamaan dan kemanusiaan. Diskursus keagamaan bukan sekadar kepercayaan di dalam hati yangg berkarakter batiniah (qalb), namun juga wilayah pembuktian keagamaan dalam corak perbuatan yangg sifatnya lahiriah (arkan). Diskursus kemanusiaan juga bakal dilihat secara komprehensif. Salah satunya dengan langkah memandang peran dan tanggung jawab manusia di muka bumi.
Islam telah menjelaskan bahwa manusia mempunyai dua peran penting, ialah sebagai hamba Allah (abdullah) dan wakil Allah (khalifatullah). Tugas manusia sebagai abdullah merupakan realisasi dari mengemban amanah Allah swt ialah selalu alim dan alim atas segala perintah dan menjauhi semua laranganNya. Sebagai khalifatullah manusia kudu betul-betul menjalankan sifat-sifat ketuhanan (Rabb), ialah mengatur, menciptakan, memelihara dan sebagainya.
Penjabaran manusia sebagai khalifatullah selaras dengan arti iman, yangg tidak hanya pada dimensi hati (qolb) tetapi juga dimensi pernyataan (lisan) dan juga perbuatan (arkan). Demikian pula, manusia sebagai khalifatullah bukan hanya menyembah dan mengagungkan Allah, namun juga kudu melakukan baik kepada manusia dan alam sebagai sifat Rabb yangg menciptakan, memelihara, menjaga, memiliki, melindungi dan lain-lain. Mata kuliah ini tidak hanya menguatkan tauhid Ilahiyah saja, namun juga menguatkan untuk bertauhid sosial dengan penguatan Teologi Al-Ma’un, mahasiswa diajak untuk menghargai perbedaan multikultur, disabilitas, gender, dll.
Baca Juga: Pendidikan Toleransi bagi Siswa Sekolah Dasar
AIK II ialah Ibadah Akhlaq dan Muamalah. Mata kuliah ini membahas beragam kejadian tentang Ibadah, Akhlak, dan Mu’amalah. Ibadah Mahdah dan ibadah Ghoiru Mahdah. Prinsip-prinsip Hukum Islam mengenai Kaidah-kaidah Mu’amalah Dunyawiyah serta Akhlak sebagai sumber peradaban paling otentik yangg kudu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
AIK III ialah Keaisyiyahan dan Kemuhamamdiyahan. Mata kuliah ini didesain untuk mengenalkan kepada mahasiswa ihwal aktivitas Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dari beragam sisinya. Mahasiswa sebagai kader, kudu memahami secara komprehensif kemuhammadiyahan dan keaisyiyahan. Ada tiga standar kompetensi utama dalam mata kuliah ini, ialah memahami sejarah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah; memahami dan menghayati nilai-nilai ideologi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, melaksanakan praktik komunikasi Islam dan bisa mengkaji masalah wanita dan keindonesiaan.
Tujuan utama mata kuliah ini adalah membentuk sarjana muslim sebagai kader persyarikatan Muhammadiyah yangg bisa membujuk kepada beragam macam kebaikan (amar ma’ruf) serta bisa mencegah dari beragam macam keburukan (nahi munkar), baik dalam kehidupan berbangsa maupun bernegara.
AIK IV ialah Islam dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Pada mata kuliah ini mahasiswa bakal belajar tentang sejarah peradaban pengetahuan di bumi Islam. Dalam mengembangkan peradaban Ilmu ini, al-Qur’an menjadi pedoman pengetahuan pengetahuan dan menjadi inspirasi bagi pengembangan pengetahuan pengetahuan di bumi modern. Islam juga datang dalam memecahkan isu-isu kekinian.
Implementasi AIK
Metode pembelajaran AIK di UNISA Yogyakarta lebih mengedepankan metode pembelajaran Student Center Learning ialah metode pembelajaran orang dewasa alias andragogi. Di samping itu, dikuatkan dengan metode active learning untuk meningkatkan mutu pendidikan sebagaimana disampaikan oleh Zaini bahwa strategi belajar aktif adalah satu strategi pembelajaran yangg membujuk siswa untuk belajar secara aktif (Hisam Zaini, 2002).
Maka pada Rencana Pembelajaran Semester (RPS) AIK, sudah diatur bahwa penilaian mata kuliah AIK adalah 20 % tugas, 10% UTS, 20% UAS, dan 50% Proyek. Porsi nilai proyek lebih besar sebagai bentuk dari active learning lantaran diharapkan mahasiswa tidak hanya menghafal teori dan konsep saja, namun mahasiswa diwajibkan untuk mengimplementasikan AIK dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, dalam pembelajaran AIK I materi Theologi Al-Ma’un, mahasiswa diterjunkan langsung ke kebaikan upaya dan dampingan Aisyiyah-Muhammadiyah. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengamalkan nilai dalam surah Al-Ma’un. Luaran dari mata kuliah ini bisa menjadi tulisan jurnal dan video yangg di-HKI-kan.
Sementara AIK II konsentrasi pada Objective Structure in Islamic Value (OSCIE) dalam proyeknya, ialah pengamalan ibadah sesuai dengan tuntunan Rasul, baik tentang tayamum, salat, perawatan jenazah, serta doa-doa keseharian, unik untuk kesehatan gimana bisa menganjarkan pasien dengan doadoa kesehatan.
Sedangkan pada AIK III, materi Perempuan Berkemajuan, mahasiswa juga diharuskan mencari kasus dan memberikan solusi pada kasus-kasus tersebut seperti perceraian, pernikahan anak, stunting, dan persoalan family lainnya. Diharapkan mahasiswa dapat memberikan solusi untuk menciptakan family sakinah mawaddah wa rahmah. Pada proyek ini, mahasiswa diharapkan dapat bekerja sama dengan Pimpinan Ranting/Cabang ‘Aisyiyah-Muhammadiyah.
Sedangkan pada AIK IV materi Islam dan Lingkungan, mahasiswa diminta untuk melakukan proyek pengamanan lingkungan, seperti pengelolaan dan pemilahan sampah, pembuatan pupuk organik, penanaman/penghijauan. Pelaksanaan proyek juga dapat bekerja sama dengan Pimpinan Cabang dan Ranting ‘Aisyiyah-Muhamamadiyah dan Ortom Muhamamdiyah.
*Ketua LPPI Unisa Yogyakarta
English (US) ·
Indonesian (ID) ·