Membalas Keburukan Dengan Kebaikan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

Oleh: Dadang Kahmad, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah

BANDUNGMU.COM, Bandung — Sebuah ceritera yangg inspiratif. Suatu hari seorang petani menghadap pengadil di sebuah kota di negeri Cina.

Ia mengadukan gangguan tetangganya yangg seorang pemburu dan anjingnya tidak pernah di rantai alias diikat sehingga tiap malam memangsa domba alias ayam peliharaannya. Ia memohon kepada pengadil untuk menghukum tetangganya tersebut.

Sang pengadil berkata, “Sebelum saya memutuskan perkara, saya bakal kasih engkau dua pilihan. Apakah engkau mau punya tetangga yangg memusuhimu sepanjang waktu alias engkau mau punya tetangga yangg baik seperti saudara?”

Petani menjawab, “Saya mau punya tetangga yangg baik berkawan seperti saudara.”

Hakim berbicara lagi, “Jika tetanggamu yangg pemburu itu dihukum dua tahun, maka setelah selesai balasan dia bakal kembali jadi tetanggamu yangg membenci Anda selama-lamanya dan engkau bakal berdampingan dengan tetangga yangg berbeda selama hidupmu. Namun, jika engkau besok datang ke pemburu itu memberi bingkisan hasil pertanian alias hasil peternakan, maka Anda bakal menjadi tetangga yangg baik bagi dia dan dia pun jadi tetangga yangg baik bagi Anda sehingga Anda hidup tenteram selama-lamanya.”

Besok harinya petani melaksanakan nasehat sang hakim. Ia menyembelih seekor kambing yangg besar lampau dagingnya dikirimkan ke tetangganya itu dan juga dia membawa anak kambing sebagai bingkisan ke anak si pemburu itu untuk dipelihara.

Sejak saat itu semua anjing pemburu selalu dirantai lantaran takut mengganggu anak kambing kepunyaan anaknya. Sejak itu pula terjadilah kedamaian di antara keduanya saling memberi. Pemburu memberi hasil buruannya dan petani memberikan hasil dari pertaniannya.

Hikmah yangg dapat diambil dari kisah tersebut bahwa tidak semua persoalan kudu dihadapi dengan norma formal. Kadang-kadang manusia kudu memandang akibat dari tindakan norma yangg bakal dijatuhkan.

Itulah makna dari surah Al-Fushilat ayat 34 yangg berbunyi, “Tolaklah keburukan dengan langkah yangg lebih baik sehingga orang yangg ada rasa permusuhan antara Anda dan dia bakal seperti kawan yangg setia.”

Oleh lantaran itu, dalam Islam ketika hubungan antar perseorangan terganggu, kudu sigap diperbaiki sehingga terjalin hubungan kasih sayang di antara sesama kaum Muslimin.

Interaksi antar tetangga diperlukan kesabaran yangg tinggi sebagaimana yangg dianjurkan Nabi SAW, “Seseorang yangg mempunyai tetangga dan dia selalu disakiti oleh tetangganya, tetapi dia sabar atas gangguannya, maka dia termasuk di antara 3 orang manusia yangg dicintai Allah.” (HR Ahmad).

Ketika berinteraksi dengan sesama manusia diperlukan kesabaran dan sikap pemaaf. Menahan marah dan selalu berhati lapang atas gangguan tetangga merupakan prasyarat bagi kedamaian lingkungan.

Karena tetangga adalah manusia lain yangg paling dekat di samping kaum kerabat. Memaafkan dan melakukan baik adalah obat yangg mujarab untuk meredakan perselisihan dan pertengkaran.

Bersabar dan menahan marah sebuah terapi untuk menjaga kerukunan dan persahabatan. Bukan hanya dengan sesama kaum muslimin, melainkan berkembang dengan sesama anak bangsa apalagi dengan sesama manusia penunggu alam semesta. Sebagaimana yangg tertulis di kitab “Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah”.***

___

Sumber: “Suara Muhammadiyah”

Editor: FA

-->
Sumber bandungmu.com
bandungmu.com