Majelis Kader PCM Blimbing Ulas Ideologi dan Zakat Berbasis Masjid dalam Kajian Khusus Pimpinan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 9 bulan yang lalu

Sukoharjo, Suara ‘Aisyiyah – Kajian Khusus Pimpinan “Ketarjihan dan Kemuhammadiyahan” jenis ke-3 pada Ahad (5/1) pagi digelar di Aula Islamic Center Muhammadiyah ‘Aisyiyah (ICMA). Hadir sejumlah tamu undangan penting, seperti Ketua PCM Blimbing Andi Asadduddin, Ketua PCA Blimbing Nur Husna, serta Ketua dan Sekretaris Badan Pengurus Lazismu Daerah Sukoharjo, Yusuf Aziz Rahma dan Giyarto.

Acara yangg diinisiasi oleh Majelis Pembinaan Kader dan Sumberdaya Insani (MPK-SDI) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Blimbing Daerah Sukoharjo ini dihadiri oleh 200 peserta, terdiri dari utusan Majelis/Lembaga PCM Blimbing, utusan Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) Blimbing, ortom tingkat cabang, serta delegasi 32 Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) dan 33 Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah (PRA) se-Cabang Blimbing.

Acara dimulai pukul 09.00 WIB dengan menghadirkan dua pembicara utama. Sholakhuddin Sirizar, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sukoharjo, membahas “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM)”, sementara Muslih Nur Wahid, S.Sos, Manajer Operasional Lazismu PDM Sukoharjo, mengulas tentang “Optimalisasi Pengelolaan Zakat Berbasis Masjid.”

Dalam sesi pertama, Sholakhuddin Sirizar mengulas pentingnya pemahaman mendalam terhadap MKCHM sebagai salah satu mengerti keagamaan di Muhammadiyah. Ia menegaskan bahwa setiap Muslim kudu menjadi Muhammadiyah (pengikut aliran Nabi Muhammad SAW), meskipun tidak semua kudu menjadi penduduk Muhammadiyah. Alumni S2 Jurusan Syariah Universitas Bagdad Irak tersebut menjelaskan bahwa Muhammadiyah adalah aktivitas Islam yangg berkarakter dinamis. “Muhammadiyah adalah harakah Islam. Gerakan ini tidak boleh berhenti, kudu terus bergerak sesuai hukum Islam,” ujarnya.

Baca Juga: Fenomena Childfree dalam Pandangan Hukum Islam dan Kesehatan

Lebih lanjut, Direktur Pesantren Imam Syuhodo tersebut menjelaskan konsep tajdid (pembaharuan) yangg menjadi karakter unik Muhammadiyah. “Ada dua jenis tajdid dalam Muhammadiyah, ialah tajdid salafi (purifikasi) dan tajdid khalafi (pengembangan). Purifikasi menekankan pada penyucian aqidah dan ibadah dari praktik yangg tidak sesuai syariat, sementara pengembangan konsentrasi pada modernisasi, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi,” paparnya.

Sesi kedua dilanjutkan oleh Muslih Nur Wahid, yangg memaparkan pentingnya mengikuti izin resmi yangg diatur oleh negara dalam pengelolaan zakat. Ia mendorong takmir masjid bimbingan Muhammadiyah untuk mendirikan Kantor Layanan Lazismu berbasis masjid. “Ini adalah langkah strategis untuk mendekatkan pelayanan zakat, infak, dan infak kepada masyarakat,” jelasnya.

Ia juga menekankan bahwa prosedur pendirian KL Lazismu cukup mudah, ialah cukup dengan mengusulkan surat permohonan resmi kepada Lazismu PDM Sukoharjo, dilengkapi tanda tangan, stempel pengurus takmir masjid, dan susunan pengurus yangg terdiri dari seorang ketua dan minimal tiga anggota. “Untuk mempermudah proses pengajuan, kelak para takmir masjid bisa dikoordinir oleh masing-masing PRM setempat,” tegasnya. Muslih optimis pendekatan berbasis masjid ini bakal meningkatkan penghimpunan biaya umat secara signifikan, yangg pada gilirannya dapat digunakan untuk beragam program pemberdayaan masyarakat.

Acara yangg berjalan hingga pukul 11.00 WIB ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yangg lebih mendalam tentang ideologi Muhammadiyahserta optimasi amal sebagai salah satu pilar penguatan ekonomi umat. (Andika Rahmawan)-lsz

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id