Kondom - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

Oleh: Ahsan Jamet Hamidi

Saya pernah bekerja di sebuah lembaga yangg mempunyai kepedulian terhadap masalah kesehatan perempuan, terutama pencegahan penyakit menular lantaran hubungan seksual dan kesehatan reproduksi. Salah satu praktiknya, lembaga itu menyediakan kondom yangg dikemas rapi dalam sebuah toples yangg diletakkan di toilet. Ada dua jenis kondom, untuk laki-laki dan perempuan. Keduannya diletakkan di toilet masing-masing.

Sebagai pengguna perangkat kontrasepsi berjenis kondom, saya merasa terbantu dengan akomodasi yangg disediakan instansi itu. Saya sadar dan mempunyai argumen cukup baik untuk memilih kondom sebagai perangkat untuk mencegah kehamilan. Berbeda dengan sikap beberapa kawan yangg belum mempunyai pasangan. Ada yangg heran dan bertannya-tanya di dalam hati, tetapi ada juga yangg meminta penjelasan dari pihak manajemen kantor.

Pihak menajemen menjelaskan masalah penyediaan kondom di toilet tersebut dengan sangat baik. Saya sungguh memuji langkah mereka. Dalam sebuah pertemuan yangg diikuti oleh nyaris semua staf, perwakilan manajemen menghadirkan seorang dokter, sebagai mahir kesehatan untuk ikut menjelaskan faedah dan kegunaan kondom sebagai perangkat pencegahan penyakit menular.

Saat mendiskusikan masalah kondom, gesture tubuh dan langkah menjelaskannya sangat menarik, terkesan professional. Saat menyebut kata “kondom”, tidak ada kesan seronok, ataupun kelakar yangg bermuara pada suasana penuh kecabulan. Kondom betul-betul dimaknai secara prinsip aslinya. Ia juga diperlakukan sebagai perangkat kontrasepsi yangg bisa digunakan untuk mencegah kehamilan dan melindungi dari penyakit menular seksual (PMS).

Kondom, adalah salah satu perangkat kontrasepsi tertua yangg digunakan oleh sejarah manusia. Ia terbuat dari bahan seperti lateks, poliuretan, alias poliisoprena, sangat kondusif ketika dipasang pada penis alias dimasukkan ke dalam vagina, sebelum berasosiasi seksual. Kondom telah ditemukan di Mesir antik sekitar 3000 SM. Saat ini dia digunakan untuk mencegah penyakit menular seksual dan dipersepsi sebagai metode kontrasepsi efektif jika digunakan dengan benar.

Usai mendengar pemaparan itu, sependek pengetahuan saya, tidak ada kesan aneh, bertendensi negative yangg muncul dari diri saya dan kawan-kawan lain di kantor. Alih-alih terdorong untuk melakukan aktivitas seksual secara bebas dan liar, lantaran sudah ada perangkat kondusif yangg bisa mencegah penularan penyakit kelamin, impresi yangg muncul malah sebaliknya.

Saya semakin percaya bahwa pilihan menggunakan kondom untuk mencegah kehamilan istri itu sudah tepat.  Sedangkan impresi kawan-kawan lain sungguh mengagetkan. Mereka mengerti, sadar dan merasa kudu sangat berhati-hati dan waspada terhadap penularan penyakit seksual akibat aktivitas seksual tanpa pelindung. Ancaman penyakit itu tetap ada, meskipun hubungan seksualnya dilakukan oleh suami-istri yangg sah dan betul menurut norma agama.

Kondom Sebagai Alat

Untuk meningkatkan jasa promotif dan preventif dalam bagian kesehatan dan agar penduduk tidak mudah sakit, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Pelaksanaan Undang-Undang (UU) Kesehatan. Pada Bagian Keempat tentang “Kesehatan Reproduksi”, ada klausul tentang “penyediaan perangkat kontrasepsi” (Pasal 103)  dan “penyediaan perangkat kontrasepsi bagi pasangan usia subur dan golongan yangg berisiko” (Pasal 104).

Frasa penyediaan perangkat kontrasepsi tersebut telah menuai protes dari Ansory Siregar, personil Komisi IX DPR RI Fraksi PKS. Menurutnya, penyediaan perangkat kontrasepsi untuk kesehatan reproduksi pada remaja usia sekolah itu telah membuka ruang generasi muda untuk berzina. Pemerintah telah membuka ruang bagi anak usia sekolah untuk melakukan hubungan di luar pernikahan. Dia  meminta Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk mencabut peraturan tersebut. (Website Resmi Fraksi Partai Keadilan Sejahtera).

Baca Juga: Parenting Remaja: Orang Tua Sahabat Remaja

Penyediaan perangkat kontrasepsi bisa mendorong seseorang untuk melakukan perzinahan? Pengalaman hidup saya telah membuktikan sebaliknya. Melalui proses obrolan dan perbincangan panjang secara terbuka, kekhawatiran bakal adannya perzinahan yangg berresiko tinggi itu justru bisa dicegah. Penyediaan perangkat kontrasepsi yangg disertai dengan proses edukasi, justru bisa menumbuhkan kesadaran dan sikap kehati-hatian bagi seseorang ketika hendak melakukan hubungan seksual secara tidak sehat dan sah sesuai norma agama.

Proses edukasi itu bisa menyadarkan, bahwa hubungan seksual yangg dilakukan secara baik, betul dan bertanggungjawab-sesuai dengan norma Agama-adalah kenikmatan alamiah sesuai kodrat manusia. Berhubungan seks oleh pasangan sah, adalah medium untuk mensyukuri nikmat yangg telah diberikan Allah kepada setiap makhluk-Nya. Agar hubungan seksual itu bisa membuahkan hidayah yangg membahagiakan, maka dia kudu dilakukan sesuai syarat di dalam norma agama.

Prasyarat lain yangg tidak kalah krusial adalah, bahwa hubungan seksual sebaiknya dilakukan secara sehat dan dilakukan oleh mereka yangg berada dalam kondisi sehat secara lahir dan batin. Dengan begitu, ketika hubungan seksual itu membuahkan kehamilan, maka janin yangg kelak bakal lahir juga bisa dalam kondisi sehat. Mengapa prasyarat sehat itu penting, lantaran hubungan seksual juga bisa menjadi medium penularan penyakit seksual, seperti; Klamidia, Gonore, Sifilis, Herpes Genital, HIV/AIDS, Human Papillomavirus (HPV), Trikomoniasis dan Hepatitis B, ialah virus yangg menyebabkan kerusakan hati. Semua jenis penyakit tersebut di atas bisa ditularkan melalui hubungan seksual.

Membijaksanakan Kondom

Saya mempunyai pandangan yangg berbeda dengan Ansory Siregar dari Fraksi PKS. Kondom hanyalah perangkat yangg unsur kemanfaatannya jauh lebih besar dari pada potensi kerusakannya. Pemberian kondom bisa disertai dengan proses edukasi dengan penjelasan baik-buruk secara jelas melalui perbincangan terbuka dan diberikan kepada sasaran yangg tepat. Dengan demikian, maka potensi ancaman penyakit yangg ditimbulkan oleh hubungan seksual yangg tidak sehat, liar dan tidak bertanggungjawab itu bisa dicegah. Kondom, bisa menjadi salah satu pilihan untuk mencegah ancaman tersebut.

Jika kondom itu bakal dibagikan secara gratis, tentu ada prasyarat dan tata langkah yangg kudu terlebih dulu dipenuhi. Prosesnya kudu didahului dengan eduaksi yangg jelas sisi baik-buruknya. Ia juga hanya dibagikan kepada sasaran yangg tepat. Pembagian kondom, tentu tidak seperti membagaikan masker cuma-cuma saat ada kebakaran rimba untuk mencegah ancaman asap.

Apakah kondom bakal menjadi medium penganjuran alias pencegahan? Kebijaksanaan itu ada pada kita semua untuk menentukannya.

*Penulis adalah Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Legoso, Tangerang Selatan.

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id