BANDUNGMU.COM, Bandung — Para siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) sejatinya sama seperti kita. Mereka diajari dan dididik oleh pembimbing Muhammadiyah untuk berislam yangg sebenar-benarnya.
Bertauhid, mencintai Allah, dan Rasul-Nya dalam suatu mengejawantahkan kehidupan yangg berlatar segala potensi kepintaran bawaan masing-masing siswa.
Dalam konteks ini, kepintaran fisikal diarahkan oleh kurikulum berdimensi visi Muhammadiyah.
Mereka diberi ruang atas minat dan bakatnya itu: menyanyi dan bermusik membujuk mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Haruslah kita berterima kasih berada di Muhammadiyah. Kita mempunyai kesempatan yangg begitu banyak untuk datang di bumi dengan beragam kesempatan kebaikan yangg tidak ternilai untuk keakhiratan kita.
Akankah kita abaikan empati guru-guru yangg menekuni SLB Muhammadiyah yangg telah mewakili kita dalam mendidik putra-putri bangsa berkebutuhan khusus.
Rasanya bijak jika kita perincian dalam kepemimpinan, memandang semua langkah perjuangan Muhammadiyah dengan mengaitkan terima kasih kita kepada semua pembimbing Muhammadiyah dan khususnya untuk pembimbing SLB Muhammadiyah.
Bila mereka beranjak pekerjaan hanya untuk mencari makan lantaran tidak cukup untuk hidup sebagai guru, khususnya pembimbing SLB, apakah telah terencana pengganti mereka? Siapakah yangg bakal mengajari anak SLB bertauhid, beradab, dan berfaedah untuk diri dan sesama?
Guru-guru SLB itu seperti penggugur fardu kifayah. Berdosalah kita semua apalagi pemimpin Muhammadiyah jika SLB bercempera hanya lantaran pembimbing SLB berbilang realistis dan kita hanya menyatakan secara tidak objektif bahwa mereka “tidak ikhlas”.
Mari berterima kasih kepada guru-guru Muhammadiyah dan pembimbing SLB. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jabar mengapresiasi dan berterima kasih pada mereka lantaran telah menggantikan kita di ranah pekerjaan yangg mungkin kita membencinya.
Kita mungkin tidak tertarik pada pekerjaan itu lantaran tidak terapresiasi positif oleh mertua, alias oleh istri, alias oleh anak, alias oleh tetangga, dan alias oleh kawan sekolah sehingga kita lebih memilih menjadi pembimbing biasa.
Atau menjadi pengajar alias menjadi pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah, alias menjadi pengurus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM).
Sepertinya haram menjadi PWM, apalagi PWM Jabar, jika tidak ada seorang pun yangg berkenan menjadi pembimbing SLB AUM kita.*
*Ahmad Dahlan, Ketua PWM Jawa Barat
English (US) ·
Indonesian (ID) ·