Ketua LHKP PWM Jatim Puji Ketangguhan Kader Muhammadiyah di Madura

Sedang Trending 1 tahun yang lalu
Ketua LHKP PWM Jatim Muhammad Mirdasy.

SEMANGAT dan kesungguhan warga, kader, dan ketua Muhammadiyah untuk mengembangkan serta memajukan persyarikatan di Pulau Madura mendapatkan apresiasi dari Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (LHKP PWM) Jawa Timur Muhammad Mirdasy.

Mirdasy mengaku senang atas perjuangan dan dakwah Muhammadiyah di Madura, termasuk dalam kaitannya dengan konteks politik. Menurut dia, ber-Muhammadiyah di Madura itu mempunyai banyak tantangan, sehingga dibutuhkan setidaknya tujuh kali bertaruh nyawa.

”Jadi ibaratnya, ber-Muhammadiyah di Madura itu kudu setidaknya punya nyawa tujuh, untuk bertaruh nyawa. Kalau dibacok sekali, dua kali, tiga kali itu tidak terasa. Dibacok empat kali, lima kali itu juga tetap mari saja, disuruh coba terus. nan keenam kalinya itu pun juga tetap mari saja, tetap bisa satu kali lagi,” selorohnya diiringi tawa dan tepuk tangan para peserta Regional Meeting VI LHKP PWM Jatim, Sabtu (16/9/2023) di Aula PKP-RI Bangkalan, Madura.

“Itu artinya adalah bahwa bermuhammadiyah di Madura adalah betul-betul bersungguh-sungguh dalam bergerak dan berdakwah. Tingkat kesungguhan, tingkat pengujian, dan jenis rupanya, dalam sisi semangat ini sangat teruji, sangat hebat,” imbuh Mirdasy.

Mantan Ketua DPW Partai Perindo itu berambisi dengan modal ketangguhan, kesabaran dan segala corak ujian itulah, kemudian peradaban Muhammadiyah di Pulau Madura bakal semakin berkembang dan maju. “Dari sini lah Insya Allah kita juga mulai bahwa peradaban Muhammadiyah bakal menjadi lebih maju,” ujar dia.

Lebih lanjut, Mirdasy juga menegaskan, agar warga, kader-kader, maupun ketua Muhammadiyah untuk senantiasa memupuk toleransi antar sesama, terlebih bagi saudara-saudara muslim. Dia mengkritik orang-orang Muhammadiyah yangg dengan mudahnya menghakimi penduduk Muhammadiyah yangg lainnya.

“Kadang di Muhammadiyah itu, ada orang Muhammadiyah ikut tahlilan dicoret dianggap bukan Muhammadiyah. Ada orang Muhammadiyah lampau subuhnya baca qunut, dicoret. Orang sudah Muhammadiyah salatnya tetap pakai usholli, juga dicoret. Saya katakan jangan seperti itu, selama itu tetap pada hal-hal yangg berkarakter khilafiyah dan dia tetap mau berkorban berkontribusi, memberi sumbangsih untuk Muhammadiyah, silakan saja, justru alhamdulillahirabbil ‘alamiin,” tandasnya.

Mirdasy berharap, LHKP sebagai Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) Muhammadiyah yangg membidangi persoalan politik dan kebijakan publik, perlu menjadi motor penggerak dalam merangkul semua kalangan untuk dakwah Muhammadiyah. Sebab dalam politik, tentu kudu bisa merangkul kelompok-kelompok lain, tidak mudah baper (terbawa perasaan), dan tentu saja menjunjung toleransi atas keberagaman Indonesia. “Saya berambisi LHKP bisa menjadi penggerak, menjadi motor untuk ini,” pesannya. (*)

Reporter: Ubay

Editor: Aan Hariyanto

-->
Sumber MaklumatID
MaklumatID