Oleh: Tri Anisah
Hari Ibu, yangg diperingati setiap tanggal 22 Desember, adalah momen spesial untuk mengenang dan merayakan peran krusial wanita dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Namun, peringatan ini bukan sekadar arena penghormatan, melainkan juga waktu yangg tepat untuk refleksi.
Bagaimana wanita Indonesia dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yangg lebih besar? Dalam konteks inilah Risalah Perempuan Berkemajuan dirumuskan pada Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah.
Momentum Hari Ibu mempunyai akar sejarah yangg kuat, dimulai dari Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tahun 1928. Peristiwa tersebut menjadi tonggak krusial yangg menandai peran wanita dalam pembangunan bangsa. Perempuan bukan hanya berkedudukan di ranah domestik, tetapi juga pemain kunci dalam beragam aspek kehidupan masyarakat.
Konsep Perempuan Berkemajuan relevan untuk mengingatkan bahwa wanita mempunyai peran strategis, baik sebagai pilar family maupun pemasok perubahan sosial yangg signifikan. Dengan memahami nilai-nilai ini, wanita dapat terus berkontribusi secara maksimal untuk lingkungan sekitarnya.
Karakter Perempuan Berkemajuan dalam Konteks Hari Ibu
Karakter pertama adalah beragama dan bertakwa. Nilai-nilai spiritual ini menjadi fondasi bagi wanita untuk membimbing keluarganya menuju kehidupan yangg harmonis. Ketakwaan memberikan ketenangan jiwa dan keberanian dalam menghadapi beragam tantangan hidup.
Selanjutnya, ketaatan dalam ibadah memperkuat hubungan spiritual wanita dengan Tuhan. Hal ini menjadi refleksi untuk meningkatkan kualitas ibadah, sehingga aura kebaikan terpancar dan memengaruhi family serta lingkungan sekitar.
Baca Juga: PRA Sombangan Raya Gelar Pengajian dengan Tema Pola Asuh Anak di Era Digital
Perempuan juga perlu mempunyai adab karimah. Akhlak yangg mulia mencerminkan karakter wanita yangg penuh kasih sayang dan bisa menghormati sesama. Dengan adab yangg baik, wanita menjadi teladan bagi anak-anaknya sekaligus menciptakan akibat positif di masyarakat.
Berpikir tajdid adalah keahlian untuk selalu terbuka terhadap pembaruan dan penemuan tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur. Di era yangg terus berubah, wanita berkemajuan bisa beradaptasi, baik dalam pengasuhan modern maupun dalam pemanfaatan teknologi.
Sikap wasathiyah, alias moderat, juga krusial dalam menciptakan keseimbangan. Dengan bersikap seimbang, wanita dapat menghadapi persoalan family dan sosial secara harmonis, serta menjadi jembatan di tengah perbedaan.
Tidak kalah penting, beramaliah salihah mencerminkan komitmen wanita untuk melakukan perbuatan baik dengan tulus. Peran wanita sebagai ibu, istri, maupun bagian dari organisasi menjadi ladang kebaikan yangg memberikan akibat nyata bagi sesama.
Terakhir, karakter inklusif mengajarkan wanita untuk menghargai perbedaan dan menjalin hubungan baik dengan beragam pihak. Dengan semangat ini, wanita bisa memperkuat solidaritas sosial dan menciptakan lingkungan yangg toleran.
Melalui refleksi ini, mari kita jadikan Hari Ibu sebagai pengingat bahwa setiap wanita mempunyai potensi besar untuk menjadi pilar family yangg kokoh sekaligus pemasok perubahan yangg membawa faedah bagi bangsa dan umat manusia. Risalah Perempuan Berkemajuan adalah inspirasi yangg tidak hanya relevan hari ini, tetapi juga bakal terus menjadi pedoman bagi masa depan.
—
*Penulis adalah pengurus MTK PDA Kota Semarang
English (US) ·
Indonesian (ID) ·