Hadis-hadis Lemah Seputar Ramadhan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — Puasa Ramadan merupakan ibadah yangg diwajibkan bagi segenap orang-orang mukmin. Spirit ibadah puasa Ramadan ini perlu untuk terus ditingkatkan.

Namun, peningkatan spirit puasa kudu ditopang dengan pengetahuan agar tidak terjebak pada pemahaman dan dasar keagamaan yangg keliru.

Pasalnya, menurut Ketua Divisi Fatwa dan Pengembangan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ruslan Fariadi, tidak sedikit pemuka kepercayaan yangg menyampaikan hadis-hadis lemah apalagi tiruan mengenai puasa Ramadan.

Agar terbebas dari pemahaman yangg keliru, berikut hadis-hadis lemah seputar ibadah di bulan suci Ramadan.

Pertama, sabda tentang hubungan puasa dan kesehatan. Hadis tersebut berbunyi, “Berpuasalah, (niscaya) kalian bakal sehat.”

Hadis ini diriwayatkan Abu Nu’aim di At-Thibb Al-Nabawi sebagaimana dikatakan Al-Hafidz Al-Iraqi di Takhrij Al-Ihya. Hadis ini lemah, apalagi ada ustadz yangg menegaskan bahwa sabda ini palsu.

“Jika terdapat penelitian ilmiah yangg menunjukkan bahwa puasa itu dapat menyehatkan tubuh, maka secara ilmiah dapat dibenarkan, tetapi tidak boleh dianggap sebagai sabda Nabi SAW,” ucap Ruslan dalam kajian jelang buka puasa di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan pada Ahad (02/04/2023).

Kedua, sabda tentang tidurnya orang berpuasa. Hadis tersebut berbunyi, “Tidurnya orang yangg berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, doanya dikabulkan, dan amalannya pun bakal dilipatgandakan pahalanya.” Hadis ini diriwayatkan Al-Baihaqi di Syu’ab Al-Iman dengan kualitas lemah.

“Tidak semua tidur itu bernuansa ibadah, malah bisa makruh. Kalau misalnya dari pagi hingga sore tidur terus, hanya bangun untuk salat. Ini bukan ibadah, tapi justru telah menghilangkan kesempatan-kesempatan yangg sangat banyak untuk melaksanakan kebaikan saleh,” terang Ruslan seperti bandungmu.com kutip dari muhammadiyah.or.id.

Ketiga, sabda tentang pembagian Ramadan menjadi tiga. Bunyi sabda tersebut: “Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat, pertengahannya magfirah, dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”

Hadis ini diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dan didaifkan oleh sejumlah master sabda seperti Abu Muhammad Al-Mundziri, apalagi ada yangg menilainya sebagai sabda munkar yangg tidak boleh diyakini.

“Hadis munkar itu satu level di atas sabda maudhu (palsu). Maka sabda munkar ini tidak bisa ditolerir dijadikan dalil, baik dalam masalah muamalah apalagi ibadah. Hadis ini seakan-akan pembebasan Allah itu terbatas, padahal ampunan-Nya sama sekali tidak terbatas waktu,” terang Ruslan.

Keempat, sabda tentang Ramadan yangg tergantung di antara langit dan bumi. Bunyi sabda ini, “Bulan Ramadan berjuntai di antara langit dan bumi. Tidak ada yangg dapat mengangkatnya selain amal fitri.”

“Jika seseorang meyakini bahwa puasa Ramadan tidak diterima jika belum bayar amal fitri, kepercayaan ini salah, lantaran hadisnya daif. Zakat fitri bukanlah syarat sah puasa Ramadan, namun jika seseorang meninggalkannya dia mendapat dosa tersendiri,” terang Ruslan.***

-->
Sumber bandungmu.com
bandungmu.com