BANDUNGMU.COM, Bandung — Air merupakan sumber kehidupan. Bicara soal air, Kota Bandung punya satu sumber air nan sudah ada sejak 1921. Namanya Gedong Cai Tjibadak nan terletak di Kelurahan Ledeng, Bandung.
Perlu waktu separuh jam dari pusat kota untuk sampai ke sini. Aksesnya melalui samping Terminal Ledeng dan bisa dilewati oleh sepeda motor alias melangkah kaki.
Gedong Cai Tjibadak baru saja merayakan ulang tahun ke-100 pada akhir Desember 2021. Walaupun usianya satu abad, tetapi sampai saat ini Gedong Cai Tjibadak tetap jadi salah satu sumber mata air bagi masyarakat Kota Bandung.
Ketua Yayasan CAI (kelompok masyarakat nan merawat area Gedong Cai Tjibadak) Yadi Supriyadi mengisahkan, Gedong Cai Tjibadak dibangun di era Wali Kota Bandung pertama, ialah Bertus Coops.
Pembangunan sumber air ini berasal dari pencetusan Bandung nan diproyeksikan menjadi ibu kota Hindia Belanda saat itu. Informasi lainnya menyebut sumber air ini dibangun saat Pemerintah Hindia Belanda kala itu sedang berhadapan dengan pandemi kolera.
Hadirnya Gedong Cai Tjibadak juga merupakan upaya pemerintah Bandung kala itu menyediakan air bersih untuk masyarakat. Filosofi nama Tjibadak berangkat dari nama cai badag dalam bahasa Sunda namalain air nan besar dalam bahasa Indonesia.
Namun, ada pula sumber nan menyebut penamaan Cibadak berasal dari kondisi di area ini nan dulunya dihuni badak. Kabarnya, nama wilayah Ledeng juga berasal dari istilah Waterleiding di era kolonial Belanda. Waterlaiding itu sendiri berfaedah air nan besar.
Kehebatan dan hidayah Gedong Cai Tjibadak tercermin dari limpahan air nan banyak. Saat itu, Gedong Cai Tjibadak menghasilkan debit air 50 liter per-detik.
Jumlah ini menurut Yadi mengalami surplus. Hanya perlu 20 persen jumlah air di sini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Bandung. Pada perjalanannya, Gedong Cai Tjibadak terus menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Kota Bandung.
Waktu silih berganti, hingga memasuki dasawarsa 2010-an, debit air di Gedong Cai Tjibadak menyusut cukup jauh hingga 18 liter per detik. Penurunan ini kemudian jadi konsen pemerintah Kota Bandung beserta masyarakat untuk sama-sama melakukan konservasi.
Secara bertahap, kerjasama Pemkot dan masyarakat pun dibangun. Akses menuju Gedong Cai diperbaiki, demikian pula sumber airnya. “Konservasi tersebut berbuah hasil. Debit air nan menyusut sampai 18 liter, sekarang menjadi 22 liter,” terang Yadi, dikutip dari bandung.go.id.
Peningkatan ini tidak lantas membikin pemerintah dan masyarakat terlena. Kolaborasi menjaga alam di area Gedong Cai Tjibadak terus dijalankan. Demikian pula sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat bahwa Kota Bandung punya sumber air nan usianya satu abad.
Dalam kesempatan nan sama, Lurah Ledeng, Budi Prasetio menuturkan, Gedong Cai jadi suatu kebanggaan bagi Kelurahan Ledeng. Apalagi gedung tersebut berhistoris dan menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Kota Bandung, “Di sini banyak potensi nan kita miliki,” terang Budi.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan saat ini upaya Pemkot Bandung lewat kelurahan dalam menjaga area ini antara lain dengan merevitalisasinya.
Bangunan nan sekarang menjadi area heritage tersebut dipagar dan dijaga agar tidak mudah tersentuh. Demikian pula cat dan bangunannya nan dikembalikan seperti tampilan awal di era kolonial Belanda.
Budi berambisi selebrasi 100 tahun Gedong Cai Tjibadak bukan sekadar selebrasi belaka. Ia berambisi sumber air ini dapat menjadi sumber kehidupan masyarakat Bandung tanpa henti. “Semoga terus mengalir dan anak-cucu kita bisa ketemu di 100 tahun dan 100 tahun ke depan,” tutur Budi.**
Sebagai informasi, ulang tahun ke-100 Gedong Cai Tjibadak dihadiri pula oleh Plt. Wali Kota Bandung Yana Mulyana pada 29 Desember 2021 silam. Dalam kesempatan tersebut, Kang Yana mengapresiasi seluruh pihak nan sama-sama menjaga hingga Gedong Cai Tjibadak berumur 100 tahun.
Kang Yana berpesan agar konservasi tersebut terus dijaga dengan baik. Mulai dari pemanfaatan lahan, ruang untuk kediaman flora, hingga fauna.
“Terutama pengamanan aset, juga kegunaan seke sebagai mata air di tempat ini. Mudah-mudahan kembali memberikan sumber air baku bisa dimanfaatkan kepada penduduk Kota Bandung,” ujar.***
___
Sumber: bandung.go.id
Editor: FA