Oleh: Rezza Fahlevi
Gaya hidup merupakan gambaran dari pilihan dan keputusan yangg dibuat setiap hari, mencakup beragam aspek kehidupan seperti pola makan, aktivitas fisik, pekerjaan, dan hubungan sosial. Dalam bumi yangg terus berkembang pesat, banyak aspek yangg memengaruhi langkah orang menjalani hidup mereka, mulai dari nilai-nilai pribadi hingga tekanan eksternal. Seiring berjalannya waktu, style hidup tidak hanya dipengaruhi oleh preferensi pribadi, tetapi juga oleh perubahan sosial, budaya, dan teknologi. Hal inilah yangg menimbulkan pertanyaan besar: apakah style hidup kita merupakan hasil dari pilihan sadar yangg kita buat, alias justru lebih sering dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yangg tidak dapat kita hindari?
Di era modern yangg penuh dengan perkembangan teknologi, info instan, dan globalisasi, perubahan style hidup menjadi perihal yangg tidak dapat dihindari. Dengan tren baru, akses info lebih mudah dan perubahan yangg besar dalam masyarakat menuntut banyak orang merasa perlu untuk beradaptasi. Namun, apakah perubahan tersebut muncul lantaran kebutuhan alias sekadar pengaruh tren yangg sedang berlangsung? Dilema ini menimbulkan ketegangan antara mempertahankan style hidup yangg kita pilih dan merangkul perubahan yangg datang tanpa kita sadari. Dalam konteks ini, krusial bagi setiap perseorangan untuk menemukan keseimbangan antara keduanya, sehingga style hidup yangg dijalani betul-betul mencerminkan siapa kita dan apa yangg kita inginkan dalam hidup.
Faktor yangg Membentuk Gaya Hidup
Gaya hidup dibentuk oleh beragam aspek yangg saling terkait, antara pilihan pribadi alias perubahan yangg datang dari luar. Keinginan pribadi merupakan aspek utama yangg menentukan gimana seseorang memilih untuk menjalani hidupnya (Wigati, 2011). Setiap perseorangan mempunyai aspirasi, nilai, dan tujuan yangg berbeda, yangg memengaruhi keputusan dalam style hidup sehari-hari. Misalnya, seseorang yangg mengutamakan kesehatan bentuk mungkin memilih pola makan sehat dan berolahraga secara teratur, berbeda dengan mereka yangg konsentrasi terhadap yangg lainnya. Keinginan untuk mencapai tujuan tertentu sering kali mendorong seseorang untuk membikin pilihan style hidup yangg sesuai dengan kehendaknya, yangg terkadang bertentangan dengan perubahan alias tren eksternal.
Namun, selain kemauan pribadi, lingkungan sosial dan budaya juga memegang peranan krusial dalam membentuk style hidup. Norma sosial yangg bertindak di masyarakat sering kali memengaruhi pilihan hidup seseorang, baik dalam perihal karier, peran gender, maupun hubungan sosial (Indah Puji Rahayu, 2024). Misalnya, dalam beberapa budaya, ada tekanan kuat untuk mengikuti jalan tradisional, seperti menikah dan mempunyai anak pada usia tertentu, yangg dapat memengaruhi gimana seseorang memilih untuk mengatur hidupnya.
Selain itu, perubahan dalam struktur sosial, seperti meningkatnya kesadaran bakal kesetaraan kelamin dan penerimaan style hidup yangg lebih fleksibel, juga memungkinkan perseorangan untuk lebih bebas mengeksplorasi beragam pilihan hidup yangg lebih sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka. Namun, angan sosial ini terkadang menciptakan dilema bagi banyak orang, di mana mereka merasa terjebak antara mempertahankan tradisi dan mengejar perubahan yangg mereka inginkan.
Baca Juga: Baitul Arqam ‘Aisyiyah Sumedang Perkokoh Komitmen Ideologi dan Profesionalisme
Di sisi lain, media sosial semakin menjadi kekuatan dominan yangg memengaruhi style hidup kita. Di era digital saat ini, media sosial tidak hanya berfaedah sebagai perangkat komunikasi, tetapi juga sebagai platform yangg menentukan tren style hidup. Apa yangg kita lihat di Instagram, Tiktok, alias platform lainnya sering kali menjadi tolok ukur dalam memilih langkah hidup, mulai dari langkah berpakaian, langkah makan, hingga langkah memandang pekerjaan alias kebahagiaan.
Teknologi juga telah membuka banyak kemungkinan style hidup alternatif, seperti menjadi nomaden digital alias menjalani hidup minimalis, yangg sebelumnya susah dicapai. Namun, terlepas dari manfaatnya, media sosial juga dapat menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar tertentu, meskipun tidak sejalan dengan nilai-nilai pribadi. Pilihan style hidup sering kali tidak hanya merupakan hasil dari kemauan pribadi, tetapi juga pengaruh eksternal yangg datang dengan kuat dan cepat.
Perubahan Gaya Hidup
Perubahan style hidup sering kali tidak dapat dihindari, terutama jika dipengaruhi oleh aspek dunia seperti perkembangan teknologi, tren sosial, alias situasi ekonomi. Teknologi misalnya, telah mengubah langkah orang bekerja, berinteraksi, dan apalagi menjalani rutinitas sehari-hari (Tsusayya et al., 2024). Kehadiran kerja jarak jauh (wfa) dan elastisitas jam kerja adalah contoh nyata gimana teknologi mendorong perubahan style hidup yangg signifikan.
Selain itu, meningkatnya kesadaran terhadap rumor lingkungan juga mendorong banyak orang untuk mengangkat style hidup berkelanjutan, seperti mengurangi penggunaan plastik alias memilih produk yangg ramah lingkungan. Namun, perubahan tersebut tidak selalu datang tanpa tantangan. Banyak perseorangan yangg kudu menyesuaikan kebiasaan lama alias apalagi meninggalkan kenyamanan untuk beradaptasi dengan tuntutan zaman. Oleh lantaran itu, dinamika perubahan style hidup sering kali menuntut keahlian untuk beradaptasi tanpa kehilangan identitas seseorang.
Dilema dan Menghadapinya
Dilema antara pilihan dan perubahan sering kali menjadi masalah yangg rumit. Ada kalanya seseorang merasa bahwa style hidup yangg dijalaninya merupakan hasil keputusan pribadi, tetapi di sisi lain, perubahan yangg datang dari luar sering kali memengaruhi keputusan tersebut secara tidak langsung. Misalnya, tekanan dari tren alias ekspektasi sosial dapat membikin seseorang merasa perlu untuk menyesuaikan diri, meskipun perihal itu tidak sejalan dengan keinginannya. Dalam situasi seperti ini, muncul pertanyaan: sejauh mana seseorang dapat tetap konsisten dengan nilai-nilai pribadinya tanpa mengabaikan kebutuhan untuk beradaptasi? Menemukan keseimbangan antara mempertahankan identitas diri dan menanggapi perubahan merupakan tantangan besar yangg dihadapi banyak perseorangan dalam membentuk style hidup mereka.
Menghadapi perubahan style hidup memerlukan keahlian untuk beradaptasi dengan bijak (Darwanto et al., 2022). Hal ini dimulai dengan mengenali kebutuhan dan prioritas pribadi, sehingga seseorang dapat membikin keputusan yangg betul-betul mencerminkan keinginannya. Selain itu, krusial untuk tetap elastis tanpa kehilangan identitas. Salah satu langkah yangg efektif adalah dengan mengambil pendekatan perubahan secara bertahap, seperti mencoba kebiasaan baru secara perlahan sebelum mengadopsinya sepenuhnya. Dukungan dari organisasi yangg positif juga dapat membantu, lantaran lingkungan yangg mendukung dapat memberikan dorongan moral dan perspektif yangg lebih luas. Pada akhirnya, perihal terpenting adalah menemukan keselarasan antara pilihan yangg dibuat secara sadar dan perubahan yangg terjadi secara alami, sehingga style hidup yangg dijalani betul-betul memberikan rasa kepuasan dan makna.
Gaya hidup merupakan gambaran pilihan pribadi dan respons terhadap perubahan yangg tak terelakkan. Dalam kehidupan yangg terus berkembang, perseorangan dihadapkan pada dilema antara mempertahankan nilai-nilai pribadi alias beradaptasi dengan tuntutan zaman. Faktor-faktor seperti kemauan pribadi, tekanan sosial, dan pengaruh teknologi memegang peranan krusial dalam membentuk style hidup seseorang. Oleh lantaran itu, menemukan keseimbangan antara pilihan yangg disadari dan perubahan yangg diperlukan menjadi kunci untuk menciptakan kehidupan yangg bermakna. Dengan refleksi diri yangg mendalam dan elastisitas dalam menghadapi perubahan, setiap perseorangan dapat menjalani style hidup yangg tidak hanya relevan dengan perkembangan era tetapi juga selaras dengan nilai-nilai pribadinya.
*Penulis adalah Gubernur BEM FKI UMS 2023, Ketua Bidang PIP PW IPM Jawa Tengah 2023-2025, Berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah)
English (US) ·
Indonesian (ID) ·