Fitrah Bagian dari Sumber Pengetahuan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — Epistemologi merupakan istilah makulat yangg merujuk pada langkah kita memperoleh, menyusun, dan menggunakan pengetahuan.

Menurut Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Muhamad Rofiq Muzakkir, dalam Islam, sumber pengetahuan ini terdapat enam macam, ialah fitrah, nash (wahyu), nalar, kosmos, pengalaman kemanusiaan-kesejarahan, dan inspirasi ilahi. Dalam perihal ini bakal sedikit menyoroti tentang fitrah.

“Fitrah sebagai sumber pengetahuan telah menjadi pembahasan para filsuf Islam. Salah satu filsuf Islam yangg sangat ekstensif membincangkan konsep fitrah sebagai sumber pengetahuan adalah Ibnu Taimiyah,” ucap Rofiq dalam kajian Center for Integrative Science and Islamic Civilization Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (CISIC UMY) pada Sabtu (13/05/2023).

Menurut Rofiq, fitrah merupakan keahlian orisinil alias kecenderungan dasar dalam diri setiap manusia yangg diberikan oleh Tuhan.

Salah satu fitrah paling dasar adalah pengakuan adanya eksistensi Tuhan. Artinya sejak manusia lahir, dia dikaruniai fitrah.

Oleh lantaran itu, konsep fitrah tidak bisa disamakan dengan teori tabularasa bahwa manusia lahir dalam keadaan netral tidak mempunyai potensi apa-apa.

Tidak dapat pula disamakan dengan konsep knowledge is power dari Michel Foucault lantaran sifat ini tidak dikonstruksi oleh kekuasaan apa pun.

“Fitrah itu seperti bedan chips yangg ditempelkan dalam bentuk manusia. Sifat fitrah itu bawaan (innate), jadi tidak perlu didik, diajarkan, lantaran sudah ada sejak lahir. Semua manusia sejak lahir dari kecenderungan mengakui keberadaan Tuhan dan sistem nilai yangg universal,” ucap Rofiq seperti dikutip dari muhammadiyah.or.id.

Tanpa perlu diajarkan, fitrah untuk mencintai nilai-nilai universal ini telah menjadi pengetahuan intrinsik yangg ada dalam setiap jiwa manusia sejak lahir.

Sebab setiap manusia sejak dia lahir secara inheren mencintai nilai-nilai universal seperti kejujuran, keadilan, kenyamanan, cinta dan kasih sayang, dan lain-lain.

Konsekuensinya seluruh manusia, baik yangg terdidik maupun tidak, pasti membenci kejahatan, penderitaan, kecurangan, tipu daya, dan lain-lain.

“Manusia tinggal di mana pun, berkebangsaan apa pun, warna kulit apa pun, mengakui bahwa nilai keadilan adalah nilai utama. Mereka suka dengan praktek keadilan, mereka tidak suka dengan kecurangan. Secara intrinsik, manusia juga suka dengan kasih sayang,” tandas Rofiq.***

-->
Sumber bandungmu.com
bandungmu.com