Diabetes Jadi Ancaman Serius bagi Pekerja Perkotaan, Dosen UNAIR Tekankan Pentingnya Deteksi Dini - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Diabetes Jadi Ancaman Serius bagi Pekerja Perkotaan, Dosen UNAIR Tekankan Pentingnya Deteksi Dini

Risiko glukosuria meningkat pada pekerja perkotaan di Indonesia. Foto oleh Tom Fisk melalui Pexels.com.

MAKLUMAT – Dosen Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR) Dr Mahmudah Ir MKes menegaskan bahwa diabetes melitus (DM) tetap menjadi salah satu penyakit tidak menular dengan nomor kematian tinggi di Indonesia. Berdasarkan info tahun 2020, DM tercatat sebagai penyebab kematian keenam tertinggi, dengan sekitar 40 kasus per 100.000 penduduk.

“Prevalensi penyakit ini terus meningkat di seluruh wilayah Indonesia. Peningkatan tersebut mengenai dengan pertambahan usia penduduk, pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, perubahan pola makan, serta style hidup yangg kurang aktif,” ujarnya, dikutip dari laman resmi UNAIR pada Rabu (15/10/2025).

Mahmudah menjelaskan, golongan berisiko tinggi antara lain perseorangan berumur di atas 45 tahun, penderita hipertensi, serta mereka yangg mempunyai kebiasaan duduk terlalu lama alias jarang berolahraga. Kondisi ini menjadi perhatian lantaran berangkaian langsung dengan pola hidup masyarakat perkotaan yangg semakin tidak aktif.

Dalam risetnya berbareng tim, Mahmudah menganalisis aspek akibat glukosuria pada pekerja di wilayah perkotaan Indonesia. Mereka menggunakan info Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dari Kementerian Kesehatan RI. Analisis mencakup 15.745 pekerja berumur 15–64 tahun yangg menjalani pemeriksaan kadar glukosa darah.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa 9,3 persen pekerja mengalami diabetes, 36,1 persen menderita hipertensi, dan 29,2 persen mengalami obesitas sentral. Mayoritas responden adalah laki-laki, berilmu rendah, dan bekerja di sektor nonformal,” jelasnya.

Perokok dan DM

Sebagian besar pekerja berumur antara 35–54 tahun dengan proporsi perokok dan bukan perokok yangg nyaris sama. Sebanyak 77,5 persen pekerja melakukan aktivitas bentuk yangg cukup, tetapi 95,1 persen tidak mengonsumsi buah dan sayur dalam jumlah yangg disarankan. Pekerja dengan hipertensi dan obesitas tercatat mempunyai akibat lebih tinggi mengalami diabetes.

Analisis juga menemukan bahwa 14,8 persen penderita glukosuria mempunyai hipertensi. Sementara 14,9 persen menderita obesitas. Individu dengan hipertensi alias obesitas sentral punya akibat 1,7 kali lebih besar terkena glukosuria dibandingkan mereka yangg tidak mempunyai kondisi tersebut. Risiko meningkat tajam pada golongan usia 55–64 tahun yangg mempunyai kemungkinan nyaris sembilan kali lebih besar untuk menderita glukosuria dibandingkan kelompok usia muda.

“Menariknya, perokok harian justru mempunyai akibat 36,7 persen lebih rendah dibandingkan bukan perokok. Namun, kebiasaan merokok tetap rawan lantaran berisiko tinggi menimbulkan penyakit jantung, kanker, dan komplikasi lain pada penderita diabetes,” ujarnya.

Peran Penting Perusahaan

Mahmudah menyebut, pekerja perkotaan menghadapi tantangan besar dalam menjaga kesehatan. Tantangan itu muncul akibat dari pola hidup cepat, pola makan tidak seimbang, dan waktu kerja panjang. Karena itu, perusahaan mempunyai peran krusial dalam mengendalian glukosuria di lingkungan kerja. Pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah, dan lingkar perut secara berkala dapat dilakukan. Bisa melalui kerja sama dengan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM).

“Selain itu, skrining rutin bagi pekerja berumur di atas 35 tahun perlu dilakukan untuk mendeteksi awal diabetes. Program edukasi tentang pola makan sehat, pengendalian berat badan, serta ancaman merokok juga kudu menjadi bagian dari upaya perusahaan dalam menjaga kesehatan pekerja,” katanya.

Ia menegaskan, pencegahan glukosuria tidak hanya menjadi tanggung jawab individu. Pencegahannya sangat memerlukan support lembaga tempat kerja dan pemerintah. “Dengan strategi pengendalian yangg terintegrasi, pekerja perkotaan dapat terhindar dari akibat glukosuria dan mempertahankan produktivitas yangg optimal.”

*) Penulis: M Habib Muzaki

-->
Sumber MaklumatID
MaklumatID