Adakan Pra Tanwir I ‘Aisyiyah, Dirjen Pangan Kementan RI: Kami Harap Kami Bisa Berkolaborasi dengan ‘Aisyiyah - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 10 bulan yang lalu

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – ‘Aisyiyah tentu sudah berkontribusi dalam upaya ketahanan pangan sejak lama. Guna mendorong ketahanan pangan, dalam rangka agenda Pra Tanwir I ‘Aisyiyah, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah mengadakan Seminar Nasional bertema “Optimalisasi Peran Strategis ‘Aisyiyah dalam Swasembada Pangan untuk Kesejahteraan Rakyat”.

Yudi Sastro, Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI (Kementan RI), menyatakan, “Kami dari Kementerian Pertanian berambisi agar bisa bekerja-sama dengan ‘Aisyiyah soal swasembada pangan ini. Dari presiden sendiri rencananya tahun 2025 besok Swasembada Pangan kudu sudah tercapai.”

Ia juga menjelaskan bahwa kerjasama dengan ‘Aisyiyah bisa dilakukan salah satunya lewat program hasil terbaik cepat, mulai dari pemanfaatan pekarangan hingga makan bergizi gratis. “Harapannya dari swasembada pangan ini kelak 2028 besok kita sudah bisa ekspor,”

Ia juga mengungkapkan seperti apa upaya yangg bakal dilakukan oleh Kementerian Pertanian RI. “Untuk membantu, pupuk kelak bakal disubsidi. selain itu ada program cetak sawah yangg merupakan bagian dari alih kegunaan lahan. Cetak sawah ini program jangka menengah dan panjangnya salah satunya di Papua Selatan,” ujarnya.

Dalam program makan bergizi gratis, Yudi menjelaskan bahwa Kementerian Pertanian bakal konsentrasi dalam perihal pengolahan pekarangan bekerja-sama dengan Kementerian Desa. Program kolaboratif dengan Kementerian Desa ini tidak hanya tentang tanaman dalam tanah alias dalam pot, tetapi juga integrasi dengan peternakan. “Untuk program ini kami minta bisa bekerja-sama dengan ‘Aisyiyah. Kalau jadi, Kementan bisa menghemat sampai 1400 Triliun,” ujar Yudi.

Baca Juga: Perempuan dan Energi Terbarukan

Subejo, Tim Ahli Kedaulatan Pangan Universitas Gadjah Mada sekaligus narasumber kedua juga mengakui bahwa ‘Aisyiyah mempunyai banyak potensi strategis dalam ketahanan pangan.  “Saya bakal memberi ilustrasi untuk memandang bumi agak jauh. tapi intinya ada 3 dalam konteks ‘Aisyiyah. Kalau Pak Yudi bilang soal peran produsen, itu bakal bagus lantaran ‘Aisyiyah mempunyai banyak anggota. Masalahnya kalo produksi, kadang hasil produksi terbuang. Indonesia ini penghasil sampah pangan nomor 2 sedunia setelah Arab Saudi.”

Ia juga menjelaskan bahwa dahulu, sekitar 100 sampai 50 tahun lalu, kolonisasi mengincar tambang. Realitas ini tentu berbeda dengan seakarang yangg banyak mengincar energi, pangan, dan air. “Saat ini Indonesia adalah nomor 3 sasaran land-grabbing untuk pertanian. Calon pemain kolonisasi ini salah satunya Amerika Serikat, India, China, dan Singapore. Amerika ini perlu diwaspadai lantaran sejak awal memang sudah menjadi penguasa pangan berbareng Belanda.”

Subejo juga menambahkan bahwa kejuaraan ketahanan pangan tidak hanya soal makanan yangg biasa di makan, tetapi juga soal makanan ternak, bahan bakar energi, sampai fiber. Saat ini di luar negeri tanaman seperti jagung tidak hanya untuk dimakan, tetapi juga untuk energi.

Selain problem ketahanan pangan, Indonesia mempunyai problem stunting. Selain itu juga impor gandum 100 persen dari luar. Beras juga tetap impor, apalagi sampai 3 juta ton. Selain itu, Jawa yangg memproduksi 50% produksi beras di Indonesia sedang bermasalah lantaran maraknya alih kegunaan lahan. Problem lain lagi adalah para petani yangg tersisa sudah banyak menua. Dengan demikian, dia setuju dengan program Kementerian Pertanian untuk membujuk generasi muda ikut berkontribusi dalam pertanian. (lsz)

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id