Malang, KLIKMU.CO – Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial (Kesos) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjalankan program Perempuan Hebat Pandansari (PHP) di Desa Pandansari, Malang. Mereka menggaet para wanita rawan sosial dan ekonomi (PRSE) dan janda di sana selama satu bulan sejak awal Maret 2023.
Salah satu pelatihannya ialah mengenai pembuatan kue mochi. Terhitung ada puluhan peserta dari tujuh dusun nan berperan-serta aktif. Koordinator tim Enggar Hikmatul menjelaskan bahwa sebagian besar PRSE di Desa Pandansari adalah mereka nan ditinggal suaminya. Timnya mencoba memberikan training skill agar para janda ini bisa lebih berdikari melalui pengolahan mochi.
“Mochi dipilih lantaran memandang salah satu potensi Desa Pandansari, ialah susu sapi dan durian. Susu adalah bahan utama dalam pembuatan mochi, makanya kami menilai bahwa mochi bakal sangat cocok dikembangkan di sini. Ditambah dengan durian nan bisa dijadikan isiannya,” jelasnya.
Tidak hanya pengolahan, para janda juga diajari mengenai branding produk. Hal itu agar mereka bisa sekaligus mencari dan mengembangkan pasar mochi nan sedang digeluti.
Menurut Enggar, upaya timnya tidak hanya menciptakan lapangan pekerjaan bagi para janda saja, tapi juga menggerakkan masyarakat untuk mengembangkan potensi nan ada. Jika berjalan dengan baik, upaya pembuatan mochi ini bakal bisa mencapai pasar nan luas.
Kegiatan PHP ini disambut baik oleh pemerintah desa. Salah satunya Kepala Desa Pandansari, Bambang Riyanto. Ia sangat mengapresiasi dan antusias bakal program tersebut. Apalagi sangat jarang ada program nan memberdayakan wanita untuk berkarya.
“Ini adalah aktivitas nan kreatif. Selain mendorong dan memacu para janda untuk terus berkarya dan menghidupi keluarga, aktivitas ini juga membikin mereka mendapatkan skill baru nan mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya,” tambahnya.
Bambang menilai, jika produk ini bisa dikembangkan dan dilakukan secara kontinu, dia percaya mochi buatan Desa Pandansari dapat dikenal oleh masyarakat luas. “Semoga dengan diadakannya training ini, dapat menggugah penemuan para masyarakat. Khususnya ibu-ibu muda dan PRSE,” ujarnya.
Nanik, salah satu peserta, juga senang bisa turut aktif dalam training pembuatan produk mochi. Ada banyak pengetahuan nan dia dapat, baik itu proses pembuatan mochi maupun langkah memasarkannya. Ia berencana untuk mendalami pengembangan mochi dan bakal membuka upaya sendiri. Dengan begitu dia juga turut membuka lapangan kerja bagi penduduk desa.
“Sebenarnya, pembuatan kue mochi ini sangat mudah dan tidak ribet. Bahannya juga mudah didapatkan di toko-toko terdekat,” ungkapnya. (Wildan/AS)