PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menegaskan komitmennya dalam pengembangan ilmu jiwa berbasis nilai Islam dan kearifan lokal. Melalui gelaran International Conference of Islamic and Indigenous Psychology (ICIIP) 2025, Fakultas Psikologi UMS berupaya memperkuat peran akademik di tingkat global.
Ketua Pusat Studi Psikologi Islam UMS sekaligus Chair ICIIP, Fajar Ruddin, menjelaskan bahwa konvensi ini menjadi bagian dari strategi UMS untuk meneguhkan posisinya sebagai pusat kajian ilmu jiwa Islam dan indigenous. “Konferensi yangg digelar pada 23–24 September 2025 ini menjadi ruang akademik bagi psikolog, dosen, peneliti, mahasiswa, dan masyarakat yangg tertarik pada pengembangan ilmu jiwa berbasis nilai Islam serta kearifan lokal,” ujarnya, Jumat (10/10).
Rangkaian ICIIP 2025 diawali dengan lokakarya pada 23 September 2025 di Fakultas Psikologi UMS. Kegiatan ini diikuti mahasiswa profesi, dosen, peneliti, dan praktisi yangg meletakkan minat pada ilmu jiwa Islam. Dua penyedia berilmu turut memandu jalannya workshop, ialah pengajar Fakultas Psikologi UMS Nanik Prihartanti dengan tema “Mawas Diri: Journey to Self Transformation”, serta psikolog dari International Association of Muslim Psychologists (IAMP), Bagus Riyono, yangg membahas “Tazkiya Therapy: Theoretical Foundations and Practice of Tazkiya Therapy”.
Menurut Fajar, kedua sesi tersebut dirancang dalam aktivitas sehari penuh untuk memberikan pemahaman teoritis dan keahlian praktis mengenai pengembangan diri serta terapi ilmu jiwa berbasis nilai Islam dan kearifan lokal. “Workshop ini bermaksud agar peserta bisa memahami konsep spiritual dan sosial yangg menjadi dasar ilmu jiwa Islam,” jelasnya.
Sehari setelahnya, konvensi utama dilaksanakan secara daring dengan menghadirkan empat narasumber internasional. Mereka adalah Ketua IAMP Bagus Riyono, Dosen Universiti Kebangsaan Malaysia sekaligus pendiri Enlightening Parenting Okina Fitriani, Dosen Charles Sturt University Australia G. Hussein Rassool, dan Dosen Psikologi UMS Aad Satria Permadi.
Keempat pembicara tersebut membahas isu-isu mutakhir seputar perkembangan ilmu jiwa Islam dan indigenous dari beragam aspek, mulai dari landasan konseptual, praktik intervensi, hingga tantangan penerapan di tingkat global. Peserta konvensi datang dari beragam wilayah Indonesia seperti Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Jambi, Jakarta, hingga Jawa Barat. Ada pula peserta dari luar negeri, seperti Malaysia dan Taiwan.
Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!
Rangkaian aktivitas kemudian dilanjutkan dengan presentasi call for paper bertema besar “Islamic & Indigenous Psychology for Global Challenges”. Co-chair ICIIP 2025, Septian Wahyu Rahmanto, menjelaskan bahwa sesi tersebut menjadi arena berbagi pendapat dan hasil riset tentang peran nilai Islam serta kearifan lokal dalam menjawab persoalan ilmu jiwa global. “Sebanyak 48 peserta berperan-serta secara hibrid, berasal dari Indonesia, Taiwan, Malaysia, Kenya, Tanzania, Pakistan, dan Bangladesh,” terangnya.

Septian menambahkan, penelitian yangg dipresentasikan menyoroti beragam isu, mulai dari strategi intervensi dan pencegahan gangguan psikologis hingga praktik keagamaan sebagai sumber kekuatan psikologis. Beberapa riset juga menggali ilmu jiwa indigenous dalam konteks kehidupan masyarakat tradisional.
“Dengan menghadirkan perspektif lintas disiplin, konvensi ini menunjukkan gimana ilmu jiwa Islam dan indigenous dapat berkontribusi menjawab tantangan dunia seperti krisis kesehatan mental, disintegrasi sosial, hingga tuntutan bumi kerja modern,” tegasnya.
Ia meyakini bahwa ICIIP 2025 menjadi bukti komitmen Fakultas Psikologi UMS dalam mengembangkan pengetahuan ilmu jiwa yangg berakar pada nilai-nilai spiritual dan lokalitas budaya. Menurutnya, sinergi antara Islam dan kearifan lokal bakal memperkaya khazanah ilmu jiwa dunia serta memberi faedah nyata bagi kemanusiaan.
“Konferensi ini bukan sekadar forum akademik, tetapi juga langkah konkret UMS dalam menghadirkan ilmu jiwa yangg lebih holistik. Kami berharap, perpaduan nilai spiritualitas dan kearifan lokal ini bisa memberikan solusi bagi beragam tantangan psikologis dunia,” tutup Septian.
Kontributor : Gede
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
Jumlah Pengunjung : 18
2 minggu yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·