UIN Salatiga Gaungkan Harmoni Otentik di Tengah Keberagaman Ilmu dan Iman - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 hari yang lalu

KLIKMU.CO – Di aula Kampus 1 Pascasarjana UIN Salatiga, Jl. Tentara Pelajar No. 2, suasana Selasa (21 Oktober 2025) terasa hangat. Para dosen, mahasiswa, dan peneliti lintas bagian memenuhi ruangan, menyimak dengan saksama ketika Dr Amin Hady, tokoh Muslim Indonesia di Australia, berbincang dengan tenang namun penuh makna.

“Hubungan antaragama yangg sehat lahir dari kesediaan untuk memahami, bukan hanya menerima perbedaan,” ujar Dr Amin membuka paparannya dalam forum Interdisciplinary Colloquium Pascasarjana UIN Salatiga. Kalimat itu disambut tepuk tangan hangat—seolah menjadi pengingat bahwa harmoni bukan sekadar wacana, melainkan komitmen yangg tumbuh dari hati yangg terbuka.

Sebagai Ketua Pendiri Asosiasi Imam Muslim di Australia, Dr Amin Hady telah lama terlibat dalam perbincangan lintas iman. Ia menuturkan pengalamannya tentang gimana masyarakat Muslim dan Kristen di Australia membangun hubungan yangg saling menghormati tanpa meniadakan perbedaan keyakinan.

“Pendidikan yangg mencerahkan dan politik yangg menjunjung kemanusiaan menjadi pondasi harmoni sejati,” tambahnya. Pandangannya terasa relevan di tengah bumi yangg kian rentan oleh polarisasi sosial dan krisis empati.

Latar akademiknya di University of New South Wales (UNSW), Sydney, bagian Education and Politics, membikin langkah pandangnya tajam namun tetap hangat. Bagi Dr Amin, harmoni sejati tidak bisa dipaksakan oleh semboyan toleransi; dia hanya bisa lahir dari kesediaan memahami—kesediaan untuk memandang manusia lain sebagaimana dirinya sendiri.

Sejak 2011, Interdisciplinary Colloquium telah menjadi tradisi akademik unik di Pascasarjana UIN Salatiga. Setiap tahunnya, forum ini mempertemukan pendapat dari beragam disiplin pengetahuan dan iman, menjadikannya wadah refleksi sekaligus laboratorium sosial. Tahun ini, tema yangg diusung—“Islam, Pendidikan, dan Politik: Merawat Harmoni yangg Otentik”—seolah menemukan ruhnya ketika Dr Amin berbicara.

Rektor UIN Salatiga Prof Dr Zakiyuddin Baidhawy MAg dalam sambutannya menegaskan bahwa kampus kudu menjadi tempat di mana pengetahuan dan ketaatan saling menyapa, bukan berjarak. “Colloquium ini bukan sekadar aktivitas rutin, tetapi bagian dari ikhtiar membangun kampus yangg berpikir terbuka dan berpijak pada nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin,” ujarnya.

Dalam sesi berikutnya, Dr Wawan Purwanto, master komunikasi publik, menyoroti pentingnya komunikasi lintas ketaatan yangg empatik. Menurutnya, harmoni sejati hanya mungkin jika kejujuran menjadi dasar setiap dialog. “Harmoni bukan berfaedah meniadakan perbedaan, melainkan menumbuhkan kejujuran dalam keberagaman,” tegasnya.

Pernyataan itu memperkaya obrolan hari itu, mengingatkan bahwa komunikasi lintas ketaatan tidak berakhir pada retorika sopan, melainkan kudu menumbuhkan rasa saling percaya dan keberanian untuk memahami pihak lain.

Bagi Prof Dr Phil Asfa Widiyanto, Direktur Pascasarjana UIN Salatiga, forum seperti ini adalah langkah kampus meneguhkan perannya di tengah masyarakat majemuk. “Forum ini menjadi ruang perbincangan antarilmu dan antariman. Di sinilah kampus memainkan peran sebagai laboratorium harmoni sosial dan intelektual,” tuturnya.

Di luar ruang seminar, suasana hubungan antara peserta tampak cair. Mahasiswa dari beragam daerah—bahkan dari latar kepercayaan yangg berbeda—berbincang santuy sembari menukar pandangan tentang tema yangg baru saja dibahas. Bagi mereka, UIN Salatiga bukan hanya tempat belajar kepercayaan dan ilmu, tetapi juga ruang untuk mengalami keberagaman secara nyata.

Lebih dari sekadar forum akademik, Interdisciplinary Colloquium menjadi simbol langkah UIN Salatiga merawat nilai-nilai kemanusiaan melalui pengetahuan pengetahuan. Di tengah arus globalisasi yangg sering mengikis empati, kampus ini terus berupaya meneguhkan harmoni yangg otentik—harmoni yangg lahir dari kesadaran, bukan sekadar slogan.

Forum yangg telah berjalan selama 14 tahun itu kembali menegaskan komitmen UIN Salatiga sebagai perguruan tinggi Islam yangg terbuka, reflektif, dan inklusif. Di ruang inilah, gagasan-gagasan besar tentang keadilan, kemanusiaan, dan perdamaian dirawat, tumbuh, dan diwujudkan dalam tindakan nyata di tengah masyarakat.

(Haidir Fitra Siagian/AS)

-->
Sumber Klikmu.co
Klikmu.co