UAD Kukuhkan Tiga Guru Besar - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 8 bulan yang lalu

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan Sidang Terbuka Senat dalam rangka Pengukuhan Guru Besar pada Sabtu (22/2/25) di Amphitarium Kampus IV UAD. Sidang ini dipimpin oleh Ketua Senat UAD, Dwi Sulisworo.

Dalam kesempatan tersebut, tiga pengajar dikukuhkan sebagai Guru Besar, ialah Laela Hayu Nuraini dalam bagian Ilmu Farmakognosi, Fitokimia, dan Fitoterapi, Sumaryati dalam bagian Ilmu Filsafat Moral/Etik, dan Sitti Nur Djannah dalam bagian Ilmu Promosi Kesehatan Remaja dan Perubahan Perilaku.

Pembacaan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tentang kenaikan kedudukan Guru Besar dilakukan oleh Kepala Bidang Seleksi dan Pengembangan Biro Sumber Daya Manusia, Farid Setiawan.

Rektor UAD, Muchlas dalam sambutannya melaporkan bahwa saat ini UAD mempunyai 783 dosen, dengan jumlah ahli mencapai 296 orang alias sekitar 38%.

Ditargetkan pada tahun 2027, jumlah ahli dapat meningkat hingga 40% guna mendukung pencapaian legalisasi unggul.

Dari sisi kedudukan akademik, tenaga pengajar di UAD terdiri atas 39 Asisten Ahli, 132 Lektor, 420 Lektor Kepala, dan 51 Profesor, menjadikan UAD sebagai Perguruan Tinggi Swasta dengan jumlah Guru Besar terbanyak di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Saat ini, terdapat empat calon Guru Besar yangg sedang dalam proses pengusulan, dan satu telah memasuki tahap final menunggu SK.

Muchlas dalam sambutannya menyampaikan empat pesan utama kepada para Guru Besar yangg dikukuhkan. Pertama, dia menekankan pentingnya menjaga marwah akademik Muhammadiyah. Kedua, dia mendorong para Guru Besar untuk terus menghasilkan karya ilmiah yangg mempunyai akibat nyata bagi masyarakat.

Baca Juga: Harga Mahal Komersialisasi Pendidikan

“Jangan hanya berakhir pada publikasi di jurnal ilmiah, tetapi cobalah membawa hasil penelitian ke tingkat yangg lebih aplikatif sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas,” katanya. Menurutnya, hilirisasi penelitian merupakan langkah strategis dalam menjadikan pengetahuan pengetahuan lebih relevan dan bermanfaat.

Ketiga, Muchlas menekankan pentingnya peran Guru Besar dalam membimbing para pengajar junior. “Seorang guru besar bukan hanya tentang gelar, tetapi juga tentang tanggung jawab untuk menjadi mentor dan inspirator bagi generasi akademisi berikutnya. Integritas dan kejujuran akademik kudu selalu dijaga dan diwariskan,” ujarnya.

Terakhir, dia berambisi para Guru Besar dapat memberikan kontribusi yangg lebih besar dalam pengembangan program doktoral di UAD.

Dalam sesi orasi ilmiah, masing-masing Guru Besar menyampaikan pemaparannya. Laela Hayu Nuraini membawakan disertasi berjudul Pengembangan Obat Bahan Alam yangg menyoroti potensi bahan alami dalam pengobatan modern.

Sementara itu, Sumaryati menyampaikan orasi ilmiah berjudul Revitalisasi Etika Menuju Peradaban Berkeadaban: Kajian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi, di mana dia menekankan bahwa etika mempunyai peran krusial dalam membangun peradaban yangg lebih setara dan beradab.

Adapun Sitti Nur Djannah memaparkan materi tentang Peran Promosi Kesehatan Remaja dalam Pembangunan Bangsa, yangg menyoroti pentingnya edukasi kesehatan sejak awal dalam membentuk generasi muda yangg lebih sehat dan produktif.

Acara ini turut dihadiri oleh Sutrisno, personil Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, serta Irwan Akib, Ketua Badan Pembina Harian UAD. (sa)

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id