Tokoh Inilah Yang Menginspirasi Bergantinya Nama Ahmad Dahlan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

Yogyakarta, mu4.co.id – Seperti kita ketahui K.H. Ahmad Dahlan, pendiri persyarikatan Muhammadiyah, terlahir dengan nama pemberian kedua orang tuanya : Muhammad Darwis. Ayahnya berjulukan K.H. Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, sedangkan ibunya adalah putri dari H. Ibrahim nan juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.

Muhammad Darwis lahir di sebuah kampung berjulukan Kauman nan berada di Yogyakarta pada 18 November 1912 alias 8 Dzulhijjah 1330 H.

Muhammad Darwis adalah anak keempat dari tujuh berkerabat nan keseluruhan saudaranya perempuan, selain adik bungsunya. Dan termasuk keturunan kedua belas dari Mulana Malik Ibrahim ialah adalah salah seorang terkemuka di antara para walisongo, pelopor penyebaran kepercayaan Islam di tanah Jawa. Dimana nasab dari Syaikh Maulana Malik Ibrahim tersebut bersambung kepada nabi Muhammad ﷺ 

Ketika memasuki usia ke 15 tahun, Muhammad Darwis pergi melaksanakan ibadah haji dan tinggal selama lima tahun di Mekkah. Pada periode lima tahun itulah, Muhammad Darwis mulai berinteraksi dengan para ahli filsafat pembaharu dalam kepercayaan Islam, seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Al Afghani hingga Ibnu Taimiyah.

Kemudian di tahun 1888, usai pulang dari Mekkah, dia kemudian mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan. Lantas darimanakah inspirasi dipilihnya nama tersebut?

Terungkap inpirasi nama tersebut berasal dari seorang ustadz besar dan Mufti di Makkah. Setelah lulus belajar kepercayaan dan mendapat piagam dari Sayyid Bakri Syatta, Muhammad Darwis berganti nama menjadi Ahmad Dahlan, nan berasal dari nama tokoh terkemuka berjulukan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan.

Salah seorang muridnya nan berjulukan Syekh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadaniy Al-Makkiy menyebut bahwa Sayyid Bakri Syatta adalah Ulama terkemuka di Makkah nan menjadi salah satu siswa Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti di Makkah.

Syekh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadaniy Al-Makkiy lewat-karya-karyanya dapat menjadi jalur transmisi keilmuan Islam Berkemajuan lantaran dia salah seorang siswa dari Syekh Baqir bin Nur Al-Jokjawiy Al-Jawiy.

Syekh Baqir bin Nur Al-Jokjawiy Al-Jawiy merupakan salah satu di antara 26 ustadz nusantara berpengaruh pada zamannya nan menetap dan mengajar di Makkah.

Kemudian di tahun 1903 Ahmad Dahlan naik haji ke Mekkah untuk kedua kalinya dan menetap selama dua tahun. KH Ahmad Dahlan atas jasa Syekh Baqir, berjumpa dan berbincang dengan Syekh Rasyid Ridha. Pada masa ini, dia belajar pula kepada Syekh Ahmad Khatib nan juga pembimbing dari pendiri NU, K.H. Hasyim Asyari.

Dalam kitab Tasynif Al-Asma’ bi Syuyukh Al-Ijazah wa Al-Sima’ Jilid 1 nama Syekh Baqir bin Nur Al-Jokjawiy Al-Makkiy menempati urutan ke-3 sebagai ustadz nusantara berpengaruh di Makkah. Murid-muridnya antara lain KH Zubair Dahlan, Syekh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadaniy, Kiai Mahfudz bin Abdussalam (ayah Kiai Sahal Mahfudz Pati), hingga Syekh Zainuddin Bawean.

Pada 18 November 1912, Ahmad Dahlan kemudian mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan untuk mencapai cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan mau melakukan suatu pembaruan dalam langkah berpikir dan beramal menurut tuntunan kepercayaan Islam. Dan membujuk umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Al- Qur’an dan Hadits.

Meski beragam fitnahan, tuduhan dan hasutan datang berkali-kali kepadanya. Namun beliau bisa mengatasi semua rintangan tersebut dan berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air. Terbukti sudah lebih dari 1 abad perjalanan persyarikatan Muhammadiyah tetap eksis dan telah banyak memberikan pencerahan serta pembaruan Islam nan berkemajuan sehingga dapat diterima oleh khalayak.

[referensi: Profil KH Ahmad Dahlan, gramedia.com / id.wikipedia.org]

Terkait

-->
Sumber mu4.co.id
mu4.co.id