Purworejo, Suara ‘Aisyiyah – Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Purworejo menggelar aktivitas IHT/Konsolidasi Penguatan Kepala Sekolah dan Guru pada Amal Usaha Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah’.
Berlangsung di ruang seminar kampus Sucen UMPWR (Universitas Muhammadiyah Purworejo), aktivitas IHT (In House Training) ini diikuti 192 peserta. Para peserta merupakan kepala sekolah dan pembimbing pada Amal Usaha Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah’, meliputi golongan bermain, tempat penitipan anak, TK dan SD ‘Aisyiyah Unggulan.
Secara seremoni, aktivitas IHT dibuka oleh Nur Ngazizah, Ketua PDA Kabupaten Purworejo. Nur Ngazizah menyebut, selama IHT, menghadirkan beberapa narasumber sebagai pemateri. Sri Anteng, Kabid PTK Dindikbud Kabupaten Purworejo menyampaikan materi tentang Kebijakan Pemerintah tentang Implementasi Kurikulum Merdeka pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan SD.
Materi tentang “Transisi PAUD ‘Aisyiyah ke SD ‘Aisyiyah yangg Menyenangkan dan Bermakna dalam Implementasi Kurikulum Merdeka” oleh Yani Mulyani, Divisi SDM Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, PWA (Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah) Jawa Tengah.
Materi Etos Kerja pada Amal Usaha ‘Aisyiyah oleh Saijan, Kepala SD Muhammadiyah Nitikan Yogyakarta. Pada kesempatan tersebut juga ada sesi Penguatan Kepala Sekolah oleh Nur Ngazizah, Sri Wuntat Mawati, Noimah, dan Penguatan Guru oleh Yuni Raraswati, Dr. Titi Rokhayati, dan Majelis Paudasmen.
Nur Ngazizah menjelaskan, IHT bermaksud untuk meningkatkan kompetensi para guru, terutama dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) dan juga kelak menguatkan etos kerja di kebaikan upaya ‘Aisyiyah.
“Untuk menyambut tahun aliran baru, sehingga murid-murid kami bisa belajar dengan menyenangkan, ceria dan tentunya tidak merasa terbebani dengan pembelajaran. Sehingga butuh pembekalan secara bersama, di semua lembaga yangg ada di Purworejo,” jelas Nur Ngazizah.
Baca Juga: Haru dan Lega, Akhirnya 300 Jemaah Bisa Berhaji dengan Safari Wukuf Lansia
Harapannya setelah para pembimbing dan kepala sekolah mengikuti IHT ini, mereka mempunyai etos kerja yangg baik di dalam kebaikan upaya ‘Aisyiyah, sehingga ketika etos kerjanya baik, maka mereka bakal mempunyai komitmen yangg tinggi terhadap profesi/pekerjaannya sebagai pembimbing di Amal Usaha ‘Aisyiyah Purworejo.
“Sehingga nantinya bisa mendidik dengan menyenangkan dan menggembirakan untuk anak-anak,” kata Nur Ngazizah. Jadi dalam penerapan kurikulum merdeka, sebut Nur Ngazizah, mereka bisa mengimplementasikan konsep-konsep kurikulum merdeka dalam pembelajaran di lembaganya masing-masing.
Pembelajaran yangg diterapkan kudu berpusat kepada peserta didik yangg menyenangkan dan menggembirakan sesuai konsep dari kurikulum merdeka dan fitrah anak. “Tentunya mempunyai hubungan terhadap daya tarik PPDB yangg bakal dilaksanakan di sekolah masing-masing,” terang Nur Ngazizah.
Dia menambahkan, di sela aktivitas IHT, ada momen Bakti Guru dari Kantor Layanan Lazismu ‘Aisyiyah, ialah memberikan bingkisan kepada para pembimbing yangg gajinya belum sesuai UMR.
Sri Anteng dalam paparannya menyampaikan, untuk pendidikan di abad 21 yangg paling diutamakan pendidikan karakter. Karena dengan pendidikan karakter ini kelak bakal memberikan bekal kepada peserta didik utamanya dimulai dari pendidikan anak usia dini, untuk bisa berkembang menjadi generasi yangg betul-betul berbudi pekerti untuk bisa membangun Indonesia ini di masa yangg bakal datang.
“Kita mau anak-anak kita yangg sekarang usia emas di PAUD ini, mendapatkan bekal yangg cukup untuk mengembangkan dirinya untuk kelak menyongsong Indonesia emas di tahun 2045,” ujar Sri Anteng.
Untuk menjawab gimana pendidikan karakter di sekolah, para pembimbing selalu berlatih dan sekarang sedang disemangati untuk melaksanakan kurikulum merdeka. Karena dengan kurikulum merdeka ini lebih memberikan keleluasaan kepada pembimbing untuk gimana memberikan pembelajaran yangg berarti yangg sesuai dengan karakternya di lingkungannya.
“Sehingga setiap siswa ini kelak betul-betul sebagai angan akhirnya dari merdeka belajar merdeka mengajar. Menjadikan anak didik yangg betul-betul mengamalkan Pancasila, yangg sering disebut dengan Profil P5,” terang Sri Anteng.
Yani Mulyani, dari Divisi SDM Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, PWA Jawa Tengah menyampaikan, bahwa dari kajian terakhir, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yangg dulu dipahami oleh masyarakat umurnya anak usia TK, rupanya diketahui bahwa usia awal itu hingga usia 8 tahun.
“Padahal Jenjang umum pendidikan sudah dikotakkan. Pengkotakan jenjang ini berkolerasi dengan corak layanan,” ujar Yuni. Karena anak 7 tahun dianggap SD dan SD nya formal, kata Yuni, akhirnya suasana PAUD nya tidak ada dan tak pernah terangkat. Dengan izin sekarang dari kementrian pendidikan yangg pencermatannya lebih tajam, menjadi perihal yangg diangkat serius.
Jadi anak kelas I dan II SD tetap anak usia awal serta dikategorikan dalam IKM sebagai fase A dan PAUD itu fase pondasi. Di fase A pendekatan pembelajarannya itu kudu berbau usia dini, ialah menyenangkan. Keseriusan kementerian ini ditindaklanjuti dengan mengeluarkan pedoman penerapan jasa PAUD-SD yangg menyenangkan itu melibatkan stakeholder yangg betul-betul serius.
“Implikasinya jika itu betul-betul mau diterapkan maka guru-guru SD dan pembimbing TK kudu tahu wilayah-wilayah tanggung jawabnya masing-masing,” kata Yuni.
Pemateri ketiga, Saijan, Kepala SD Muhammadiyah Nitikan Yogyakarta dalam materinya menyemangati guru-guru agar tetap memilih komitmen untuk bekerja yangg sebaik-baiknya di kebaikan upaya ‘Aisyiyah.
English (US) ·
Indonesian (ID) ·