Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) menyelenggarakan Puncak Milad Nasyiatul Aisyiyah ke-96 pada Sabtu (6/7) di Komplek Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.
Digelar dengan meriah, terdapat beberapa rangkaian aktivitas pada Puncak Milad kali ini, salah satunya adalah Talkshow dan Launching Hijab bekerja-sama dengan Elzatta. Bertema “Gotong Royong Mewujudkan Kemanusiaan Semesta”, Talkshow dan Launching dilaksanakan di Aula SD Muhammadiyah Kauman Yogyakarta.
Ketua PPNA, Sumarni Susilawati dalam paparannya menekankan mengenai 10 pilar Nasyiatul Aisyiyah. Ia menegaskan, dengan kesepuluh pilar itu diharapkan dimanapun Nasyiatul Aisyiyah berada, dapat berfaedah untuk sekelilingnya, apalagi di wilayah pelosok sekalipun.
Sementara itu, Aulia Taarufi dari Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyampaikan mengenai perspektif ketahanan kebencanaan dalam keluarga.
Menurut Aulia, Indonesia yangg menjadi negara kepulauan, sangat rentan terjadi bencana. Saat musibah terjadi, situasi yangg dialami wanita dan laki-laki bakal berbeda. Seperti pada tsunami Aceh 2004 lalu, penelitian menunjukkan bahwa korban wanita lebih banyak daripada laki-laki. Perempuan, anak-anak, lansia, dan difabel menjadi golongan rentan saat terjadi bencana.
Perempuan seringkali menjadi korban bencana, disampaikan Aulia karena, pertama, hatikecil wanita yangg mau melindungi keluarganya. Konstruksi masyarakat menyebabkan wanita seakan-akan kudu mengorbankan diri dan mendahulukan keluarganya dulu sebelum dirinya. Kedua, sering tidak dilibatkan dalam training kebencanaan. Ketiga, memudarnya pengetahuan lokal. Keempat, secara sosial wanita sering tidak bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri lantaran terbiasa dituntut untuk alim pada laki-laki.
Lebih lanjut, Aulia menyampaikan, wanita sebenarnya mempunyai peran sentral dalam keluarga. nan bisa dilakukan wanita adalah memberi pendidikan pada family soal mitigasi bencana. Misalnya dengan meletakkan peralatan pecah belah di tempat yangg rendah, dan sebagainya.
Baca Juga: Educare Nasyiah: Solusi bagi Ibu Produktif dan Anak Proaktif
Narasumber selanjutnya, Psikolog RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Mufliha Fahmi yangg memaparkan mengenai term kemanusiaan dalam perspektif psikologis. Menurutnya, psikologis tidak bisa dilihat hanya dari problem individu, lantaran kesehatan mental perseorangan dipengaruhi determinan-determinan sosialnya. ‘There is no mental health without social justice’. Situasi lingkungan sosial yangg nyaman, sangat besar pengaruhnya bagi psikologis seseorang.
“Misalnya pada saat bencana, gimana anak-anak merespon situasi musibah bakal berjuntai kepada gimana respon orang dewasa. Ketika orang dewasa telah siap siaga bencana, anak-anak bakal relatif minim terpengaruh situasi musibah itu. Tetapi ketika orang dewasa belum siap menghadapi bencana, anak-anak juga bakal terbawa panik dan stresnya,” imbuhnya.
Oleh karenanya, rumor kemanusiaan ini memang sangat perlu diperhatikan, utamanya dari kacamata psikologi.
Narasumber terakhir adalah Elidawati Ali Oemar, Founder Elcorps. Ia menceritakan gimana peran wanita dalam ekonomi umat, berkaca dengan dinamika Elcorps yangg telah dia dirikan 12 tahun lalu.
Menurutnya, Nasyiatul Aisyiyah dapat menyelenggarakan acara-acara tanpa kudu mengusulkan sponsor, ialah dengan mengoptimalkan penjualan produk-produk Nasyiah, salah satunya bekerja-sama dengan brand-brand lain, seperti yangg dilakukan Nasyiatul Aisyiyah ini dengan Elzatta. Elida mengatakan, dia juga telah berjumpa Badan Usaha dan Amal Nasyiatul Aisyiyah (BUANA) dari 36 provinsi dan banyak berbagi tentang gimana membangun kemandirian finansial Nasyiatul Aisyiyah.
Acara kemudian dilanjutkan dengan Launching produk hijab Elzatta bekerja-sama dengan Nasyiatul Aisyiyah. (sa)
English (US) ·
Indonesian (ID) ·