
YOGYA – Usai menunaikan Musyawarah Wilayah (Musywil) pada Maret lalu, Pimpinan Wilayah Nasyiatul ‘Aisyiyah (PWNA) Daerah Istimewa Yogyakarta siap mengarungi periode 2022-2026. Dengan struktur ketua yangg sudah disusun sebanyak 55 personil berbareng buahpikiran dan programnya.
Namun, sebelum itu, seluruh personil PWNA DIY terlebih dulu mengikuti aktivitas Ta’aruf pada Senin (3/4) di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah DIY, disertai dengan buka bersama.
Ta’aruf merupakan tradisi di Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA), termasuk di DIY, sebelum menjalankan program – programnya. Dimana, seluruh personil PWNA DIY bisa saling mengenal dan menerima perbedaan satu sama lain.

Sebagaimana dituturkan oleh Ketua Umum PWNA DIY Syahdara Anisa Makruf, bahwa di masa – masa awal kepemimpinan, topik yangg dibahas bukan soal program dan kebijakan, melainkan taaruf. Artinya, setiap ketua dan personil di PWNA DIY bisa saling mengenal satu sama lain, mengingat ini adalah organisasi sosial perempuan.
“Perlu diingat jika wanita itu punya dinamika dan status yangg banyak, entah itu sebagai ibu, pekerja, mahasiswi, pelajar, dan tetap banyak lagi,” kata Syahdara.
Tentunya, masing – masing dari personil punya tantangannya sendiri. Adapun, persoalan yangg dihadapi oleh mahasiswi berbeda dengan yangg sudah berfamili dan semacamnya.
Dengan demikian, taaruf ini bukan sekadar mengenal identitasnya tetapi juga bisa mengenal seperti apa dinamika kehidupannya. Jadi, harapannya setiap dari tubuh organisasi kudu saling mengenal terlebih dahulu, dibanding membahas program yangg bisa dilakukan nanti.
“Ibarat kita membangun sebuah bangunan, pondasinya adalah taaruf itu sendiri. Kalau kita bisa saling mengenal alias mengetahui latar belakang, kelebihan, kekurangan, dan potensi, maka bakal menjadi salah satu kekuatan untuk bergerak bersama. Bagaimana mau bergerak berbareng jika tidak saling mengenal,” jelas Syahdara.
Selain itu, Taaruf ini juga merupakan agenda krusial sebelum dilaksanakannya serah terima kedudukan yangg rencananya bakal berjalan pada Mei 2023 beserta peneguhan ideologi. Jadi, sebelum dua aktivitas itu dilaksanakan, maka PWNA DIY merasa perlu untuk mengumpulkan seluruh anggotanya secara kultural bertaaruf.
Saat pelaksanaan, Taaruf berjalan sangat meriah lantaran juga diramaikan dengan kehadiran suami dan anak – anak dari beberapa personil PWNA DIY, sehingga ini juga menjadi aktivitas family gathering bagi mereka.
“Anak – anak di sini juga diikutkan agar mereka tahu aktivitas dari ibu mereka untuk empat tahun ke depan dan tahu juga dinamikanya seperti apa. Itulah pentingnya taaruf dilakukan oleh PWNA DIY,” ungkapnya.
Kemudian, dia mengharapkan agar PWNA DIY periode melangkah secara efektif dan efisien tanpa kudu membebani dirinya dan beberapa personil sebagai seorang ibu dan istri dalam keluarga. Justru bisa memanfaatkan aktivitas NA ini sebagai me time-nya wanita berkemajuan, yangg artinya sama – sama menggali potensi kemudian menghadirkan program yangg sangat berfaedah bagi masyarakat, terutama dalam perihal membangkitkan rumor wanita dan anak.
Terlebih, rumor wanita dan anak tetap sangat relevan saat ini mengingat keduanya masuk dalam golongan “rentan” dimana wanita adalah makhluk mulia yangg mempunyai potensi dan kudu punya ruang untuk aktualisasi dengan berada pada ruang pengabdian di masyarakat. Begitu juga dengan anak yangg memerlukan kasih sayang dari seluruh pihak untuk mendukung tumbuh kembangnya.
Maka, menurutnya, rumor stunting menjadi salah satu konsentrasi utama NA. Sebab, dengan melahirkan generasi yangg berbobot maka bakal memperbaiki kualitas masyarakat dan itu menjadi kontribusi bagi masyarakat.
“Di samping itu, tentu saja NA sangat tidak mendukung praktik diskriminasi yangg membikin wanita dan anak menjadi korban. Oleh lantaran itu, NA datang berupaya menjadikan wanita dan anak mempunyai status yangg mulia,” ujar Syahdara.
Ta’aruf ini juga disertai dengan tausiah dari Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY Ridwan Furqoni, M.P.I. yangg mengimbau agar NA sebagai penerus aktivitas ‘Aisyiyah kudu terus menempa diri.
“NA itu kantong kader paling utama bagi ‘Aisyiyah, maka perlu menyadari bahwa sebagai kader yangg paling ditunggu persyarikatan, jadikan kesempatan di NA ini untuk menempa diri sebaik mungkin. Karena masa depan persyarikatan Muhammadiyah, khususnya di ‘Aisyiyah ada di NA hari ini,” tandas Ridwan. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
English (US) ·
Indonesian (ID) ·