Sikap Tawadhu, Ciri Muslim Sejati - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Oleh: Nurul Wijaksono*

Menjadi muslim sejati berfaedah siap menerima segala corak hukum sesuai ketentuan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Baik dari segi perkataan maupun perbuatan.

Dalam berperilaku, Nabi Muhammad SAW merupakan sosok teladan yangg sangat sempurna. Dari kepribadiannya, style kepemimpinannya, tutur katanya, sikap, dan lain sebagainnya, semua paripurna untuk dicontoh.

Hal ini sebagaimana tertuang dalam surat Al – Ahzab ayat 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ۝
“Sungguh, pada (diri) Rasulullah betul-betul ada suri teladan yangg baik bagimu, (yaitu) bagi orang yangg mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yangg banyak mengingat Allah’

Meskipun ayat tersebut turun berangkaian dengan prosesi perang Ahzab, namun perintah untuk menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai panutan ini berkarakter menyeluruh dan umum dalam segala kondisi.

Baca Juga: Mengenal Narcissistic Personality Disorder (NPD)

Dalam perihal ini bertindak norma “al-Ibrah bi-umum al-lafdz la bi-khusus as-sabab”. Bahwa yangg dijadikan pelajaran adalah keumuman lafaz bukan kekhususan karena turun.

Berkaitan dengan perihal ini, Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab tafsirnya “Marah al-Labid” menafsirkan kata “uswah” pada ayat tersebut sebagai berikut:
أي خصلة حسنة حقها أن يقتدى بها على سبيل الإيجاب فى أمور الدين وعلى سبيل الإستحباب فى أمور الدنيا

Artinya: “Ialah pekerti baik yangg seyogyanya diikuti secara wajib dalam persoalan kepercayaan dan dianjurkan dalam persoalan dunia”. (Syekh Nawawi Al-Bantani, Marah Labid, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1417 H], juz II, perihal 250).

Tawadhu Sifat Mulia Nabi

Salah satu sifat yangg perlu kita teladani dari uswah hasanah kita —Nabi Muhammad SAW- adalah sikap tawadhu. Sikap ini perlu dimiliki oleh setiap muslim, lantaran temasuk sifat mulia. Ia lahir dari kesadaran bakal kemahakuasaan Allah SWT atas segala hambaNya.

Tawadhu mempunyai makna rendah hati. Lawan dari sifat ini adalah takabur alias sombong. Orang yangg mempunyai sikap rendah hati menyadari bahwa dia mempunyai keterbatasan diri. Sementara orang yangg sombong mempunyai sikap terlalu berlebihan dalam menghargai dirinya sendiri.

Rendah hati tidak sama dengan rendah diri, lantaran rendah diri berfaedah kehilangan kepercayaan diri. Meskipun dalam realitanya orang yangg rendah hati condong merendah di hadapan orang lain. Seorang yangg rendah hati tidak mau dilebih-lebihkan atas kemampuannya alias perihal lainnya dihadapan orang lain. Sikap ini bukan datang dari rasa tidak percaya diri, bakal tetapi sikap tersebut lahir kerendahan hati.

Manusia merupakan makhluk lemah yangg tidak berfaedah apa-apa di hadapan Allah SWT. Ia makhluk yangg memerlukan sandaran terhadap Allah. Manusia memerlukan karunia dan rahmat dari Allah. Tanpa perihal tersebut, manusia tidak bakal memperkuat hidup,bbahkan tidak bakal pernah bisa berdiri di atas permukaan bumi.

Orang yangg tawadhu menyadari betul bahwa setiap yangg dimilikinya adalah karunia Allah. Fisik yangg baik, rupa yangg elok alias tampan, pengetahuan pengetahuan, kekayaan kekayaan, maupun pangkat dan kedudukan adalah dari Allah. Ia tidak menyombongkan apa yangg dimiliki. Sebagaimana Allah SWT berfirman:

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ ٱلضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْـَٔرُونَ
Artinya: Dan apa saja nikmat yangg ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan jika Anda ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah Anda meminta pertolongan. (An – Nahl : 53)

Meninggikan Derajat

Memiliki sikap tawadhu tidak bakal membikin seseorang itu menjadi rendah derajatnya, bakal tetapi sebaliknya dia bakal dihormati dan dihargai. Orang-orang bakal senang dan tidak ragu untuk berbaur dengannya, apalagi lebih dari itu, derajatnya semakin tinggi di hadapan Allah.

Dalam sebuah sabda nabi disebutkan “Tawadhu tidak ada yangg bertambah bagi seorang hamba selain ketinggian (derajat). Oleh karena itu tawadhulah kamu, niscaya Allah bakal meninggikan derajatmu” (HR. Dailami).

Selain Allah mengangat derajat seseorang yangg rendah hati, Allah juga bakal memasukkannya menjadi golongan hamba yangg mendapatkan kasih sayang dari Allah. Hal ini sebagaimana yangg disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Furqon ayat 63.

Adapun contoh dari perilaku tawadhu antara lain: tidak menonjolkan diri dari orang–orang yangg statusnya sama, —kecuali andaikan sikap tersebut menimbulkan kerugian bagi kepercayaan alias umat Islam-, berbaur dengan orang awam dan bersikap ramah serta tidak memandang rendah, mau mengunjungi orang lain walaupun dengan status lebih rendah, tidak makan dan minum berlebihan, serta berpakaian dengan tujuan memamerkan kemegahan dan kesombongan.

Tulisan ini disarikan dari kitab Kuliah Akhlak karya Yunahar Ilyas dengan penyesuaian

*Anggota bagian BPK PD PM Kota Yogyakarta

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id